Kolom Asaaro Lahagu: MENGHARUKAN! SANDIAGA GAGAL JEBAK JOKOWI LEWAT GATOT

Kubu oposisi sepertinya menyerah. Prabowo dan kawan-kawan akhirnya memastikan nama Djoko Santoso sebagai Ketua Tim Kampanye di Pilpres 2019. Kubu oposisi sepertinya tidak sabar menunggu manufer Koalisi Jokowi soal pemilihan Ketua Tim Kampanye. Dengan kepastian memilih Djoko, maka peluang Gatot Nurmantyo yang sebelumnya disebut-sebut Sandiaga berpeluang menjadi Ketua Tim Kampanye Prabowo-Sandi hanyalah guyonan.

Guyonan Sandiaga yang riang gembira mendekati Gatot terbukti hanyalah taktik kelas teri.

Taktik Sandiaga yang terus mengoceh di media bahwa dia terus mendekati Gatot, hanyalah perangkap. Bahkan pernyataan Sandi yang berkoar di media bahwa ia sudah mengutus beberapa tim untuk menghubungi Gatot, hanyalah tipuan.




“Ada beberapa tim yang menghubungi beliau (Gatot). Saya sendiri masih menunggu dijadwalkan waktu bertemu beliau,” kata Sandiaga [Detik.com 24/8].

“Fokus kami di bidang ekonomi dan Pak Gatot perannya sangat sentral karena beliau memiliki background yang sama-sama Pak Prabowo, untuk pemerintahan yang kuat dengan pola kepemimpinan yang tegas,” lanjut Sandi saat itu.

Hari demi hari pun berlalu. Omongan Sandi untuk bertemu dengan Gatot tak pernah terjadi. Hingga akhirnya per 1 September 2018, koalisi Prabowo memastikan Djoko Santoso sebagai Ketua Tim Kampanye. Pertanyaannya kemudian, mengapa Sandi tidak pernah bertemu dengan Gatot?

Jawaban pertanyaan itu terkuak ketika Gatot tidak jadi dipilih menjadi Ketua Tim Kampanye Koalisi Prabowo. Ternyata framing terhadap Gatot hanyalah jebakan untuk disorongkan kepada koalisi Jokowi. Penyebutan nama Gatot tidak lain hanya pancingan kepada koalisi Jokowi agar ikut merebut Gatot. Dengan kata lain Sandiaga mencoba menaikkan posisi tawar Gatot agar dipilih di Kubu Jokowi dan diberi jabatan strategis.

Dari ucapan Sandiaga, maka jelas bahwa koalisi Prabowo menginginkan Gatot untuk menjadi Ketua Tim Kampanye alias Ketua Tim Sukses Jokowi. Mengapa? Jika Gatot ada dalam tim kampanye Jokowi apalagi kalau menjadi ketua tim, maka persaingan di internal Jokowi tak terhindarkan.

Dalam tim kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin, ada nama Jenderal Muldoko, seniornya Gatot. Posisi Muldoko dalam tim kampanye adalah sebagai wakil ketua. Dalam jabatan di TNI sebelumnya, Muldoko menjadi bossnya Gatot. Muldoko Panglima TNI, Gatot Kepala Staf Angkatan Darat.

Jika Gatot menjadi ketua, maka Muldoko menjadi anak buah Gatot. Ini menjadi malapetaka di Kubu Jokowi. Muldoko yang sudah sangat dekat dengan Jokowi dan kini menjadi Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), bisa mundur teratur. Muldoko tentunya tidak mau jika Gatot melangkahi dirinya. Artinya promosi Sandiaga atas Gatot langsung menembak Muldoko.




Framing koalisi Prabowo semacam PKS bahwa Gatot sangat cocok menjadi Ketua Tim Kampanye Jokowi, juga bertujuan menembak PDIP. Sandiaga paham bahwa Gatot berseberangan dengan PDIP. Jika Jokowi berani mengambil Gatot, maka akan tercipta konflik baru Jokowi dengan PDIP. Inilah yang dinginkan Sandiaga.

Saat menjadi Panglima TNI, Gatot secara halus menyerang PDIP terkait pemutaran film G30S/ PKI di tangsi-tangsi militer. Hal ini membuat PDIP mencurigai Gatot sedang mendiskreditkan PDIP. Film G 30 S itu dulu digunakan oleh Soeharto untuk mendiskreditkan Soekarno sekaligus mengkultuskan Soeharto.

Gatot juga merupakan sosok yang tak disukai oleh kelompok minoritas. Ia kerap membuat pernyataan kontroversial terkait tenaga kerja asal Tiongkok dan terkesan memojokkan kelompok minoritas. Pun kedekatan Gatot dengan tokoh-tokoh di balik aksi Bela Islam 212 yang menumbangkan Ahok, membuat nama Gatot tak disukai oleh pendukung Jokowi. Ini juga yang diinginkan Sandiaga: menciptakan konflik di Kubu Jokowi lewat Gatot.

Apakah Jokowi terjebak oleh manufer Sandiaga itu? Sama sekali tidak. Jokowi sama sekali tidak tertarik memasukkan Gatot ke dalam tim kampanyenya. Apalagi saat menjadi Panglima, Gatot justru melontarkan puisi yang isinya mengkritik Pemerintahan Jokowi.

Bagi Jokowi, Gatot sudah tamat. Saat Gatot dipensiunkan dini dari jabatannya sebagai Panglima TNI, pada saat itulah posisi Gatot di hati Jokowi sudah tamat. Gatot sekarang tidak berbeda dengan Sudirman Said dan Rizal Ramli yang sama-sama dipecat Jokowi. Mereka adalah sosok yang tidak bisa diatur, tidak loyal dan patut kepada Jokowi.

Menjelang batas penyerahan kelengkapan tim kampanye di KPU, per 22 September 2019, nama Gatot tidak pernah bergaung di kubu Jokowi. Pun dalam daftar nama kejutan dari istana, nama Gatot tak ada di sana. Itu berarti taktik Sandiaga tak berhasil menjebak Jokowi. Dengan kata lain, Sandiaga gagal menjebak Jokowi lewat Gatot.

Lalu siapa ketua Tim Kampanye Jokowi? Terakhir disebut-sebut nama Erick Thohir yang sukses di Asian Games. Nama terakhir ini katanya cocok untuk merebut hati kaum milenial. Benarkah demikian? Siapa Ercik Thohir? Erick Thohir mulai dikenal ketika ia mengakuisisi klub sepakbola terkenal Italia, Inter Milan tahun 2013 lalu.

Popularitas Erick langsung menukik ke atas ketika ia bisa menyelenggarakan pembukaan Asian Games 2018 secara spektakuler. Erick Thohir yang lahir pada 30 Mei 1970 itu adalah Ketua INASGOG Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committe atau Panitia Pelaksana Asian Games 2018.

Apakah dengan popularitas Erick Thohir itu, ia sudah bisa memimpin Tim Kampanye Jokowi? Mengutip pernyataan Ma’ruf Amin bahwa Calon Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf akan diumumkan per 6 September adalah orang yang memiliki kemampuan yang cukup, tangguh, aspiratif, lebih menarik, dan mempunyai skill managerial yang cukup.

Apakah dia adalah Erick Thohir? Mari kita tunggu. Yang jelas bukan Gatot seperti yang dikoarkan oleh kubu Prabowo. Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf memang kejutan tetapi bukan Gatot. Begitulah kura-kura. #JokowiLagi.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.