Kolom Asaaro Lahagu: GATOT BERULAH SALAHNYA JOKOWI

Gatot Nurmantyo berulah. Ia membuat dunia politik kita gaduh. Jejak ulahnya beberapa hari yang lalu masih terasa hiruk hingga kini. Ia telah menyalakan api dalam sekam. Banyak pihak yang tersulut, tersenggol dan kebakaran jenggot akibat ulahnya itu.

Para lawan Jokowi jelas bersorak. Gatot lagi labil. Ia mulai keluar dari relnya. Dan itu menguntungkan lawan Jokowi. Gatot kini sudah di simpang jalan. Kaki kirinya sudah berat ke simpang kiri. Kemana Gatot melangkah?




Ketika lawan bersorak, para pendukung Jokowi terguncang. Publik terbelah. Ada yang percaya bahwa Gatot masih loyal kepada Jokowi. Ulahnya hanyalah taktik untuk memecah konsentrasi lawan. Ulah Gatot diamini Jokowi.

Di sisi lain ada yang mencurigai Gatot sedang bermain di dua kaki. Gatot sedang menjalankan politik licik untuk meraup kekuasaan.  Gatot ingin menjadi Presiden atau minimal wakil presiden. Benarkah demikian?

Gatot dipilih Jokowi sebagai Panglima TNI Juli 2015 lalu, karena gaya kepemimpinan Gatot yang dekat dengan prajurit TNI. Gatot bukanlah tipe jenderal di belakang meja. Gatot adalah tipe Jokowi, yang senang turun ke lapangan bersama para prajuritnya.

Semasa Gatot masih Kepala Staf TNI-AD, ia tak segan turun ke lapangan. Bersama prajuritnya, Gatot membangun rumah murah, memperbaiki jalan rusak, membersihkan sungai dan pantai. Selain itu, Gatot bersama TNI-AD ikut turun ke sawah dan membantu petani menanam padi. Inilah yang disukai Jokowi pada Gatot. Gatot adalah seorang pekerja keras.

Setelah Gatot menjadi Panglima TNI, etos kerjanyapun terus berlanjut. Ia kerap menemani Jokowi di lapangan membangun jalan di Papua. Masih ingat kenangan saat Jokowi – Gatot mengendarai motor di jalan trans Papua?

Lalu apa apresiasi Jokowi terhadap Gatot? Tak sekalipun Jokowi memuji Gatot apalagi memberikan sepeda kepadanya misalnya. Jokowi terlihat tak peduli pada Gatot. Mungkin Jokowi berpikir bahwa memang itu kerjanya Gatot.

Saat ada aksi demo anti Ahok yang datang berjilid-jilid, Gatot all-out mengamankan Jokowi. Gatot mengerahkan prajurit terbaiknya untuk mengamankan demo. Bahkan Gatot menemui tokoh-tokoh Islam hingga mengunjungi pesantren-pesantren. Gatot pun terlihat tak segan memakai peci hingga melilitkan kepalanya dengan kain merah putih sebagai wujud cinta besarnya pada NKRI.

Setelah Gatot sukses mengamankan demo, lalu apa respon Jokowi? Jokowi diam. Ia tak sekalipun mengapresiasi etos kerja Gatot. Padahal Gatot sudah sepenuh jiwanya menjalankan program Jokowi dan membelanya saat ada yang mendepaknya.

Menjelang lengser dari jabatannya, Maret 2018 mendatang, Gatot sudah mulai resah dan gelisah. Gatot juga manusia. Ia ingin diapresiasi, dipuja dan diberi hadiah karena etos kerja dan loyalitasnya. Ia ingin atasannya, Pangtinya, Jokowi, memperhatikannya. Selama ini Jokowi kurang melirik Gatot dan teramat fokus pada blusukannya dan ketenaran hadiah sepeda-sepedanya.




Jelas Gatot belum siap menghadapi masa pensiun. Pensiun adalah hari kiamat bagi orang Indonesia. Jadi Gatot tidak ingin tamat seperti Muldoko, Widodo AS, yang tidak lagi dilirik publik. Gatot adalah orang lapangan. Ia masih merasa kuat dan perkasa menjalankan tugas berikutnya. Ia ingin tugas lain dari Jokowi.

Kalau sudah pensiun dari TNI, Gatot mungkin mengharapkan jabatan lain dari Jokowi. Ya, jabatan menteri misalnya. Atau calon wapresnya Jokowi pada tahun 2019 mendatang. Gatot ingin diajak bicara oleh Jokowi mengenai nasibnya setelah pensiun. Tetapi Jokowi tetap terlihat cuek bebek: “Emangnya gue pikirin” begitu bahasa tubuh Jokowi.




Maka Gatotpun berulah. Ia mengcopy kata-kata Jokowi. “Emangnya gue pikirin”. Lalu ia mulai menunjukkan taring liarnya. “Itu perintah saya”. Gatot pun memakai jurus ngepret Rajawali sakti, Rizal Ramli. Ia ngepret Kemenhan Ryamizard. Ia senggol BIN-nya Budi Gunawan dan menyemprot Polri-nya, Tito. Gatot meraung dan berkoar tentang Nobar film G30S/PKI. Ia kemudian menyulut api panas senjata illegal 5000 pucuk. Tujuannya agar Pangtinya,  agar Jokowi, memperhatikannya. Gatot ibarat anak baik awalnya yang lama-lama nakal hanya untuk menarik perhatian.

Maka dari sudut pandang di atas, bisa dikatakan bahwa Gatot berulah karena salahnya Jokowi. Jokowi tidak memperhatikan capaian dan prestasi Gatot selama ini dan memberinya hadiah. Jokowi terlalu asyik pada pembangunan infrastrukturnya sehingga lupa pada Panglima TNI-nya.

Jadi, jika Gatot terus berulah, maka itu salahnya Jokowi. Begitulah kura-kura.








One thought on “Kolom Asaaro Lahagu: GATOT BERULAH SALAHNYA JOKOWI

  1. “ika Gatot terus berulah, maka itu salahnya Jokowi. “, ha ha ada betulnya juga.

    Menarik juga dilihat dari segi ini, yaitu sekiranya Jokowi ‘memperhatikan dan memuji’ setiap ulahnya . . . bisa ulahnya berkurang atau semakin menjadi-jadi he he he . . .

    Dari segi lain sebagian menduga juga kalau Jokowi sudah bisa menerka dan meraba begitu jauh, arah besar kepandaian dan pemikiran sang panglima . . . dan karena itu dibawa serta kemana-mana termasuk ke Natuna dan Papua, juga karena dugaan yang jauh itu, supaya tidak bikin ulah jika ditinggalkan sendirian dirumah.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.