Kolom Asaaro Lahagu: SURVEI LSI TERBARU (Jokowi-Ma’ruf 52% vs Prabowo-Sandi 29%)

Survei terbaru LSI Denny JA bulan Agustus 2018, menunjukkan bahwa elektablitas Jokowi-Ma’ruf 52% Angka itu unggul jauh dibanding Prabowo-Sandi yang baru 29%.

 

Survei LSI yang dilakukan pasca pendaftaran Capres dan Cawapres di KPU 12-19 Agustus 2018 memberikan gambaran terbaru soal peta pertarungan di antara kedua pasangan. Ada 4 hal yang menarik dari survei LSI Denny JA itu.

Pertama, ketika Capres-Cawapres telah mengerucut kepada 2 pasangan, elektabilitas Jokowi naik dari rata-rata 42% sampai 45% menjadi di atas 50%.

Capaian elektabilitas Jokowi tersebut sudah mencapai the magic number, menurut istilah Denny JA. Artinya, elektabilitas Jokowi sudah mencapai perolehan suara saat menang di Pilpres 2014 lalu.

Ke dua, gap antara elektabilitas Jokowi-Ma’ruf vs Prabowo-Sandi saat ini cukup jauh. Ada 23% perbedaan gapnya. Sekedar perbandingan, elektabilitas Jokowi-JK versus Prabowo-Hatta pada bulan Juli 2014 adalah hanya 3%.

Saat survei terakhir LSI atau menjelang pemungutan suara pada Pilpres 2014 lalu, responden yang memilih Jokowi-JK sebesar 47,80%, sedangkan mereka yang memilih Prabowo-Hatta sebesar 44,20%. Artinya, walaupun Jokowi unggul atas Prabowo saat itu, gapnya sangat kecil.

Ke tiga, responden yang tidak menjawab atau belum memberikan suaranya masih sangat tinggi yakni 18%. Jika dibandingkan pada tahun 2014 lalu, pada survei LSI yang terakhir, hanya ada 8% responden yang memilih tidak tahu atau tidak menjawab.

Ke empat, dari survei terbaru LSI itu, bisa diambil kesimpulan bahwa jika ada pemilihan hari ini atau bulan Agustus 2018 ini, maka yang memenangkan pertarungan adalah Jokowi-Ma’ruf. Dengan perolehan elektabilitas 52% vs 29%, maka jelas Jokowi di atas angin.

Secara hitung-hitungan persentase, jika responden sebesar 18% itu yang tidak menjawab dan akhirnya mengalihkan suaranya kepada Prabowo, maka tetap saja Prabowo kalah dengan maksimum perolehan suara 47%. Itupun kalau semuanya memilih Prabowo. Jika sebaliknya, suara respoden 18% itu dialihkan kepada Jokowi-Ma’ruf, maka elektabiltas keduanya menjadi 71%. Angka itu yang cukup fantastis jika menjadi kenyataan.

Saya amat yakin bahwa angka elektabilitas Jokowi-Ma’ruf yang 52% adalah suara murni para pemilih Jokowi. Demikian juga angka elektabilitas Prabowo yang 29% adalah suara murni para pemilih Prabowo. Artinya angka 52% dan angka 29% itu menjadi angka dasar atau angka basic suara pemilih masing-masing yang sulit berubah.

Dengan kata lain, suara 52 persen itu tidak akan turun atau lari dari Jokowi. Mereka yang memilih Jokowi sudah memutuskan bahwa Jokowi-Ma’ruf adalah pilihannya. Demikian juga Prabowo. Angka 29% itu adalah angka basic atau angka baku yang sangat sulit diturunkan. Kecuali mungkin jika ada situasi yang menghebohkan, maka angka masing-masing yang diperoleh itu bisa berubah.

Hal yang menarik adalah angka responden yang belum menentukan pilihannya yakni sebesar 18%. Dari mana saja suara itu? Ada 3 kemungkinan. Pertama, sebagian suara itu adalah mereka yang berasal dari pendukung Ahok yang kecewa. Mereka ini berpotensi Golput dengan alasan kecewa akibat keputusan Jokowi yang lebih memilih Ma’ruf Amin sebagai Cawapresnya.

Ke dua, angka 18% itu bisa berasal dari kaum yang memilih wait and see. Artinya, mereka masih ingin menunggu dan melihat program masing-masing Paslon. Mereka-mereka ini akan menentukan pilihannya di balik bilik suara pada Hari H. Bukan tak mungkin sebagian dari angka 18 itu adalah kaum milenial yang masih acuh pada politik.

Ke tiga, angka 18% itu bisa berasal dari pihak-pihak yang tidak terakomodasi ke dalam 2 pasangan Capres dan Cawapres. Mereka ini bisa jadi memilih abstain atau tidak memilih pada Pilpres 2019 mendatang.

Lalu, apa pesan dari hasil survei LSI Denny JA itu? Pertama, Jokowi sangat berpotensi memenangi Pilpres 2019 mendatang. Selain itu Jokowi masih bisa menambah elektabilitasnya melalui sosialisasi program terbaru terkait pembangunan Sumber Daya Manusia 2019-2024 mendatang.

Ke dua, merujuk dari beberapa survei sebelumnya, Prabowo berpotensi kalah lagi pada Pilpres 2019 mendatang. Memang, Prabowo masih bisa menambah elektabilitasnya memperebutkan angka 18% itu. Namun, itu tidak cukup. Prabowo-Sandi harus melakukan cara-cara baru untuk mengalahkan Jokowi.

Jadi, angka 52% di atas bagi pendukung Jokowi bukanlah angka mati. Angka itu tetaplah angka survei yang bisa berubah. Oleh karena itu, bagi para pendukung Jokowi harus tetap bekerja keras, tidak boleh lengah untuk terus meyakinkan publik bahwa Jokowi layak dan pantas untuk menjadi Presiden 2 periode. Begitulah kura-kura.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.