Kolom Asaaro Lahagu: POHON NENEK LU

Di era Ahok kata ‘tidak tahu’, belum ‘dilaporkan’ adalah tabu. Ahok harus tahu hal-hal yang bersinggungan dengan kepentingan publik. Ia proaktif tahu. Pun dia memaksa anak buahnya menyampaikan laporan secepat mungkin. Bila tidak, mereka bisa kena amukan, sempritan dan pecatan.

Jika ada dinas yang mengusulkan pohon plastik sebagai penghias trotoar, Ahok akan katakan anda sudah gila. Pakai otak. Jakarta butuh pohon hijau hidup. Itu pohon nenek lu. Anda harus menanam pohon hidup. Titik.




Tetapi, di era Anies – Sandi, kata ‘tidak tahu’, ‘nanti saya cek’, adalah menu jawaban keduanya. Ketika mobil Ratna Sarumpaet yang diderek dikembalikan, jawaban Anies ‘belum tahu’. Ketika ‘air tinja olahan diminum Sandi, Anies belum tahu.

Ketika ada pohon plastik, jawaban Anies juga tidak tahu. ‘Nanti saya cek dulu. Saya periksa dulu. Saya amati dulu. Saya pelototin dulu,’ kata Anies.

Kini saat pohon plastik itu viral di sosmed, Sandi dan Anies sibuk menjawab asal anggarannya. Publik terlanjur menghubungkan pengadaan pohon plastik itu dengan duit Rp. 8 miliar.




Sekarang energi Anies beserta senyumnya sibuk menjelaskannya panjang lebar. Atas bawah. Utara ke Selatan. Pun ia sibuk menyalahkan bawahan. Sibuk berkilah. Sibuk senyum keberpihakan.

Jakarta memang sedang berpesta. Ya pesta anggaran Rp. 70 triliun lebih di tahun 2018 ini. Ada lagi nanti 2019. Lebih gede. Semakin lezat. Yang tidak kebagian, jangan nyinyir. Nyinyir kepada saudara seiman itu, dosa bro.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.