Kolom Asaaro Lahagu: SERANGAN KEDEBAK-KEDEBUK SKALA PENUH PRABOWO

Menjelang Pilkada, Prabowo memainkan 2 serangan. Pertama, serangan kedebak. Ke dua, serangan kedebuk. Kata ‘kedebak-kedebuk’ adalah suara benda besar yang jatuh. Kedua serangan ini ditembakkan Prabowo demi meningkatkan elektabilitasnya yang stagnan di zona frustrasi. Tujuan lainnya adalah meraih kemenangan di Pilkada. Menang di Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, maka presiden diganti 2019, katanya.

Serangan kedebak Prabowo berisik dan bergaum besar. Ia melempar isu mark up LRT di Palembang.




Pemerintah, kata Prabowo, telah me-mark-up LRT Palembang. Gaungan isu yang dilempar Prabowo ini kedebak. Berbunyi besar. Jatuh mengaum menghujam bumi. Setelah diselidiki, isu yang dilempar Prabowo itu membuat anak kelas 6 SD tertawa. Data Prabowo ternyata berasal dari Anies. Data dari Anies, ternyata dari gagal pahamnya Anies yang menyamakan biaya BRT dengan LRT. Di seluruh dunia tak ada satu pun proyek LRT berbiaya 8 juta Dollar US per km.

Serangan kedebak Prabowo berikutnya adalah utang Indonesia yang mencapai 9 ribu triliun. Kata Prabowo, utang sedemikian besar itu, berbahaya. Isu yang dilempar Prabowo ini berbunyi kedebak hebat. Mengaum dan memekakkan telinga.

Setelah dipahami, utang 9 ribu triliun itu adalah gabungan dari semua utang pemerintah, BUMN, swasta dan lembaga lainnya. Dan sebagian besar utang itu adalah warisan SBY. Ngabalin menyebut serangan kedebak Prabowo itu sebagai serangan sampah. Sementara Luhut Panjaitan menyebutnya sebagai serangan yang membegokan.

Serangan kedebak Prabowo selanjutnya adalah serangan kumbang. Ia menyebutnya sembako dan suap bisa dibenarkan. Logikanya, katanya, uang itu berasal dari rakyat. Jika dikembalikan kepada rakyat, diambil saja. Artinya apa? Rakyat yang lapar, tak punya uang, di era Jokowi, dibenarkan menerima sembako dan suap. Ini logika kumbang yang berbunyi sumbang Prabowo.

Serangan kedebak Prabowo berkolaborasi dengan serangan SBY. SBY mendukung serangan kedebak Prabowo dengan melempar isu: TNI dan Polri tidak netral. Serangan ini adalah alibi jitu SBY yang partainya semakin gurem pada Pemilu 2019 mendatang.

Artinya, jika SBY kalah di Pilkada, itu alasannya jelas. TNI dan Polri berpihak. SBY jago bermelankolis, memelas, sebagai korban alias playing victim tralalalala. Serangan-serangan kedebak Prabowo itu dilakukan secara grasak-grusuk. Asal bunyi. Data belakangan. Yang penting serang. Kick and rush. Tanpa perhitungan. Yang penting berisik dan dilakukan dengan skala penuh. Kedebak.




Serangan ke dua Prabowo adalah serangan kedebuk. Bunyinya menyayat hati. Memilukan dan mengharukan. Apa serangan kedebuk itu? Mengumpulkan donasi.

Prabowo menggalang donasi yang ia sebut dana perjuangan. Mengapa Prabowo baru sekarang menggalang dana dari rakyat? Ternyata untuk menyerang pemerintah Jokowi. Ketika ia menggalang dana dari rakyat, Prabowo hendak menyampaikan pesan yang menyayat hati.

Pertama, di era Jokowi, Prabowo bertambah miskin. Bisnisnya semakin memudar. Pesangon karyawan perusahaannya di Kalimantan hingga kini belum dibayar. Itu berarti Prabowo membuktikan sendiri bahwa di era Jokowi, rakyat menderita, rakyat susah, termasuk dirinya sendiri. Prabowo tak paham bahwa di era Jokowi, permainan kolusi, korupsi dan nepotisme sudah diberantas habis. Jika seseorang yang berbisnis hanya mengandalkan KKN, maka habislah dia. Di tengah era digital ini, ada banyak perusahan yang gulung tikar. Itupun sudah dimanage secara profesional apalagi jika dimanage secara suam-suam kuku ala Prabowo.

Ke dua, penggalangan donasi itu sebagai bentuk frustrasi dan alibi. Menurut Fahri Hamzah, bisnis-bisnis Prabowo tak berkembang karena dihambat di era Jokowi. Ini adalah serangan yang mengharukan agar rakyat dan taoke simpati kepadanya karena menjadi korban semena-mena Pemerintahan Jokowi.




Serangan kedebuk Prabowo itu ditiru habis oleh Sudirman Said di Pilkada Jawa Tengah. Saking tak punya uang, Sudirman Said sampai menggadaikan rumahnya untuk membiayai para saksi di TPS. Ini jelas memilukan dan alai. Demi meraup kekuasaan, rumah rela digadaikan. Ini juga menyerang Ganjar yang berada di lingkar kekuasaan yang punya banyak uang.

Itulah serangan-serangan kedebak-kedebuk Prabowo. Serangan itu dilakukan dalam skala penuh. Artinya dilakukan dengan bumbu ketakutan, pesimis dan menakutkan. Bayangkan serangan Prabowo selalu berbunyi: ada mark up luar biasa, utang 9 ribu triliun berbahaya, Indonesia semakin kacau, Indonesia bubar 2030.

Kalau begitu, jangan pilih pemimpin yang menebar ketakutan, pesimistis, pura-pura miskin tetapi ke mana-mana naik jet pribadi. Indonesia butuh pemimpin yang optimis dan mau bekerja untuk rakyatnya dan bukan peminta-minta donasi. Apalagi mengijinkan rakyatnya menerima sembako dan uang suap.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.