Kolom Asaaro Lahagu: Rizieq Tersangka, Jokowi Unjuk Gigi, SBY Ketar-Ketir

Rizieq Shihab akhirnya hampir pasti mengikuti jejak Ahok sebagai tersangka. Kalau Ahok menjadi tersangka penistaan agama, maka Rizieq akan menjadi tersangka penistaan Pancasila nantinya. Bedanya, sebelum Ahok menjadi tersangka, Rizieq harus mengerahkan jutaan massa 411 dengan biaya ratusan milliar Rupiah. Sementara untuk menjadikan Rizieq tersangka, tak perlu ada demo apapun dan hanya menelan biaya beberapa ribu Rupiah saja.

Informasi Rizieq sebagai tersangka diperoleh setelah Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kasus dugaan penodaan Pancasila dari penyidik Polda Jawa Barat. Dengan demikian, status perkara yang menjerat pemimpin Ormas FPI, Rizieq Shihab ini telah dinaikkan ke penyidikan.

“Jadi Kejati Jabar itu telah menerima SPDP atas nama tersangka Habib Rizieq, dua hari yang lalu,” kata Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Kajati) Setia Untung Arimuladi, di kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2016 sebagaimana dilansir oleh Liputan6.com.

Rizieq tersangka (tinggal menunggu pengumuman dari kepolisian) adalah keputusan terbaik di saat yang tepat. Jika Rizieq diproses saat dia menggelembung tinggi, maka ia akan memicu terjadinya kekacauan. Namun, kini situasi telah berhasil dikendalikan oleh Jokowi dan Tito. Proses hukum dan penetapan tersangka kepada Rizieq sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Rizieq sudah lunglai alias pincang.

Selama ini, laporan-laporan yang menjerat Rizieq terkesan ditunda. Akibatnya Rizieq dan FPI-nya terlihat semakin besar kepala. Rizieq terus merasa sebagai orang besar yang tak tersentuh hukum atau untouchable person. Mulut Rizieq pun terus lancang dan mengaum pedas. Ia melabrak siapa saja yang tidak sepaham dengannya. Ia selalu berlindung di balik ayat-ayat suci agama untuk membungkam orang lain.

Tak dapat dipungkiri bahwa selama ini Rizieq adalah biang demo besar 411 dan 212. Ia adalah biang aksi-aksi anarkis, otak di balik gerakan-gerakan intoleran dan provokator SARA. Rizieq juga menjadi garda paling depan untuk menyerang terus-menerus Ahok. Dan iapun berhasil memaksakan kehendak kepada Ahok. Ahok tersangka. Akibatnya, Rizieq menjadi besar kepala dan terbang ke langit ke tujuh.

Rizieq dengan pongah berdiri di atas hukum, di atas konstitusi dan menjadi orang yang paling benar. Itulah sebabnya Rizieq berani menghina agama Kristen, menghina Kapolda Metro Jaya dan Hansip, menyerang Megawati dan mendikte Kapolri. Ia juga sebelumnya telah menghina Pancasila, dan sangat bernafsu melengserkan Jokowi.

Namun, dunia tidak seperti yang diimpikan atau dibayangkan oleh Rizieq. Masih ada langit di atas langit. Lewat mulutnya juga Rizieq akhirnya jatuh. Ternyata strategi Jokowi dan Tito untuk membiarkan proses hukum terhadap Ahok yang menjadi incaran utama Rizieq, menjadi titik balik kejatuhan Rizieq.

Ketika Jokowi berani membiarkan Ahok menjadi tersangka, maka ia tidak lagi tersandera pada kasus Ahok itu. Dengan demikian mudahlah bagi Jokowi untuk melakukan serangan balik kepada lawan-lawan politiknya termasuk kepada Rizieq Shihab.

Kunci kekalahan Riziq sebetulnya sudah mulai sejak Kapolri Tito yang cerdas, menetapkan 11 orang pelaku makar sebagai tersangka. Penetapan itu menghilangkan setengah moril Rizieq dan menakutkan orang-orang yang selama ini menunggangi Rizieq. Disusul kemudian Buni Yani dan sekarang menyasar kepada Rizieq sendiri. Rencana besar Rizieq untuk melengserkan Jokowi sebelumya, gagal total dan porak-poraknda.

Ternyata strategi jitu Jokowi yang tidak membela Ahok, dimaksudkan untuk memudahkan menekuk lawan-lawannya. Dengan ditetapkannya Ahok menjadi tersangka, maka tidak ada alasan lagi para lawan politiknya untuk menghantam langsung pemerintahan Jokowi. Nah, di sini Jokowi  memulai titik balik untuk melancarkan serangan balik mematikan terhadap lawan-lawannya.

Ibarat bermain catur, Jokowi rela mengorbankan kudanya demi meng-skakmat raja lawan. Artinya, Jokowi rela mengorbankan Ahok untuk mendapat korban lebih banyak dari lawannya. Ada korban dari pihak gue, tetapi gue juga akan memakan korban dari pihak loe. Begitulah bahasa gaulnya. Jadi sama-sama ada korban. Bedanya korban yang diincar Jokowi, pasti yang lebih gede.




Setelah Rizieq ditetapkan tersangka, maka selanjutnya Jokowi semakin memantapkan posisinya untuk menekuk lawannya yang lebih besar. Jokowi akan unjuk gigi dan melumat terus lawannya. Lalu, siapa lawan yang lebih besar Jokowi? Apakah Rizieq? Jelas bukan. Rizieq jelas kecil karena yang membesarkan Rizieq adalah orang gede di belakangnya. Kalau begitu siapa orang gede di belakangnya? Apakah kelompok Pak Mantan?

Lalu bagaimana membidik orang gede di belakang Rizieq itu? Menggunakan strategi tebang satu-satu. Jokowi terlebih dahulu menekuk orang-orang di sekitarnya. Itu yang sudah dan sedang dilakukan. Sama seperti strategi sebelum menekuk Rizieq, maka kini Jokowi juga menerapkan strategi yang sama kepada orang gede. Kini orang-orang di sekitar Pak mantan satu per satu ditekuk. Salah satunya adalah Rizieq.

Ke depan, jika orang-orang di sekitar Pak Mantan habis ditekuk, maka bisa jadi sasaran panah Jokowi selanjutnya akan tertuju kepada Pak Mantan. Kasus-kasus sebelumnya yang mengaitkan Pak Mantan seperti Century, kasus TPF Munir, kasus Antasari, kasus 34 proyek PLN yang mangkrak, akan mulai ditelusuri, diselidiki sampai lebaran kuda.

Penetapan tersangka Rizieq oleh polisi, jelas membuat  SBY sendiri yang akhir-akhir ini berseberangan dengan Jokowi, mati kutu dan mulai ketar-ketir. SBY yang berteriak lancang pada kasus Ahok demi memenangi puteranya pada Pilkada DKI, kini suaranya tidak lagi terdengar. Suara SBY tiba-tiba bisu dan tidak berteriak ketika Rizieq menista Pancasila. Hal itu jelas standar ganda. Kerena standar gandanya itu juga, SBY akan menjadi ketar-ketir sendiri. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.