Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI TAK TERBENDUNG

Memasuki awal Februari 2019, hujan dukungan mengalir ke Jokowi. Dipicu hasil survei Denny JA yang mengatakan dukungan kaum terpelajar kepada Jokowi jeblok, tiba-tiba, di luar dugaan, dukungan bagi Jokowi-Amin dari kaum terpelajar membludak. Dimulai dari deklarasi dukungan Alumni UI. Disusul dengan dukungan dari perguruan-perguruan tinggi lainnya. Lalu, mengalir lagi dukungan dari alumni perguruan tinggi daerah.

Seolah tak berhenti, Jokowi panen lagi dukungan dari alumni perguruan lain.

Sabtu, 9 Februari 2019, Jokowi-Ma’ruf mendapat dukungan dari alumni IKJ dan Trisakti. Esoknya Minggu 10 Februari, bergulir dukungan dahsyat dari alumni SMA Se kota Jakarta yang jumlahnya puluhan ribu.

Dukungan dari tokoh-tokoh terkemuka tak kalah menarik. Ada Rheinald Kasali, dosen terkemuka UI. Walau tidak terang-terangan mendukung Jokowi, namun dari tulisan-tulisannya, ia terlihat menginginkan Jokowi 2 periode.

Ada lagi Ustad Abdul Somad (UAS). Walaupun ia menyatakan netral, tetapi kunjungannya ke KH Maimun Zubair (Mbah Moen), Gus Solah, dan Habib Luthfi bin Yahya, mensinyalir dukungan tersembunyi kepada Jokowi. Pengakuan-pengakuan Ustad Yusuf Mansur dan TBG tentang keislaman luar biasa Jokowi, menambah dukungan moril luar biasa kepada Jokowi.

Belum lagi Caleg-caleg Demokrat yang cukup banyak lebih memilih mendukung Jokowi karena derasnya arus bawah. Bahkan Sahabat Prabowo sendiri, Muchdi PR dari Partai Berkarya, lebih memilih mendukung Jokowi. Ditambah aura Ahok yang masuk PDIP, tentu secara otomatis mendukung Jokowi.

Sementara itu Fadli Zon saat ini sibuk menangkis serangan akibat nafsunya menulis puisi yang menghina KH Maimun Zubair. Tanpa sadar puisinya itu yang membuat santri dan warga NU marah. Di samping menangkis tuduhan penghinaan, Fadli Zon juga sibuk menghabiskan energinya membela mati-matian Ahmad Dhani yang hasilnya nihil, senihil perjuangan Buni Yani.

Kasus-kasus hukum yang menimpa elit Prabowo dimulai dari Ratna Sarumpaet turut mengguncang Kubu Prabowo. Ada Slamet Maarif, Ketua PA 212 yang dijerat pelanggaran UU Pemilu. Ada Dahnil Anzar yang tersandung dana Bansos Kemenpora. Semua terpaksa membela diri dan melempar tuduhan kriminalisasi.

Lalu, Prabowo sendiri sibuk dengan gombalisasi pidato bocornya dari 1.000 triliun era SBY menjadi ke 500 triliun era Jokowi. Para elit di Kubu Prabowo sebetulnya sudah panik. Untuk menebus malu, Sandiaga tetap berkeras kepala bahwa elektabilitas mereka sudah di atas 40%.

Lebih sesumbar lagi Ketua BPN Djoko Santoso yang mengklaim elektabilitas Prabowo sudah 9% di atas Jokowi. Disusul Andi Arief yang menarik kesimpulan bahwa Prabowo unggul di Google Tren. Mimpi.

SBY kembali malas mengkampanyekan Prabowo ketika Prabowo sendiri menyerang SBY yang katanya bersama Orde Baru sudah membelokkan arah pembangunan negeri ini. Para elit Demokrat tertusuk malu atas ucapan Prabowo itu. Sampai-sampai Ani Yudhoyono yang sedang dirawat di Singapura tidak mau mengucapkan terima kasih kepada Prabowo dan malah kepada Jokowi.

Lalu, kenapa tiba-tiba ada antusiasme kelompok masyarakat begitu besar dan membludak untuk mendukung Jokowi-Ma’aruf? Ajakan Jokowi yang berani mengeluarkan pesan “saatnya kita bangkit melawan” mulai memacu adrenalin masyarakat.

Pernyataan Jokowi yang mengatakan negara ini sedang diserang oleh Propaganda Rusia, memicu masyarakat bangkit dan berbondong-bondong mendukung Jokowi. Masyarakat tidak mau kalau negara ini jatuh di bawah pengaruh asing.

Lalu, masyarakat yang sudah mulai bosan akan hoax, data bohong, data ngawur mulai keluar dari sarangnya. Masyarakat mulai bangkit. Blunder Prabowo yang membiarkan keluarga Soeharto secara terang-terangan membangkitkan kembali Orde Baru membuat masyarakat kembali sadar bahaya besar bangkitnya Orde Baru.

Ucapan Prabowo yang mengecam sendiri Orde Baru tidak banyak menolong dirinya. Ketakutan masyarakat akan bangkitnya kembali Orde Baru membuat dukungan kepada Jokowi mengalir deras. Isu Orde Baru justru menguntungkan Jokowi.

Sampai sekarang, masih teringat benar di benak masyarakat, khususnya kaum terpelajar, yang mersakan kepahitan luar biasa di Era Orde Baru. Mereka pun tahu dampak buruknya jika Orde Baru kembali berkuasa. Maka, dengan segala daya upaya, masyarakat berbondong-bondong menolaknya dengan mendukung Jokowi-Ma’ruf.

Tren derasnya dukungan kepada Jokowi bisa dilihat dari survei paling terakhir Januari 2019. Celebes Research Center (CRC) merilis hasil survei elektabilitas Jokowi-Ma-ruf Amin unggul 24 dari Prabowo Subianto. Posisi Jokowi menurut survei itu sudah mencapai 56,1 % Vs Prabowo-Sandi 31,7%.

Lalu, apakah dengan dukungan deras kepada Jokowi-Ma’ruf itu, kemenangan Paslon 01 tak terbendung? Tentu saja tidak. Kemenangan tentu saja tetap kehendak Yang Di Atas. Oleh karena itu, pesan kepada pendukung Jokowi, tidak boleh besar kepala. Tetaplah bekerja keras dan rendah hati. Begitulah kura-kura.

https://www.youtube.com/watch?v=1jkeDdon39Q

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.