Kolom Asaaro Lahagu: 7 Pertarungan Sengit Ahok Vs Anies pada Putaran Ke-2

 

Untuk sementara, Ahok telah membungkam mulut besar lawan-lawannya. Kemenangan atas Pilkada DKI Jakarta dengan perolehan suara sekitar 43% sebagai bukti bahwa Ahok sulit ditekuk. Perihal Ahok sulit menang satu putaran, itu hal wajar mengingat ada 3 pasangan yang ikut berlaga.

Andai kata peraturan Pilkada DKI Jakarta sama dengan daerah lain, maka sekarang Ahok sudah bisa didaulat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk periode ke-2. Akan tetapi, karena peraturan Pilkada DKI Jakarta mewajibkan kemenangan di atas 50%, maka Ahok harus bertarung pada periode ke-2 head to head dengan Anies-Sandiaga. Berkaca pada putaran pertama, maka ada 6 pertarungan sengit Ahok Vs Anies pada putaran ke-2.

Pertama, pertarungan Ahok melawan dirinya sendiri. Ke depan Ahok harus lebih hati-hati terhadap omongannya baik kepada kawan maupun kepada lawan. Setiap kata, gerak-gerik dan tindakan Ahok, akan selalu dan senantiasa disorot. Penyempretan Ahok terhadap Surat Al-Maidah ayat 51 misalnya, dengan mudah dijadilkan lawan sebagai senjata untuk menyerang Ahok.

Dari perkataan keras Ahok terhadap Ulama Ma’ruf Amin dimana Ahok sempat berucap untuk memprosesnya secara hukum, nyaris menjadi senjata untuk menghancurkan Ahok. Bahkan kata Ahok yang terakhir bahwa memilih berdasarkan agama melawan konstitusi, dicoba dipanasi lawan untuk menghantam Ahok kendatipun gagal.

Bertarung dengan diri sendiri adalah pertarungan paling besar sepanjang hidup. Kesombongan, kecongkakan, ketinggihatian adalah karakter yang dalam sekejap membanting seseorang yang sebelumnya berada di posisi puncak ke dasar jurang.

Ke dua, pertarungan meningkatkan kinerja dan etos kerja. Ahok yang telah aktif menjadi gubernur akan mudah kembali melakukan konsolidasi kekuatannya lewat pendekatan kepada RT, RW, Lurah dan seluruh aparat pemerintahan di bawahnya. Luka-luka menganga di hati RT dan RW selama ini, masih bisa diusahakan sembuh dengan melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan mereka.

Selain itu, Ahok juga harus terus meningkatkan komunikasi intens dengan lingkaran elit pendukungnya. Hubungan mesra dengan Mega, Jokowi, Novanto, Surya Paloh dan Wiranto haruslah terus dibina. Pun Ahok harus mampu bermain cantik dengan partai-partai pendukung Agus-Sylvi.

Di dunia politik, tidak ada salahnya, Ahok dan tim suksesnya melakukan jemput bola untuk meraih dukungan dari PKB, PPP dan Demokrat. Ingat, politik adalah seni mendapat dukungan. Nah, di situ pertarungan sengitnya. Ahok juga harus terus membina hubungan baik dengan Polri, TNI, KPK dan para penegak hukum sebaik mungkin. Bertarung meraih dukungan dan menghindari penampilan munafik seolah-olah tidak membutuhkan dukungan adalah pertarungan berat sebagai gubernur petahana.

Ke tiga, pertarungan memenangkan hati rakyat kecil. Ahok harus berusaha maksimal merebut hati rakyat kecil di gang-gang sempit pemukiman Jakarta. Ingat selama ini PKS dan Gerinda telah senyap turun ke gang-gang sempit untuk meraih dukungan kepada Anies. Tak dipungkiri bahwa gerak senyap PKS sukses membusukkan nama Ahok di gang-gang sempit dan di tempat pemukiman kumuh.

Ahok harus membuktikan bahwa penggusuran yang dia lakukan selama ini adalah demi masa depan pihak yang digusur dan masa depan Jakarta yang lebih baik. Perlu dicatat bahwa penggusuran atau lebih tepatnya relokasi pemukiman kumuh di bantaran sungai, jalur hijau dan tanah negara adalah hal yang mutlak bagi sebuah penataan kota modern.

Saya sarankan juga kepada Ahok agar melakukan terobosan baru seperti memberikan kompensasi yang signifikan bagi mereka yang telah digusur. Bagi mereka yang baru pindah di rusun sebelum mereka benar-benar mendapat pekerjaan, harus diberikan subsidi lebih dengan berbagai kemudahan-kemudahan.

Ke empat, pertarungan menggerakkan pendukungnya sendiri untuk turut aktif menjemput bola agar namanya tercantum dalam DPT. Para pendukung Ahok banyak yang berasal dari apartemen, kompleks perumahan dan tempat-tempat ekslusif yang sulit dijamah oleh petugas pendata Pemilu. Ada banyak pendukung Ahok yang berlaga bak raja dan ratu, mau disembah, mau dicari. Ketika tiba pada hari pencoblosan, mereka hanya ngamuk-ngamuk terbentur dengan aturan KPU.

Nah, berkaca pada kekisruhan pada pencoblosan 15 Februari, dimana banyak pendukung Ahok yang gagal mencoblos, maka ke depan setiap orang pendukung Ahok, harus turun langsung memastikan namanya sudah masuk dalam DPT. Jangan lagi mengandalkan KTP, KK dan pendaftaran pada hari H Pemilu.

Ke lima, pertarungan adu strategi dengan Anies. Ahok tidak boleh berhenti bertarung, terus berpikir satu langkah lebih maju dari strategi lawan. Berhenti berpikir strategi baru dan berada di zona nyaman adalah blunder besar bagi siapapun. Memandang sepele lawan adalah tindakan bunuh diri paling mengerikan. Ingat semut sekalipun dapat membunuh seekor gajah.

Ke enam, pertarungan di KPU. Ahok dan para pendukungnya harus dapat memastikan proses-proses di KPU dan panitia Pemilu berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di sini, para lawan Ahok akan juga bisa menyusup dan melakukan sabotase senyap. Orang-orang di KPUD dan panitia-panitia di TPS harus benar-benar dipetakan yang mana sosok berintegritas dan yang mana yang ikut bermain di air keruh. Tentu saja oknum-oknum pejabat KPU dan panitia TPS tidak lepas dari riak-riak perang kepentingan.

Ke tujuh, pertarungan untuk meyakinkan warga Jakarta bahwa Gubernur Jakarta adalah pelayan administratif yang tidak ada sangkut-pautnya dengan agama. Tentu saja isu-isu suku, agama, ras dan golongan akan terus digoreng untuk menjegal Ahok. Para lawan Ahok akan terus memakai senjata ini untuk menjegal Ahok yang double minority.

Sejalan dengan pertarungan melawan isu SARA, Ahok juga harus selalu waspada soal keamanan dirinya. Tak tertutup kemungkinan, Ahok bisa saja menjadi sasaran pembunuhan dari pihak-pihak yang nekad dan sudah kehilangan rasionalitasnya. Alasannya, ketika semua cara telah dilakukan untuk menekuk Ahok telah benar-benar habis, maka cara kotor lewat pembunuhan bisa saja dilakukan.

Ke depan, Pilgub DKI pada putaran ke dua akan semakin panas dan sengit. Para lawan Ahok akan terus mencari 1001 cara untuk menggagalkan Ahok kembali menang. Kalau pertarungan Pilpres 2014 saja telah membelah rakyat Indonesia menjadi 2 kutub, kemungkinan besar dalam  Pilgub DKI pada putaran kedua ini akan terulang hal yang sama. Karena itu, Ahok dan para pendukungnya harus tetap waspada dan tak terlena barang sedetikpun.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.