Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI RESMIKAN 2 KESUKSESAN (2 Jenderal Resmikan 2 Kegagalan) (Sirulo TV)

Asaaro LahaguAda 2 sejarah baru yang diresmikan oleh Jokowi dalam 1-2 hari ini. Pertama, peresmian jalan toll trans Jawa. Ke dua, peresmian pengambilan mayoritas saham Freeport. Pencapaian dan peresmian kedua hal di atas merupakan kesuksesan spektakuler, luar biasa dan sejarah hebat Jokowi.

Saya tidak perlu membahas bagaimana hebatnya toll trans Jawa itu dan bagaimana kisah perjuangan berdarah-darah Jokowi merebut saham Freeport itu. Alasannya sudah banyak dibahas oleh banyak media.

Hal yang menarik adalah jika Jokowi meresmikan 2 kesuksesan besar, lawannya Prabowo dan SBY justru meresmikan 2 kegagalan. Apa itu?

Pertama, Prabowo meresmikan kegagalannya di reuni 212. Mimpinya agar reuni 212 itu diberitakan secara masif dari 40 ribu menjadi 13 juta gagal total. Pun mimpi Prabowo menaikkan elektabilitasnya 5% dari aksi 212 itu gagal total. Survei LSI Denny JA menyebutkan pasca reuni 212, yang dihadiri dengan gagah perkasa oleh Prabowo itu, elektabilitasnya malah turun 1%.

Ke dua, perusakan poster dan baliho Demokrat di Riau membuat SBY menangis. Lewat tangisan kepedihan, SBY bermimpi meraih simpati rakyat karena ia sebagai pihak yang dizalimi. Tak butuh waktu lama. Aksi playing victim ala SBY terbongkar. Lewat Menkopolhukam Wiranto, Kapolri Tito Karnavian menyampaikan fakta bahwa perusak poster dan baliho SBY itu adalah oknum dari PDIP dan dari partai Demokrat sendiri.

Jadi ternyata oknum yang juga merusak poster Demokrat itu berasal dari Demokrat itu sendiri. Lalu apa gunanya memelas? Sengatan Wiranto itu membuat mata SBY berkunang-kunang. Melihat SBY lunglai, Prabowo menyuntik SBY dengan sebuah motivasi.

“Apa yang dirasakan Demokrat, dirasakan juga oleh Gerindra. Perobekan poster Demokrat adalah perobekan poster Gerindra,” demikian bunyi suntikan moral berbau simpati semu Prabowo.

Tidak cukup meluncurkan suntikan moral, Prabowo memanfaatkan kegalauan SBY untuk bertemu. Gayung bersambut, SBY bertemu kembali dengan Prabowo melepas rindu.

Hari ini 21 Desember 2018 kedua jenderal bertemu merayakan dan meresmikan kegagalan mereka di atas. Yang satu gagal di reuni 212 dan yang satu gagal terzalimi.

Hebatnya, ketika 2 jenderal ini gagal, keduanya malah bersatu dan bermanufer. Manufer 2 jenderal ini terlihat lucu. Isi pertemuan mereka hanya sepakat memenangi Pilpres. Lalu sesudahnya curhat-curhatan.

Pertemuan ke duanya [Jumat 21/12] terlihat lucu jika melihat jejak pasang surut kekompakan mereka. Alasannya, 2 jenderal ini sebelumnya rusak gara-gara Cawapres kardus. Namun, demi menghantam Jokowi sebagai lawan bersama, mereka kembali duet. Keduanya pun kembali saling tarik dan saling merangkul.

Dalam rangkulannya, kedua jenderal ini berikrar bersama. Keduanya bertekad memenangi Pilpres dengan mengalahkan Presiden ndeso yang terus-menerus merayakan kesuksesan.

Jenderal yang satu adalah Capres abadi. Sudah 2 kali gagal nyapres tetapi masih ngotot maju lagi. Kali ini ia sudah marah-marah. Ia sudah melempar handphone, memarahi emak-emak, memarahi wartawan, menghina warga Boyolali, menghina tukang ojol, menyebar hoax Ratna dan meninju meja di Ijtima ulama. Lalu apa lagi?

Ia juga sudah menakut-nakuti rakyat, jika ia tak dipilih, Indonesia akan hancur, bubar dan punah. Ia juga sudah menyebar janji, jika menjadi Presiden, tidak akan ada impor, utang langsung lunas, rakyat makmur, kaya raya dan sebagainya.

Pokoknya kali ini kesempatan terakhirnya. Jadi harus menang. Kalau kalah maka dirinya punah bersama dinosaurus.

Sementara jenderal yang satu terus galau melihat Presiden ndeso. Selama 10 tahun memerintah hanya mampu membangun tol 75 kilometer dan meninggalkan warisan mangkrak termasuk Hambalang. Namun, Presiden ndeso mampu membangun 617 km tol dalam kurun 4 tahun. Tidak hanya itu, ternyata Presiden ndeso punya nyali melebihi jenderal dalam mencaplok Freeport.

Jenderal yang satu jelas sedang mengalami sindrom post power. Dulu dipuja dan dipuji kegantengannya, pidatonya yang berurut dan suaranya yang mengaum dalam album-albumnya.

Kini, dirinya tak lagi dipuja. Tubuh semakin tambun, rambut memutih. Lagunya pun sudah dilupakan orang. Puteranya juga tak mampu menggantikan posisinya. Ah, sedihnya.

Nah, untuk menghibur diri karena tidak ada prestasi dan kesuksesan yang dirayakan, maka terpaksa kegagalanlah yang dirayakan. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.