Kolom Asaaro Lahagu: Patrialis Akbar Tersangka, Ahok Diselamatkan, Skenario Pak Mantan Buyar

Patrialis Akbar. Foto: Pojok Satu.

 

Tertangkapnya Patrialis Akbar oleh KPK, terjadi di saat yang tepat. Sosok koruptor yang berwajah mantan Menteri Hukum dan HAM serta Hakim Konsitusi MK ini, amat berbahaya. Patrialis tidak ada bedanya dengan Akil Mochtar, sang Ketua MK yang sebelumnya amat rakus korupsi. Keduanya tega merusak dan mengkhianati bangsanya sendiri.

Menurut Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, Patrialis sebelum ditangkap, sudah 3 kali menerima suap terkait pembahasan uji materi UU No 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan hewan.

 ‎”Diduga Patrialis Akbar menerima USD 20 ribu dan SGD 200 ribu itu sudah penerimaan ketiga. Sebelumnya sudah ada penerimaan pertama dan kedua,” kata Basaria di kantor KPK Kamis, 26 Januari 2017.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi terkait gugatan Pilkada 2017, jika Patrialis Akbar dibiarkan duduk sebagai hakim Mahkamah Konstitusi. Ia akan menjadikan kasus-kasus gugatan Pilkada 2017 mendatang sebagai lahan amat basah untuk memperkaya dirinya atau berpihak kepada kelompok yang dekat dengan dirinya. Namun ternyata Sang Khalik berkehendak lain. Patrialis keburu jatuh. Ia dijadikan tersangka oleh KPK karena perbuatannya sendiri.

Penetapan Patrialis sebagai tersangka KPK, bisa dimaknai sebagai penyelamatan demokrasi, menyelamatkan MK, sekaligus menyelamatkan Ahok. Mengapa? Jika Pilkda DKI terpaksa 2 putaran dan yang head to head adalah paslon Ahok-Djarot dengan paslon Agus-Sylvie, maka terjadilah skenario Pak Mantan. Jika pasangan Agus-Sylvie kalah dan merasa keberatan, ujung-ujungnya akan mengajukan gugatan di MK.

Kita masih ingat gugatan pasangan Prabowo-Hatta sebelumnya, saat Pilpres 2014 lalu. Koalisi Merah Putih (KMP) saat itu, mati-matian menggugat kemenangan Jokowi-JK di MK. Kendatipun akhirnya kebenaran tetap menang, namun para pendukung Jokowi-JK sempat was-was jika MK berkeputusan lain. Bukan tidak mungkin hal yang sama akan terjadi pada Pilkada DKI yang suhunya amat panas saat ini.

Skenario Pak Mantan pun akan terjadi. Saya akhirnya menjadi paham jika ternyata Pak Mantan sudah merancang skenarionya jauh-jauh hari sebelumnya di Pilkada DKI. Ia yang telah menyusup ke mana-mana termasuk di MUI, terus mencengkram dengan skenario jitu lainnya.  Seandainya Ahok pun tidak pernah menyerempet Surat Al-Maidah, bisa jadi MUI akan mengeluarkan fatwa terbaru: haram memilih pemimpin Non-Muslim. Nah pada saat itu tetap meluncurlah GNPF-MUI berkolaborasi dengan FPI untuk menggerakan demo menentang Ahok.

Nah, jika ada celah gugatan di Pilkada DKI 2017, maka Pak Mantan juga sudah punya jaringan  di MK lewat Patrialis.  Patrialis adalah sosok yang diangkat oleh Pak Mantan sebagai menteri, memecatnya, lalu menempatkannya di MK hingga saat ini. Jelas Patrialis yang sudah mahir korupsi dan menumpulkan hati nuraninya, akan membalas budi kepada pihak yang telah mengangkatnya sebagai Hakim MK.

Jelas Patrialis yang juga berlatar belakang sebagai politikus PAN saat ini dan menjadi salah satu partai pendukung Paslon Agus-Sylvie, akan mencoba mencari celah sekecil apapun untuk menggugurkan kemenangan pasangan lawan yang dibelanya. Dan ini amat berbahaya. Patrialis yang mempunyai kedudukan kuat di MK dan mempunya jaringan kuat di sana, akan mudah mempermainkan hukum.

Lewat kasusnya, publik akhirnya mengerti mengapa Patrialis  menyindir Ahok pada saat sidang gugatan Ahok terkait cuti kampanye di MK.

“Keinginan Pak Basuki ini kan berkaitan dengan pelayanan masyarakat juga, tetapi sidang ini aja sudah lima kali ya Pak Ahok, menghabiskan waktu. Pelayanan masyarakatnya juga berkurang. Ini enggak tahu beberapa kali ini. He-he. Agak repot juga,” kata Patrialis di Gedung MK, Jakarta, Senin, 29 September 2016 lalu.

Lewat ucapannya terkait gugatan Ahok itu, maka isi otak Patrialis sudah bisa dibaca. Rupanya dia juga ikut larut dalam perang kepentingan di Pilkada. Patrialis yang berwajah ayu, sok beriman, membangun beberapa pesantren, taat beragama, bertutur sopan nan santun, wajah penuh senyuman, ternyata berhati busuk dan berotak kotor. Ucapannya di media bahwa ia dizalimi, tidak bersalah, tidak korupsi satu Rupiah pun, sesaat setelah  ditetapkan sebagai tersangka, membuat publik semakin muntah.




Jelas perbuatan kotor Patrialis telah membuat wajah MK  kembali tercoreng habis. Publik kembali menyorot MK setelah sebelumnya babak-belur akibat ulah korupsi Akil Mockhtar. Ke depan publik terus mengharapkan agar MK terus kembali ke jalan yang benar. Pun pembenahan total perekrutan hakim-hakim MK dilakukan agar lebih transparan. Pengganti Patrialis selanjutnya juga diharapkan berasal dari sosok yang bersih, netral dan tidak ada sangkut pautnya dengan partai.

Nah, dengan tertangkapnya dan menjadi tersangkanya Patrialis Akbar oleh KPK, maka satu  sosok yang amat berpotensi menjadi penjegal Ahok-Djarot di MK tersingkir duluan. Ia tersingkir sebelum ikut bermain di Pilkada DKI mendatang. Dan itu bisa dianggap telah menyelamatkan Ahok sekaligus membuyarkan skenario Pak Mantan. Artinya penjegal Ahok di MK sudah berkuarang satu orang, sekaligus mengurangi jaringan Pak Mantan di MK.

Jadi, dengan dijadikannya Patrialis menjadi tersangka, maka Ahok diselamatkan dari potensi penjegalan di MK. Bersamaan dengan itu, skenario Pak Mantan lewat MK, dipastikan buyar. Begitulah kura-kura.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.