Kolom Asaaro Lahagu: TAKTIK TITO TIDAK TANGKAP RIZIEQ DI ARAB (Akirnya Jitu!)

Ketika Rizieq bermasalah di Arab, saya langsung ingat Kapolri Tito. Mengapa? Saat Rizieq kabur ke Arab dengan status tersangka dalam beberapa kasus, ia tidak memburunya. Ia membiarkan Rizieq kabur dan menikmati pelariannya di Tanah Arab.

Setelah beberapa lama di Tanah Arab, Rizieq seolah mengejek Kapolri Tito.

Ia merasa tidak bisa ditangkap di Arab. Foto pertemuannya dengan Amin Rais dan para petinggi PKS diumbar di sosial media. Ia seolah bahagia dan nyaman di Arab tanpa diganggu pengkriminalisasian aparat Indonesia.




Benarkah Tito tidak mampu menangkap Rizieq di Arab? Sama sekali tidak benar. Kalau Tito mau, bukanlah hal yang sulit untuk menangkap Rizieq di sana. Lewat kerja sama interpol, penangkapan dan pendeportasian Rizieq bukanlah hal yang sulit.

Lalu, mengapa Tito membiarkan Rizieq kabur dan tidak berusaha menangkapnya? Dan malahan mengirim penyidik Polri untuk memeriksa Rizieq di Arab? Teka-teki pertanyaan itu terjawab dalam beberapa minggu terakhir ini.

Rizieq adalah sosok manusia bermasalah. Jika ia ditangkap dan dipaksa kembali ke Indonesia untuk menjalani proses hukum, malah situasi semakin rumit. Para pendukung setianya akan memprovokasi situasi dan menghabiskan energi polisi untuk mengurusnya.

Berita ini menunjukkan Pemerintah RI melindungi warga negaranya yang bermasalah hukum di negara lain.

Jadi, Tito membiarkan Rizieq di Arab. Jika ia sudah bosan, ia akan pulang sendiri. Tak usah ditangkap. Suatu hari ia akan pulang karena rindu Indonesia yang memberi tempat atas kepongahannya. Lalu, saat pulang, Rizieq baru diproses hukum atas berbagai sisa kasusnya yang belum di SP3-kan.

Beberapa kasus yang kurang bukti seperti kasus chatting pornografi, kasus penistaan Pancasila sudah di SP3-kan. Hal itu membuktikan bahwa polisi profesional, dan sama sekali tidak mengkriminalisasi siapapun yang tidak bersalah.

Saat kasusnya di-SP3-kan, Rizieq dan para pendukungnya bertanya-tanya. Rizieq malah heran dan curiga. Ia menganggap bahwa hal itu jebakan. Benarkah polisi tidak lagi memproses kasus Rizieq yang lain? Rizieq pun ragu dan memilih berlama-lama di Arab. Di sana ia malah menikmati kedatangan Prabowo yang terkesan menyembahnya. Rizieq bangga disembah Prabowo.




Rizieq terus besar kepala dan lupa daratan. Ia lupa memeriksa tanggal expired visanya. Giliran pergi ke Malaysia bulan September 2018, Rizieq ditahan dan diinterogasi oleh pihak imigrasi Arab Saudi. Ternyata visa izin tinggal Rizieq sudah lewat sejak Juli. Rizieq sudah tak lagi memiliki izin tinggal di Arab Saudi.

Rizieq pun bermasalah hukum di Negeri Arab. Hukum di Arab Saudi berlaku sangat tegas dan bersifat mutlak ketika ada pelanggaran keimigrasian. Rizieq terancam dideportasi dari Arab Saudi dengan beberapa sanksi. Salah satunya, seorang ekspatriat dapat dilarang masuk ke Arab Saudi selama 5-10 tahun. Bahkan ada skema pelarangan seumur hidup memasuki wilayah Arab Saudi.

Surat penjelasan KBRI atas kasus Rizieq

Jika Rizieq jadi dideportasi, maka biasanya selalu didahului dengan penahanan penjara imigrasi. Penahanan ini dimaksudkan untuk menunggu proses pemulangan yang waktunya dapat mencapai satu tahun. Masalahnya pendeportasian tidak bisa dilaksanakan jika seseorang pelanggar imigrasi masih terkait masalah hukum lain seperti penghasutan, ujaran kebencian dan lainnya di Arab Saudi.

Lalu mengapa Rizieq lupa daratan sampai ia tidak ingat batas waktu tinggalnya? Mungkin ia terbuai khayalan akan diterima oleh Raja Salman dan menjadi tamu istimewa kerajaan di sana. Dalam buaiannya itu, Rizieq justru ingat untuk memprovokasi pengikutnya di Tanah Air soal bendera tauhid.

Dari Tanah Arab, tempat ia telah melanggar hukum keimigrasian, Rizieq malah berani memprovokasi negerinya Indonesia. Ia menyerukan untuk memasang bendera berkalimat tauhid. Seruan ini ditujukan kepada anggota, simpatisan FPI serta alumni 212.




Seruan itu dipasang Rizieq di akun Twitternya. Rizieq meminta agar bendera tersebut dipasang di rumah, Posko, hingga tempat kerja. Selain itu, Rizieq juga meminta FPI memasang kalimat tauhid di akun media sosial.

Jelas seruan ini mendapat cibiran dari masyarakat Indonesia. Ada yang menantang Rizieq agar dia sendiri yang memulai memasang bendera tauhid itu di tempat tinggalnya di Arab Saudi. Kalau bisa ia berjalan di jalan raya sambil mengibarkan bendera tauhid tersebut. Dan, kita lihat, dalam beberapa menit, ia pasti diciduk oleh aparat Saudi.

Di Arab Saudi, bendera melambangkan simbol. Bendera selalu berkaitan dengan identitas, kelompok, politik dan lain sebaginya. Karena itu, apapun yang berkaitan dengan persoalan politik, warga Arab Saudi sangat dilarang. Apalagi jika anda seorang warga negara asing.

Seruan Rizieq untuk mengibarkan bendera tauhid di Indonesia

Warga negara asing tidak dperbolehkan membicarakan atau membawa aspek politis yang ada di negara asalnya. Pengibaran atau penempelan bendera dilihat sebagai simbol politik dibanding simbol keagamaan. Ketika ada terlihat bendera bertuliskan tauhid di belakang tempat kontrakannya Rizieq, maka aparat Saudi menangkap dan menginvestigasi Rizieq tanpa ampun.

Tidak sulit mengaitkan bendera tauhid itu dengan Rizieq. Apalagi sebelumnya ia telah berkoar-koar di media untuk memasang bendera tauhid. Masuk akal jika Rizieq sempat ditahan 28 jam oleh pihak aparat Arab Saudi sebelum akhirnya dibebaskan dengan jaminan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia(KBRI).

Lalu, siapa yang memasang bendera tauhid di tembok tempat tinggal Rizieq itu? Ada tiga kemungkinannya. Pertama, Rizieq sendiri. Hal itu untuk membuktikan bahwa Rizieq tidak hanya sekedar berkoar-koar di media, tetapi juga memasang bendera tauhid itu sendiri di tempat tinggalnya. Walaupun hanya sekedar di tembok belakang rumah, namun ia berani memasangnya.




Kemungkinan ke dua, pendukung atau pengikut Rizieq yang ada di Tanah Arab. Para pengikut Rizieq ini bisa saja menguji tuannya Rizieq seberapa kebal atas hukum yang ada di Arab Saudi. Apakah aparat Saudi segan kepada Rizieq yang mengklaim dirinya sebagai imam besar itu?

Ke tiga, para pemfitnah Rizieq. Ini seperti yang dituduhkan oleh pendukung Rizieq di Tanah Air bahwa seseorang telah memasang bendera tauhid di tembok belakang rumah Rizieq. Jika ini benar, mengapa Rizieq takut? Bukankah hal itu malah bagus sesuai dengan seruannya? Bukankah bendera tauhid perlu dipasang di rumah yang ditempati oleh Rizieq dan para pengikutnya?

Jika Rizieq justru tidak mengakui bahwa ia yang memasang bendera tauhid itu dan menyangkalnya serta menuduh pihak lain, maka Rizieq terbukti menipu. Ia menipu para pendukungnya di Indonesia. Ia menyerukan pemasangan bendera tauhid tetapi ia sendiri tidak berani memasangnya. Dan malah saat berurusan dengan pihak aparat Arab Saudi, nyalinya kecut.

Kita tunggu hasil penyelidikan aparat Saudi. Jika ia terbukti memasang bendera tauhid itu, maka ia bisa tersangka. Jika tersangka, syukur-syukur nantinya ia tidak ditangani oleh lembaga super body. Jika ia ditangani oleh lembaga super body, maka kengerian akan menimpanya. Ia bisa diganjar dengan hukuman pancung.

Dengan dua masalah yang dibuat Rizieq di Arab, maka terbukti sudah bahwa sosok yang satu ini memang tabiatnya pembuat masalah. Wajar jika Tito tidak menangkapnya di Arab. Tito ingin melihat nyali Rizieq saat berurusan dengan aparat Arab Saudi.

Jadi, taktik Tito tidak tangkap Rizieq di Arab, akhirnya jitu! Begitulah kura-kura.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.