Kolom Asaaro Lahagu: SANDIAGA GAGALKAN STRATEGI PRABOWO — Said Iqbal Kutu Loncat

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Strategi panik Prabowo dengan mengklaim kemenangan, langsung kandas di tengah jalan. Klaim kemenangan 55%, 62% dan terakhir 80% Prabowo, bagaikan nge-charge- HP, membuat publik mati ketawa, garuk-garuk kepala dan mengernyitkan dahi. Hasil real count KPU langsung mematahkan secara telak klaim Prabowo.

Dari hasil real count KPU sementara per 27 April 2019,

Jokowi-Ma’ruf unggul dari Prabowo-Sandiaga. Bisa dipastikan sampai tanggal 22 Mei, hitungan real count tidak jauh berbeda dengan hasil quick count. Bukan karena dicocok-cocokan tetapi memang begitulah hasil real atau kenyataan sebenarnya di lapangan.

Gagalnya klaim kemenangan Pilpres membuat Kubu Prabowo tersudut dan malu. Agar tidak terus-menerus kehilangan muka, kini Kubu Prabowo merubah strategi. Narasi menang ditinggalkan dan narasi kecurangan digaungkan secara masif, sistematis dan terstruktur.

Kalau anda memperhatikan secara seksama, Kubu Prabowo secara kompak, bersatu, seirama, sejalan, berkomplotan menyebarkan hoax kecurangan terus-menerus. Mereka membentuk opini hoax kecurangan berjmaah sampai titik akhir kedunguan.

Dari Arab Saudi misalnya, Rizieq terus berkoak-koak soal kecurangan. Rizieq yang gagal dijemput Prabowo karena kalah, hanya bisa merenungi nasibnya yang terpuruk. Iapun tanpa malu terus menggaungkan kecurangan dan meminta Jokowi mengakui kemenangan Prabowo-Sandi. Ini sama dengan mimpi kodok merindukan bulan.

Gema hoax kecurangan terus disuarakan lebih masif oleh para petinggi BPN sendiri. Djoko Santoso tanpa malu menggaungkan hoax kecurangan. Katanya Prabowo kalau tidak dicurangi, menang 80%. Namun demikian kemenangan Prabowo masih sisa 62%.

Dari Senayan, Fadli Zon dan Fahri Hamzah bahu-membahu dengan para penjual ayat untuk menyebarkan hoax kecurangan. Mereka terus menyebarkan hoax kecurangan itu secara masif, sistematis dan terstruktur.

Hoax kecurangan itu dimasifkan di Twitter. Lalu dibuat sambut-menyambut tak henti-hentinya di facebook dan group-gropu Whatsapp. Tujuannya adalah untuk menanamkan di benak publik memang kecurangan itu terjadi secara masif. Setelah itu narasi selanjutnya yang akan dibuat adalah menolak hasil Pemilu dan melakukan people power.

Tentu saja kebohongan semu yang diviralkan tanpa bukti tak menghasilkan apa-apa. Akibatnya yang terjadi adalah hoax kecurangan disebarkan secara masif, sistematis dan terstruktur. Fakta hoax kecurangan itu sendiri bagaikan kentut. Hanya baumnya yang ada, jejaknya raib.

Fakta adanya kecurangan ditemukan hanya 0,0001%. Itupun langsung diperbaiki oleh KPU. Lalu, dimana letak kecurangan masifnya? Ketika Kubu Prabowo dikejar darimana tahu adanya kecurangan, dimana markas perhitungan real countnya, jawabannya rahasia. Dikejar lagi, jawabannya berpindah-pindah. Dikejar lagi, jawabannya tanya sama rumput yang bergoyang.

Strategi narasi kecurangan lama-kelamaan akhirnya membosankan. Narasi tanpa bukti hanyalah omong kosong yang membuat situasi menjadi tidak kondusif. Tentu saja masyarakat gerah karena terus-menerus disodori dengan hoax kecurangan tanpa bukti. Inilah yang kemudian dirasakan sendiri oleh Sandiaga.

Sandiaga menilai narasi kecurangan itu hanyalah sebuah kesia-siaan belaka dan bisa merugikan dirinya sendiri. Pun strategi kubunya setelah narasi kecurangan disusul oleh narasi menolak hasil Pemilu, menggunggat di MK atau melakukan people power adalah sebuah kesia-siaan. Rakyat telah berbicara, the people have spoken.

Sandiagapun langsung berbalik arah. Ia langsung mengeluarkan statement bahwa ia masih percaya Pemilu ini jujur dan adil. Pernyataan Sandiaga itu langsung menyiram hoax Kubu Prabowo menjadi dingin. Strategi hoax kecurangan yang tidak diterima sebagian besar rakyat menjadi semakin padam oleh pernyataan Sandiaga.

Sandiaga memang tidak mau ikut-ikutan dalam komplotan penyebar hoax kecurangan. Sandiaga paham Jokowi itu orang jujur dan dia sama sekali bukan tipe pemenang dengan cara curang. Oleh karena itu, bagi Sandiaga, kalah ya kalah. Tak usah banyak bacot dan ngambek.

Tentu saja pernyataan Sandiaga yang masih mempercayai Pemilu membuat strategi Prabowo dan orang-orang pengecut di belakangnya tak berkutik. Cawapres Prabowo sendiri mempercayai Pemilu yang jujur dan adil. Lalu, mengapa para pendukungnya mempercayai isu hoax?

Publik pun akhirnya paham bahwa para pendukung Prabowo yang menyebarkan hoax kecurangan itu adalah orang-orang yang tidak bisa menerima kekalahan. Mereka ini adalah para pengecut yang sangat berambisi berkuasa dengan kedok agama.

Publik pun akan membuang hoax kecurangan itu ke tempat sampah dan melanjutkan kegiatan sehari-hari secara normal. Pemilu telah selesai. Jokowi telah menang dan Prabowo telah kalah untuk keduakalinya. Sekarang, kembali ke situasi semula dan biarlah urusan selanjutkan diserahkan kepada KPU.

Bagi orang-orang waras, terutama di Kubu Prabowo, kini saatnya balik badan. Zulkifi Hasan, Ketua PAN misalnya, tanpa malu-malu menemui Jokowi ke istana. Kemarin [Jumat 26/4], Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) (Said Iqbal) bertemu dengan Jokowi. Padahal orang ini adalah pendukung utama Prabowo.

Pertemuan antar Jokowi dan Said Iqbal tidak lain adalah simbosis mutualisme. Jokowi menginginkan aksi May Day dalam merayakan Hari Buruh 1 Mei 2019 ini agar berlangsung dengan damai. Sementara itu Said Iqbal mau menemui Jokowi siapa tahu ada gula-gula atau sedikit kue lezat dari Jokowi setelah dilantik Oktober mendatang.

Namanya saja Capres pemenang Pilpres. Apalagi Jokowi sebagai petahana, tentu Said Iqbal tak punya pilihan lain selain menjadi kutu loncat. Ia meloncat dari Kubu Prabowo untuk meraih gula-gula baru. Nantinya setelah perayaan Hari Buruh, Iqbal akan terus berkomunikasi dengan Jokowi soal buruh dan kepentingan mereka.

Jadi, kesimpulannya adalah strategi hoax kecurangan Kubu Prabowo digagalkan sendiri oleh Sandiaga. Sementara itu, mereka yang cepat move on, langsung mencari selamat sendiri-sendiri. Zulkifi Hasan dan Said Iqbal misalnya sudah ancang-ancang meloncat dan siap menjadi kutu loncat. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.