Kolom Asaaro Lahagu: SADIS, TERORISME BERKEMBANG, FADLI ZON SALAHKAN JOKOWI




Hari ini bom meledak di tiga tempat di Surabaya. Publik terhenyak. Tak ketinggalan Fadli Zon, sang tukang nyinyir. Ia ikut mengutuk tindakan teror itu. “Itu tindakan biadab dan pengecut. Turut berdukacita pada para korban,” begitu isi cuitan Fadli Zon lewat akun twitternya. Sampai di sini, Fadli Zon masih berada pada garis yang benar. Namun pada cuitan selanjutnya yang ia beri nomor tujuh, Fadli Zon membuat heboh jagat twitter. Mengapa? Perhatikan isi cuitan Fadli Zon berikut ini.

“Terorisme biasanya bkembang di negara yg lemah pemimpinya, mudah diintervensi, byk kemiskinan n ketimpangan dan ketidakadilan yg nyata.”

Apa pesan dari cuitan Fadli Zon di atas?

Pertama, cuitan Fadli Zon dari nomor satu hingga nomor tujuh saling berkaitan erat. Jadi, kesimpulannya, ia sedang mengomentari situasi di Indonesia saat ini yang sedang diserang teroris. Ke dua, karena ia sedang mengomentari situasi Indonesia, berarti Fadli Zon juga sedang mengomentari pemerintah Indonesia lewat kata ‘pemimpinya’. Dari premis di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa, secara implisit, Fadli Zon 100 persen sedang mengomentari Indonesia yang sedang diserang teroris di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

Dari cuitannya di atas, Fadli Zon jelas menyalahkan Jokowi. Dan itu memang habitatnya sebagai opoisisi. Selalu menyalahkan Jokowi. Ia menyebut Jokowi sebagai seorang pemimpin yang lemah. Nah, karena kepemimpinan Jokowi yang lemah, maka berkembanglah terorisme. Dan itu biasa di negara-negara yang pemimpinnya lemah termasuk Indonesia.




Benarkah logika Fadli Zon di atas? Benarkah kepemimpinan Jokowi lemah? Dari manakah Fadli Zon menarik kesimpulan bahwa Jokowi lemah?

Apakah Jokowi lemah ketika ia membubarkan Petral? Dengan keras kepala bernegoisasi dengan pihak Freeport? Membubarkan PSSI? Menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan? Memberantas para mafia? Tidak tunduk pada maunya Setya Novanto, Sang Koruptor kakap? Lalu ia membubarkan HTI dengan Perpu? Dan mengeluarkan pernyataan lantang: “Kita tidak pernah takut kepada teroris.”?

Ternyata Jokowi pemimpin yang kuat. Jika Fadli Zon menuduh Jokowi sebagai pemimpin yang lemah, itu adalah bualan Fadli yang sadistis.

“Di negara yang lemah pemimpinnya, terorisme biasanya berkembang”.

Benarkah demikian? Di era SBY, sang jenderal, terorisme berulang kali menyerang Indonesia. Di negara lain yang kuat pemimpinnya seperti di Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, juga diserang terorisme. Apakah negara-negara itu lemah pemimpinnya? Bukankah 15 Februari lalu, ISIS menyerang sebuah gereja di Rusia? Siapa pemimpin Rusia saat itu? Dialah Vladimir Putin, sang idola Fadli Zon. Faktanya di negara manapun serangan teroris bisa terjadi, tak peduli siapa pemimpinnya. Jadi, salah besar, jika terorisme berkembang di Indonesia karena kepemimpinan Jokowi lemah. Itu hanya igauan seorang Fadli Zon yang sadis.

“Di negara yang pemimpinnya mudah diintervensi, terorisme berkembang?” Itu berarti Indonesia yang sedang dipimpin oleh Jokowi, mudah diintervensi. Lalu terorisme berkembang. Siapa orang yang mampu mengintervensi Jokowi? Megawati? Tidak juga. SBY? Tidak juga. Prabowo? Tidak juga. Donald Trump, Putin? China? Tidak juga. Bahkan di eranya Jokowi mampu menunjukkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang tegas dan tidak mudah diintervensi. Jika Fadli Zon menilai Jokowi sebagai pemimpin yang mudah diintervensi, itu adalah tuduhan yang dungu, tuduhan sadisitis.

“Di negara yang banyak kemiskinannya, ketidak-adilan, ketimpangan nyata terorisme berkembang”.

Ah, Fadli Zon kurang mengikuti perkembangan. Data BPS per September 2016 lalu, menyatakan bahwa terdapat 27,76 juta penduduk miskin di Indonesia. Setahun kemudian angka itu berhasil diturunkan menjadi 26, 58 juta atau berkuarang 1,18 juta jiwa dalam setahun. Inilah sebuah prestasi spektakuler Jokowi.




Jika dilihat dari data statistik selama 10 tahun termasuk di era SBY, rata-rata penurunan kemiskinan per tahun hanya 500 ribu orang. Baru pada tahun 2017, terjadi penurunan di luar kebiasaan. Tingkat kemiskinan per September 2017 mencapai titik terendah dalam 10 tahun terakhir. Target Jokowi pada tahun 2018 hingga 2019, angka kemiskinan akan terus diturunkan.

Apa arti data itu? Kemiskinan di Indonesia sudah sejak dulu. Kemiskinan itu peninggalan Soeharto dan SBY. Ketika Jokowi tampil, ia justru berperang memerangi kemiskinan itu dengan all out.

Bagaimana dengan ketidakadilan dan ketimpangan nyata? Terobosan spektakuler Jokowi yang membuat nyinyir Fadli Zon adalah pemberian sertifikat tanah. Inilah program Jokowi yang mampu membungkam oposisi semacam Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Amin Rais. Lalu ketimpangan? Dari Papua Jokowi secara masif membangun. Ah, tak usah disebut satu per satu hebatnya Jokowi. Nanti cuitan Fadli Zon akan semakin sadis.

Lalu, mengapa terorisme berkembang? Itu terjadi karena indoktrinasi yang salah, sumbu pendek atas pemahaman ajaran agama. Terorisme berkembang karena frustrasi. Negara khilafah tidak pernah menjadi kenyataan. Malah pencetusnya HTI sudah dibubarkan. Anehnya, gugatan HTI didukung pula oleh partainya Fadli Zon, Gerindra.

Perhatikanlah apa yang terjadi. Gugatan HTI ditolak PTUN pada tanggal 7 Mei 2018. Tanggal 8-9 Mei teroris mengamuk di Mako Brimob. Lalu setelah itu banyak teroris ditembak mati oleh Densus 88. Ada yang ditangkap hidup-hidup termasuk kedua gadis remaja. Hari ini 13 Mei 2018 terjadi pemboman bunuh diri di Surabaya. Apakah rangkaian tindakan terorisme itu sebagai bentuk frustrasi? Mereka sudah semakin terjepit oleh ketegasan Kapolri Tito Karnavian? Silahkan Fadli Zon jawab sendiri.




Hal yang penting diingatkan kepada Fadli Zon adalah jangan ikut mengompori situasi. Anda tak perlu ikut berduka, tak usah ikut meneteskan air mata bersama keluarga para korban, jika anda munafik. Anda boleh bersorak, boleh bergembira, pada apa yang terjadi namun anda jangan ikut-ikutan memprovokasi.

Sebagai seorang wakil rakyat, entah rakyat mana yang diwakili, laksanakan tugasmu, Fadli Zon. Percepat pembahasan revisi undang-undang terorisme. UU itu sudah 2 tahun mangkrak di DPR sejak 2016 lalu. Kalau DPR tidak kunjung menyelesaikan revisi UU terorisme, maka bisa keluar lagi ketegasan seorang Jokowi. Perpu. Dan jika keluar perpu, anda Fadli Zon, hanya bisa bercuitan sadis: Jokowi otoriter. Lalu secara sadis, salahkan lagi Jokowi.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.