Kolom Asaaro Lahagu: Sosok Cerdas di Balik Permintaan Maaf Ahok dan Penyelamatan Ma’ruf Amin

Foto: Khaerul

 

Kesaksian Ma’ruf Amin pada sidang Ahok yang ke-8 menyita perhatian publik. Pada sidang itu, publik dikejutkan oleh pengakuan-pengakuan Ma’ruf di seputar fatwa penistaan agama oleh Ahok. Hal yang paling menghentak publik adalah kesaksian Ma’aruf yang mengaku tidak menerima telepon dari SBY. Publik lagi-lagi tercengang melihat reaksi keras Ahok yang akan memproses Ma’ruf yang berbohong di pengadilan. Tetapi apa yang terjadi kemudian?

Dengan cepat Ahok meralat bahwa dia tidak akan melaporkan Ma’ruf Amin kepada polisi. Namun ketika Ahok diminta untuk meminta maaf, Ahok berbalik bertanya mengapa pihaknya yang meminta maaf? Akan tetapi dalam hitungan menit, tiba-tiba Ahok minta maaf kepada Ma’ruf. Tidak lama kemudian ada pengakuan dari SBY yang membantah kesaksian Ma’ruf. Kejadian selanjutnya terus menghentak publik.

Ma’ruf Amin langsung memafkan Ahok. Setelah itu situasi langsung padam seketika. Pertanyaannya adalah, mengapa Ahok bersedia meminta maaf kepada Ma’ruf? Mengapa pula Ma’ruf begitu cepat memaafkan Ahok? Lalu mengapa para pendukung Ma’ruf menerima begitu saja permintaan maaf Ahok? Apakah benar Ahok melakukan blunder bahwa ia telah menghina Ma’ruf Amin? Dan sejumlah pertanyaan lainnya.

Kemarin sore, ada informasi penting terkait reaksi Ahok kepada Ma’ruf Amin yang dikirim kepada saya lewat group whatsapp dengan pertanyaan tersisa siapakah sosok cerdas di balik permintaan maaf Ahok itu? Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya tulis ulang sharing di Whatsapp itu seraya terus meminta pembaca menebak siapa sosok cerdas di balik permintaan maaf Ahok itu.

Sore hari menjelang malam, Selasa, 31 Januari 2017, setelah Ma’ruf Amin memberikan kesaksian di pengadilan, ia didatangi oleh Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan, Pangdam Jaya Mayjen Teddhy Lhaksamana, Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, dan Yenny Wahid. Pertemuan mereka tertutup dan tak seorangpun tahu apa persis yang mereka bicarakan. Namun setelah pertemuan itu, ada beberapa kejadian yang patut disimak.

Pertama, Ma’ruf Amin langsung meredakan situasi. Ia menerima permintaan maaf Ahok seraya meminta seluruh umat Islam tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi. Ke dua, Ketua PBNU KH Agil Siraj mengeluarkan statement bahwa kehadiran Ma’ruf di persidangan ke-8 Ahok sebagai Ketua MUI dan bukan sebagai Rais Aam PBNU. Ke tiga, Yenny Wahid setelah permintaan maaf Ahok langsung menyerukan untuk mendukung Ahok dan berjanji akan mengerahkan Banser NU mengawal Ahok untuk bertemu dengan Ma’ruf.

Pertanyaannya adalah mengapa Ma’ruf begitu mudah memaafkan Ahok?

Masyarakat sudah paham bahwa ternyata Ma’ruf benar telah memberikan keterangan palsu di bawah sumpah bahwa ia tidak pernah berbicara melalui telepon dengan SBY. Nyatanya, secara mengejutkan SBY sore itu membantah kesaksian Ma’ruf dan mengakui bahwa pembicaraan telepon itu, benar ada.

Bantahan SBY ini tanpa disadari SBY sendiri justru ikut memadamkan api yang dikobarkan oleh kelompoknya sendiri. Ketika SBY merasa terjepit, SBY tak segan-segan mengkhianati kawannya sendiri. Ini sama sekali tidak diprediksi oleh Ma’ruf. Ternyata bantahan SBY itu menjadi kunci hancurnya dan ‘habisnya’ Ma’ruf. Jadi, ia tidak dihabisi oleh Ahok dan pengacaranya tetapi telah dihabisi oleh SBY yang panik karena diseret-seret oleh Ahok dan pengacaranya.

Jelas bantahan SBY ini membuat Ahok dan pengacaranya tidak perlu lagi mengeluarkan bukti apapun. Alasannya SBY sendiri telah membuktikan bahwa Ma’ruf bohong. Artinya tidak perlu lagi pembuktian bahwa Ma’ruf bohong. Pun tidak perlu ditelusuri lebih jauh apa isi pembicaraan antara Ma’ruf dan SBY dalam telepon itu.

Point paling pentingnya adalah  bahwa Ma’ruf telah terbukti memberikan keterangan  palsu di bawah sumpah di pengadilan. Situasi ini jelas telah menjerumuskan Ma’ruf dengan MUI, PBNU dan PKB ke jurang kehancuran sekaligus menciptakan badai keributan besar. Jelas kredibilitas NU telah dihancurkan oleh Ma’ruf. Oleh karena itu Kapolda, Pangdam Jaya dan Luhut bergegas menemui Ma’ruf dan bukan bertemu dengan Ahok.

Dengan adanya reaksi Ahok di pengadilan dan bantahan SBY, Ma’ruf sendiri sadar bahwa ia telah berdusta di pengadilan. Jika ia terus memperpanjang urusan ini, maka ia secara pribadi beserta PBNU bakal hancur lebur. Jadi, tidak ada cara lain untuk menghentikan urusan ini dengan cara memaafkan Ahok. Ahok sendiri saat ditanya oleh media, setelah kejadian itu, mengatakan bahwa hal itu sudah selesai.

Sebetulnya lawan Ahok yang masih waras dan masih mempertimbangkan logika, paham bahwa lewat permintaan maaf Ahok, Ahok justru  telah berusaha melindungi kredibilitas dan marwah Ma’ruf serta kredibilitas PBNU yang ternyata telah ikut terseret dalam persekutuan gelap. Jika Ma’ruf dan PBNU menolak permintaan maaf Ahok, maka justru mereka sendirilah yang akan hancur. Itulah sebabnya Ma’aruf tidak memiliki pilihan lain selain menerima permintaan maaf Ahok.


[one_fourth]Sosok cerdas di balik permintaan maaf Ahok[/one_fourth]

Dari gesturenya ketika memberikan permintaan maaf, karena beberapa menit sebelumnya menolak meminta maaf, Ahok  terlihat tidak sepenuhnya paham apa sebenarnya yang terjadi. Pengacara Ahok Humprey juga masih mencoba bersilat lidah mengenai bukti rekaman. Humprey terlihat masih berkutat dalam materi hukum, padahal apa yang terjadi sudah masuk ranah politik. Jadi, pada saat Ahok meminta maaf, baik Ahok dan pengacaranya tidak sepenuhnya paham apa sebetulnya yang sedang terjadi. Apa artinya?

Artinya ada seseorang yang telah menghubungi Ahok dan memerintahkannya untuk memberikan permintaaf maaf. Seseorang itu pasti orang yang sangat dipercaya Ahok. Orang itu tidak memberikan penjelasan panjang lebar alasan meminta maaf karena waktu yang sudah sangat mendesak dan keadaan genting.

Orang yang sangat dipercaya Ahok itu paham benar situasi. Dia meminta Ahok agar meminta maaf sebelum orang-orang jahat sempat menyiapkan gerombolannya untuk membuat kerusuhan dengan propaganda dan adu dombanya. Yang jelas orang ini sangat dipercaya Ahok, karena terlihat tanpa konsolidasi matang dengan tim kuasa hukumnya. Ahok pun menuruti perintah orang yang sangat dipercayainya itu. Ahok mengeluarkan permintaan maaf dengan cepat sekali.

Lalu siapa sosok sangat cerdas yang sangat cepat berpikirnya, sangat cepat memahami situasi dan melakukan tindakan yang amat tepat pada situasi genting itu? Siapa sosok super cerdas yang sangat jitu menangkal situasi sehingga upaya adu domba dengan ikut menyeret PBNU padam seketika hingga saat ini? Siapakah dia?

Dia adalah Kapolri pilihan Jokowi, Tito Karnavian. Saya tidak perlu mengulas lagi sepak terjang Tito mengatasi Demo 411 dan 212, menangkap di saat yang tepat para pelaku makar dan menekuk Rizieq dengan cara cerdas. Anda sebagai pembaca Sora Sirulo sudah sangat paham siapa Tito. Jadi begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.