Kolom Asaaro Lahagu: KASIHAN! TIRU DONALD TRUMP, PRABOWO MASUK JEBAKAN

Kasihan Prabowo. Ditipu quick count PKS 2014 bahwa ia telah menang Pilpres, lalu sembah sujud di tanah, kasihan. Dibisikkan sebuah fakta fiksi bahwa Indonesia bubar 2030 dan menyampaikannya dalam sebuah pidato, kasihan. Dibohongi Ratna Sarumpaet soal operasi wajah dan melakukan konferensi pers, kasihan. Sekarang, seorang Prabowo didorong lagi untuk meniru Donald Trump demi Pilpres 2019.

Ia pun mengikutinya dengan pidato: “Make Indonesian great again”. Kasihan.

Prabowo seperti yang kita lihat di berbagai foto dan video, selalu dikelilingi oleh orang-orang penjilatnya. Semuanya pembisik. Mereka telah memandulkan Prabowo untuk bisa berpikir original.

Apakah seorang Prabowo sama sekali tidak mempunyai inspirasi, ide dan hasil refleksi original sendiri tentang Indonesia ke depan? Itulah pertanyaan besarnya.




Jika Prabowo meniru Donald Trump, saya merasa kasihan. Mengapa? Anda tahu siapa Donald Trump? Dialah sosok yang tidak menyukai Islam dan mencap Islam sebagai pembenci Amerika. Trump dalam kampanyenya sudah mengambil kesimpulan bahwa Islam membenci Amerika.

“Menurut saya Islam membenci kita (Amerika),” ujar Trump dalam wawancara pada Maret 2016.

Selama kampanye, Trump memanfaatkan dan menggunakan nama Islam untuk memainkan ketakutan terhadap Islam atau Islamfobia dan stereotype negative untuk menarik perhatian warga AS selama kampanye. Bayangkan seorang Trump memanfaatkan kebencian kepada Islam untuk memperoleh kekuasaan.

Pasca penembakan massal di San Bernadinno, California, yang menewaskan 14 orang, Trump mengeluarkan pernyataan pers berisi seruan ‘larangan secara menyeluruh’ terhadap umat muslim memasuki wilayah AS. Dan itu ia tindaklanjuti setelah menjadi Presiden AS.

Orang-orang kepercayaan Trump tidak jauh berbeda dengan Trump. Michael Flynn, Penasehat Keamanan Nasional, misalnya, pernah menyebut Islam sebagai kanker ganas dan takut kepada muslim itu rasional. Bahkan Steve Bannon, penasehat senior Trump yang juga bos dari situs berita nasionalis Breitbart mengatakan bahwa Islam adalah agama paling radikal di muka bumi.

Bagi umat muslim Indonesia, Trump adalah sosok yang tidak bersahabat. Sebagian publik telah mencap Trump anti Islam. Jika Prabowo meniru Trump yang anti Islam, maka Prabowo memasukkan dirinya ke dalam jebakan. Prabowo meniru manusia pembenci Islam, Trump.

Bagaimana mungkin seorang calon Presiden Indonesia, negara yang mayoritas muslim meniru Trump yang anti Islam? Artinya, umat Islam yang tidak suka Trump sangat mungkin tidak menyukai Prabowo yang mengidolakan Trump. Nah, itulah jebakan pertamanya.




Jebakan ke duanya adalah soal Yerusalem. Trumplah orang yang dengan keras dan bahkan merealisasikan pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem yang juga diklaim penuh darah dan air mata oleh Palestina. Indonesia adalah negera terdepan pembela Palestina.

“Saya melakukan sesuatu yang didukung secara penuh oleh senat AS beberapa bulan sepenuhnya: Saya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata Trump.

Menurut Trump, negara-negara yang menentang pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem itu adalah musuh AS.

Apa yang dinyatakan Trump tersebut kemudian terbukti. Pada bulan Mei 2018, AS memindahkan kedubesnya ke Yeruslaem secara resmi. Kecaman dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia diabaikan oleh seorang Trump. Nah, jika Prabowo meniru Trump yang menghancurkan impian ibu kota Palestina, yakni Yerusalem, bagaimana perasaan umat Islam Indonesia? Jelas sangat terluka.

Alasan Prabowo meniru strategi Donald Trump untuk meraih kursi kepresidenan, bisa dipahami. Para pembisik dekat Prabowo meyakini bahwa hanya dengan jalan itu Prabowo bisa memenangkan pertarungan di Pilpres. Lewat tiruan taktik Trump, Prabowo bisa menyihir rakyat Indonesia agar memilihnya. “Make Indonesian great again”, katanya. Lewat slogan itu, para pendukung Prabowo yakin akan melenggang jadi Presiden Indonesia.

Kalimat “Make Amerika great again” adalah slogan jitu Trump saat berkampanye. Slogan ini menyihir rakyat Amerika yang sudah nyaman dengan status mereka sebagai the number one in the world. Status sebagai the number one adalah kebanggaan hebat rakyat Amerika.




Ketika China yang komunis melesat dan mampu menjadi negara number two di bidang ekonomi, rakyat Amerika mulai terancam. Status negara mereka sebagai negara terhebat, terdepan, terkuat dalam bungkus ‘The super power of country in the world’ sedang digeser oleh China.

Tiga puluh tahun yang lalu, kekhawatiran rakyat Amerika bahwa negara mereka sedang turun takhta, sementara China sedang naik takhta semakin nyata. Situasi itu bukan lagi hanya bayolan, tetapi semakin menjadi kenyataan.

Di era Presiden Obama, negara Amerika yang ‘sudah dibangkrutkan’ oleh Duo George W. Bush akibat perang Irak, Afganistan, tak mampu diperbaiki. Utang Amerika pun menggunung, pengangguran membengkak, defisit neraca impor-ekspor negatif, imigran gelap merajalela dan teroris beraksi membabibuta.

Ketika suasana hati rakyat Amerika lagi galau, Trump mencalonkan diri. Ia berhadapan dengan Hillay Clinton. Dari berbagai survei, elektabilitas Hilary Clinton jauh di atas Trump. Para pengamat memprediksi bahwa Hillay akan mudah menang atas Trump.

Akan tetapi di bilik suara, Trump dipilih lebih banyak oleh rakyat Amerika. Ia dipandang membela kepentingan rakyat Amerika ketimbang Hillary. Trump tak bisa dibendung menuju Gedung Putih. Padahal, selama kampanye, Trump membuat banyak hal kontroversial, termasuk berbohong, mengaburkan fakta, menyebarkan fitnah kepada lawannya.




Lalu, apa bedanya Prabowo dengan Trump?

Ketika Donald Trump melakukan kampanyenya, ia tidak meniru siapapun. Jadi, di benak rakyat Amerika, apa yang disampaikan Trump bukan dari pemimpin negara lain tetapi original dari otak dan mulut Trump sendiri. Inilah yang dilupakan oleh Prabowo.

Prabowo benar soal meniru sisi kontroversialnya Trump. Namun para pembisiknya lupa sisi lain Donald Trump yang telah melukai hati umat muslim dunia. Trump telah terbukti mengabaikan kecaman dunia muslim soal pemindahan ibu kota Israel. Apalagi saat ini Trump lagi bersimpati kepada rakyat Palestina seperti para presiden AS pendahulunya.

Jika Prabowo meniru Trump, maka ia adalah penjilat Trump, sosok pembenci umat muslim dunia. Apalagi jika ada sekelompok rakyat yang cerdas, bisa menjudge Prabowo sebagai Capres yang tak punya ide orisinal dan hanya meniru bentuk kampanye pemimpin lain.

Apakah rakyat Indonesia yang sebagian besar umat muslim, akan memilih Prabowo yang mengidolakan Trump, pembenci umat muslim dan pelukai hati rakyat Palestina? Nah, disitulah jebakannya. Jika rakyat Indonesia memiliki kesadaran itu, maka Prabowo jelas tidak akan dipilih. Pasalnya Prabowo adalah Trawowo atau Prump. Kasihan.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.