Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI vs PRABOWO 9 RONDE

Rematch antara Jokowi dengan Prabowo semakin sengit. Pertarungan keduanya ibarat pertarungan tinju. Masing-masing mencoba meng-KO-kan lawannya di atas ring atau mengumpulkan poin kemenangan dari ronde ke ronde. Dari 2 ronde yang telah dilakoni, keduanya menampilkan pertarungan seru. Jika dihitung sejak pendaftaran 10 Agustus 2018 sampai pemungutan suara 17 April 2019, maka ada 9 bulan lamanya pertarungan. 9 bulan itu kita samakan dengan 9 ronde.

Pertarungan pada ronde pertama kita hitung pada bulan Agustus. Sedangkan pertarungan ronde ke dua kita lihat pada bulan September. Pertarungan ronde ke tiga, bulan Oktober dan seterusnya hingga pertarungan ronde kesembilan terlaksana pada bulan April 2019.

Setelah 2 ronde terlaksana, siapa pihak yang menang? Mari kita ulas jalannya pertarungan dengan hati gembira dan bahagia selamanya.

Ronde pertama. Kunci kemenangan pada ronde pertama adalah pemilihan Cawapres masing-masing. Pada awalnya, kedua petarung saling melancarkan percobaan pukulan jab dan grab, yaitu menyerang dan bertahan di saat yang sama.

Pada ronde pertama, terlihat Prabowo yang melakukan inisiatif serangan. Sementara Jokowi bertahan rapat dengan memperhatikan manufer lawan. Prabowo melakukan jab, dengan memainkan isu Cawapresnya Gatot. Jokowi menahan jab Prabowo dengan membalas pukulan lewat Muldoko.

Prabowo kemudian berganti strategi. Ia memukul lewat pukulan uppercut-nya (pukulan jarak dekat). Caranya ia mengecoh Jokowi dengan pura-pura memilih Anies. Tetapi, Jokowi juga membalasnya dengan berpura-pura memilih Muhaimin Iskandar. Pukulan straight (Pukulan lurus) Prabowo datang begitu masif saat ia mendekati AHY. Namun pukulan straight itu langsung dibalas Jokowi dengan pukulan uppercutnya Mahfud MD.

Saat Prabowo lengah, tiba-tiba Jokowi melakukan pukulan hook yang telak. Ia menyerang Prabowo dengan memilih Ma’ruf Amin. Prabowopun panik. Lalu, dengan cepat menangkis pukulan Jokowi itu dengan pukulan check hook lewat Sandiaga. Bell ronde pertama berbunyi, tanda selesai.

Dari tayangan ulang, terlihat siapa yang paling banyak memukul dengan telak. Ada tiga juri yang memberi penilaian. Juri pertama dari kalangan agamawan, juri ke dua dari kalangan rakyat biasa dan juri ke tiga, dari kalangan anak milenial. Dua juri memberi skor kemenangan kepada Jokowi. Sedangkan satu juri yang memenangkan Prabowo. Alasan kedua juri memenangkan Jokowi pada ronde pertama ini adalah:

Pertama, Jokowi telah memilih ulama. Dengan memilih Ma’ruf Amin sebagai Cawapresnya, Jokowi sangat menghargai ulama. Dengan menempatkan bos ulama di pihaknya, maka otomatis ulama-ulama di pihak Prabowo tak berkutik lebih banyak. Politisasi SARA langsung dihentikan oleh Jokowi.

Ke dua, dengan memilih Ma’aruf Amin, Jokowi mampu menjaga keutuhan koalisinya. PKB dan Golkar walaupun sempat goyah, namun kemudian menerima sosok Ma’ruf. Ma’aruf dipandang netral dan tidak mempunyai kepentingan pada Pilpres 2024 mendatang.

Kemenangan Jokowi pada ronde pertama ini didukung oleh ketenarannya pada saat mengendarai Moge di Pembukaan Asian Games. Selain itu, semua survei yang dilakukan pada bulan Agustus, menempatkan elektabilitas Jokowi di atas 50%, jauh di atas Prabowo yang berada pada angka 30%.

Walaupun menang dalam ronde pertama ini, Jokowi tidak lepas dari kelemahan. Pertama, pemilihan Ma’ruf Amin, membuat Mahfud MD dan barisan Gusdurian sakit hati kendatipun ia tidak mengutarakannya di hadapan publik. Untuk menutupi kelemahan ini, Jokowi kemudian mengunjungi isteri Gusdur.

Ke dua, pemilihan Ma’ruf Amin membuat para pendukung Ahok yang juga sekaligus pendukung Jokowi kecewa. Dalam kasus Ahok hingga dipenjara, Ma’ruf berperan besar. Namun, pendukung Ahok kemudian tetap mendukung Jokowi setelah sadar siapa lawan Jokowi.

Lalu, bagaimana dengan Prabowo? Ada satu juri yang memberinya skor kemenangan, yakni kaum milenial. Prabowo dianggap cerdas dengan memilih Sandiaga Uno yang kaya, masih muda dan relatif gesit dibanding Ma’ruf Amin. Titik kekuatan Prabowo ini dimanfaatkan betul dengan memberi gerak bebas kepada Sandiaga untuk mendekati kaum milenial dan emak-emak Jaman Now.

Pertanyaannya, mengapa Prabowo tidak bisa memenangkan ronde pertama ini? Ada 3 alasannya.

Pertama, terbongkarnya uang sogokan Rp 500 miliar Sandiaga kepada PKS dan PAN. Publik berpandangan bahwa, baru pada tahap awal saja, Sandiaga sudah main uang sogok. Aksi sogok itu akan menjadi-jadi jika sudah berkuasa. Ini jelas mencedarai pertarungan fair di kancah perpolitikan Indonesia.

Ke dua, Prabowo relatif gagal menjaga kekompakan koalisinya. Hal itu dibuktikan dengan dukungan Demokrat yang angin-anginan kepada Prabowo. Penyebabnya adalah kegagalan AHY menjadi cawapres Prabowo.

Ke tiga, Prabowo secara jelas dan terang-benderang mengabaikan ulama. Rekomendasi ulama tidak diindahkan oleh Prabowo.

Untuk menutup kelemahan di atas, Kubu Prabowo melakukan 3 hal. Pertama, membantah terus menerus kebenaran uang sogok. Ke dua, memberikan tempat kepada SBY di tim sukses sebagai juru kampanye. Sementara anaknya (AHY) diangkat sebagai anggota dewan pembina. Soal ulama, Sandiaga kemudian diframing sebagai santri post Islamisme dan kemudian dinobatkan sebagai ulama baru oleh PKS. Tujuannya untuk menandingi keulamaan Ma’aruf Amin.

Lalu, bagaimana dengan ronde ke dua pada bulan September? Apakah Prabowo memenangkannya?

Kunci pertarungan pada ronde ke dua ini adalah soal pemilihan ketua tim sukses. Jokowi yang sudah di atas angin pada ronde pertama, mulai menikmati pertarungan pada ronde ke dua. Sementara Prabowo yang sudah tertekan pada ronde pertama, terlihat ragu-ragu melepaskan pukulan hook, uppercut dan straightnya.

Pada ronde ke dua, Prabowo terlihat membiarkan Jokowi berinisiatif menyerang. Prabowo memancing Jokowi agar masuk jebakan Prabowo. Caranya, Prabowo mencoba memancing dengan memukul pura-pura lewat penunjukkan Djok Santoso sebagai ketua tim suksesnya. Prabowo kemudian memancing Jokowi agar memilih Gatot Nurmantyo.

Ketika Prabowo sibuk membuat jebakan, Jokowi secara tiba-tiba melancarkan jab dan uppercut. Ia menghantam Prabowo dengan memilih Erick Thohir sebagai ketua tim suksesnya. Sontak jagat media dan publik setuju dengan langkah Jokowi itu. Erick Thohir yang sebelumnya sukses menyelenggarakan Asian Games, namanya terus mengangkasa ketika dihunjuk Jokowi menjadi ketua tim sukes.

Erick Thohir memang hanya ketua tim sukses. Namun perannya bisa sama dengan Cawapres. Jokowi dengan cerdik menutup kelemahan Ma’ruf Amin dengan memilih Erick Thohir. Erich Thohir yang masih muda, kaya, pengusaha, terkenal di jagat sepakbola, menjadi sosok yang bisa memadamkan bintang Sandiaga Uno.

Jelas pada ronde ke dua ini Jokowi kembali menang. Kesuksesan Indonesia di Asian Games dengan 31 emas dan menduduki peringkat 4 telah mengangkat nama Jokowi tinggi-tinggi. Memang pada ronde ke dua ini ada perlawanan sengit dari Kubu Prabowo. Pukulan hook Sandiaga lewat aksinya mendekati emak-emak cukup membuat Jokowi bertahan rapat.

Serangan hook Prabowo dan Sandiga soal kenaikan dollar, tempe setipis ATM, harga ikan asin yang melambung, telur dan sebagainya membuat pertahanan Jokowi sempat goyah. Namun, kemudian Jokowi berhasil menahan gerak liar dollar dengan beberapa kebijakannya.

Kesimpulan: Pada ronde ke dua ini, Jokowi terlihat mampu mengendalikan pertarungan. Perlawanan Prabowo relatif bisa diatasi. Jadi, untuk ronde ke dua ini ketiga juri memberikan skor menang 3-0 kepada Jokowi.

Apakah Jokowi sudah bisa memenangi pertarungan? Belum tentu. Masih ada 7 ronde lagi. Dalam 7 ronde itu, Prabowo bisa jadi mengambil alih pertarungan. Tentu Pertarungan masih lama. Kedua petarung masih menyimpan taktik dan pukulan mautnya. Mari kita saksikan pertarungan berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.