Kolom Asaaro Lahagu: ANALISA JITU STRATEGI KONSULTAN KAMPRET

PKS tanpa malu membolehkan kampanye negatif. Fadli Zon terus-menerus nyinyir 24 jam. Fahri Hamzah terus bolak-balik fakta. Sandiaga Uno terus berteriak tempe mahal, nasi chicken mahal. Anies menggeser bukan menggusur, KTP anjing dan ijin becak. Lalu Prabowo menyimpulkan dengan ekonomi kebodohan.

Strategi apa yang sedang dijalankan oleh konsultan para kampret?

“Kalau anda tidak punya prestasi, jalan satu-satunya agar tetap eksis adalah memproduksi kontroversi sebanyak-banyaknya. Panen cemoohan sesadis-sadisnya dan sengeri-ngerinya. Kritik lawan selebay dan sedungu mungkin. Buat isu terus-menerus lalu ganti dengan yang lain secara cepat. Terus biarkan dirimu menjadi sorotan pembicaraan karena ketololan,” itulah strategi konsultan kampret yang saya amati.




Konsultan kampret jelas tidak bodoh. Mereka punya logika cerdas. Namun sengaja memproduksi kontroversi terus menerus. Tujuannya adalah agar para kampret dan raja kampret tetap eksis. Saat lawan sibuk mencemooh isu tolol yang dilempar, mereka mencari kesempatan untuk menikam balik.

Tujuan kontroversi konsultan kampret adalah bukan mencari kebenaran. Bukan mencari fakta. Bukan mencari data. Tujuannya adalah membuat lawan sakit hati sesakit-sakitnya.

Mari kita lihat dalam diri Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Kedua orang ini nihil prestasi. Tak ada yang dibanggakan dari keduanya. Prestasi nol besar. Merekapun tidak disukai dan malah dibenci dengan amat sangat. Namun mereka tetap eksis karena mereka rajin membuat isu kontroversi nan dungu. Media selalu mengutip pernyataan keduanya yang terlihat konyol.

Fadli Zon dan Fahri Hamzah dengan penuh kesadaran sedang melakukan komentar-komentar penuh ketololan, kritik penuh kontroversi dan pernyataan penuh kedunguan. Tetapi mereka sengaja melakukan itu. Mereka dibenci tetapi eksis. Apa gunanya disukai tetapi tidak eksis? Berarti lebih baik dibenci namun eksis. Sesederhana itu.

Fadli Zon dan Fahri Hamzah sama sekali tidak berwibawa. Harga diri mereka serendah anak TK menurut Gusdur. Tetapi justru itu. Karena tidak ada wibawa yang dijaga, tidak ada harga diri yang dilindungi, tidak perlu Jaim, jaga image, maka mereka bebas berbicara seenak jidatnya. Tetapi di situlah bahayanya kedua orang ini. Saat ada kesempatan datang, mereka menikam secara brutal.

Dalam kasus hoax Ratna, pisau tajam Fadli Zon sudah mulai ‘menyayat muka’ Jokowi. Bahkan Fahri Hamzah, sudah mulai ‘menikam ulu hati’ Jokowi secara sadis.




“Saya ingin menyerukan kepada Jokowi, saya ingin mendengar sekali saja, saudara sebagai Presiden Indonesia punya kata-kata dalam melindungi demokrasi, melindungi kebebasan berpikir… bla… bla. Apabila dia tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun, maka dia durhaka kepada Ibu Pertiwi. Dia tidak layak menjadi pemimpin bagi Ibu Pertiwi,” kata Fahri mengomentari muka Ratna yang bonyok sebelum terbongkar.

Itulah tikaman maut Fahri Hamzah kepada Jokowi. Tetapi, setelah Ratna terbukti bohong dan mengaku, Fahri dengan enteng menjawab tidak apa-apa. Bahkan dia memelas menjadi korban. Saat dia tersudut sekalipun, Fahri Hamzah masih mampu membuat isu kontroversi. Ia meminta polisi berhenti mengusut kasus Ratna. Sadis.

Strategi kontroversi juga terus dibuat oleh Sandiaga. “Nasi chicken lebih mahal di Jakarta daripada di Singapura. Di Singapura, harga rice chicken Rp. 35.000 sedangkan di Jakarta Rp 50.000”, kata Sandiaga sepolos-polosnya tanpa merasa bersalah.

Nenek-nenek di kampung tahu bahwa Nasi Padang dengan chicken plus sayur dan sambal pedas dibungkus hanya Rp 15.000 di Jakarta. Nasi pecel ayam goreng Rp 17.000. Bahkan nasi plus fried chicken KFC di Jakarta hanya Rp 25.000. Bila 2 ayam dada mentok, KFC hanya Rp 43.000. Masih lebih murah dari kontroversi yang dibuat Sandi.

Akan tetapi, itulah strategi kontroversi, strategi eksis ala Sandi. Dia tak peduli dicemooh. Dia tidak peduli dibilang pembohong. Sandi malah menciptakan isu dungu agar dirinya dibully. Namun, justru inilah yang dia inginkan. Karena dengan begitu, dia terus eksis. Dia terus menciptakan isu yang kontroversi.




Lihatlah perkataan kontroversi Novel Bakmukmin. “Jika mau masuk surga, ya minta sama Allah, pinta sama Rasul, pinta sama Prabowo-Sandi.” Pernyataan ini bukan spontan, bukan keseleo lidah. Sudah dipikirkan matang-matang. Novel bukan orang dungu. Ia ingin juga eksis. Jika novel diam-diam, ia tidak eksis. Dan seperti publik tahu pasca melontarkan mau masuk surga pinta sama Prabowo-Sandi, nama Novel trending. Eksis.

Pernyataan Prabowo tentang Indonesia bubar tahun 2030, ekonomi kebodohan, bocor #300 miliar dollar, dan seterusnya adalah strategi kontroversi. Dan lewat pernyataan itu, Prabowo eksis. Ia tidak perlu turun ke bawah, keliling Indonesia.

Apakah strategi kontroversi itu berhasil? Berhasil. Lihatlah Donald Trump. Lewat strategi kontroversinya: Kaum muslim dilarang menginjak kakinya di Amerika, ia berhasil menjadi Presiden AS. Atau tak usah jauh-jauh. Lihatlah buah strategi kontroversi saat mengalahkan Ahok-Djarot di Jakarta.

Ahok yang begitu kuat sebelumnya dengan elektabilitas tinggi, ia disukai sampai ke akar rumput, namun kalah dengan strategi kontroversi mayat tidak disemayamkan. Malam menjelang hari pencoblosan, tim kampret cukup melakukan intimidasi kepada akar rumput dengan menggunakan dalil-dalil agama. Hasilnya Ahok kalah. “Memilih pensita agama, masuk neraka”. Bahkan lewat strategi kontroversi demo berjilid-jilid dengan tagline: penista agama, Ahok sukses dipenjara.

Apakah Kubu Jokowi tidak paham strategi kontroversi kampret ini? Jokowi sendiri sudah sangat paham. Muldoko paham. Ngabalin Paham. Jokowi sendiri pernah mengatakan di depan pendukungnya agar rajin membuat isu. Habis isu ini, buatlah isu lain. Kalau tidak ada isu yang dibuat, kabarkan prestasi kita. Kaum kampret nihil prestasi. Jangan tenggelam dengan isu dan strategi pura-pura bodoh mereka.




Jika Jokowi terus membuat isu seperti mengendarai moge di opening ceremony Asian Games, goyang dangdut bersama Via Vallen, pidato game of thrones adalah gerak tangkas Jokowi dalam membuat isu. Lawan pun kelimpungan menangkis isu ini.

Perang di Pilpres mendatang adalah perang isu. Siapa yang paling banyak memproduksi isu, dialah yang menang. Strategi konsultan kampret sudah jelas. Produksi isu kontroversi sebanyak-banyaknya dan sesadis-sadisnya agar anda tetap eksis dan lawan sibuk menangkapnya.

Begitulah kura-kura.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.