Kolom Benny Surbakti: Insentif Untuk Penggiat Seni Budaya Karo

penggiat 2
Para artis Sanggar Seni Sirulio menunggu giliran tampil di atas pentas.

Benny SurbaktiJati diri suatu suku dapat dilihat dari seni dan budayanya . Demikian juga Suku Karo dapat dikenal, adalah dari seni dan budaya Karo. Salah satu cara agar eksitensi kalak Karo tetap terjaga adalah dengan melestarikan budaya Karo. Bagaimana caranya?

Tentunya dengan memperkenalkan dan menanamkan rasa cinta akan budaya Karo kepada generasi muda Karo sejak dini, misalnya melalui kurikulum pendidikan seperti Bahasa Daerah dan Kesenian Daerah. Agar mereka tidak melupakan bahasa ibu dan kesenian nenek moyang (terkesan generasi muda Karo malu berbahasa Karo, apalagi menyanyikan lagu Karo).

Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian dan penghargaan dari Pemkab Karo kepada penggiat seni budaya Karo, misalnya berupa insentif. Meskipun jumlahnya kecil, namun dapat merangsang penggiat seni budaya Karo untuk tetap berkarya. Dengan memasukkannya ke dalam APBD Kabupaten Karo. Mungkin juga Pemkot Medan, Deli Serdang, Binjai dan Langkat yang juga merupakan Taneh Karo.

penggiat
Suasana di rumah Sanggar Seni Sirulo saat latihan. Sutradara/ koreografer Juara R. Ginting terlihat hanya teko tuaknya dalam foto.

Tanpa sejarah, seni dan budaya… kita bukan siapa-siapa. Agar eksitensi Karo tetap lestari, mari kita jaga sejarah, seni dan budaya Karo.

Ingat… yang bertangungjawab melestarikan budaya Karo bukan hanya penggiat seni, tetapi kita semua dan juga Pemerintah.



One thought on “Kolom Benny Surbakti: Insentif Untuk Penggiat Seni Budaya Karo

  1. “Tanpa sejarah, seni dan budaya… kita bukan siapa-siapa. Agar eksitensi Karo tetap lestari, mari kita jaga sejarah, seni dan budaya Karo.”

    Mantap kesimpulan BS ini.

    Sejarah Karo adalah sejarah kultur dan budayanya, disitu termasuk way of thinking, filsafat hidupnya dan dialektikanya yang sudah berumur lebih dari 5000 tahun. Sudah ditemukan bukti sivilisasi Karo 2011 di dataran tinggi Gayo oleh arkeolog Ketut Wiradnyana. Sivilisasi Karo tertua di Sumatra dan selama ribuan tahun itu suku/nation Karo telah mengalami pergolakan dan perjuangan kehidupan jatuh bangun sebagai nation kecil tetapi peranannnya sangat besar. Kekuasaan Haru meliputi daerah luas dari Aceh Besar terus ke Siak di Riau.

    Banyak nation dan suku bangsa yang berusaha menaklukkan Haru termasuk Gajah Mada kerajaan besar Majapahti, tetapi tak berhasil. Pasukan Hindu Majapahit yang datang ke Haru semua dilumpuhkan. Sumpah Palapa Gajah Mada hanya tinggal sumpah dan cita-cita.

    Haru menunjukkan kekuatan yang masih stabil sampai permulaan abad 16. Tragedi dan drama yang menimpa ribuan tahun sejarah kehidupan Karo adalah karena kultur dan budayanya itu, perjuangan untuk perkembangannya dan perjuangan untuk mempertahankannya (survival).

    Kekuatan baru kemudian bersekongkol untuk menundukkan Haru, dan kekuatan ini berhasil, Haru mundur dari Hamparan Perak ke Deli Tua bikin pertahanan baru (benteng Putri Hijau) tetapi pengaruh sivilisasi baru (islam) berangsur bikin Haru tak bisa lagi bertahan. Haru ditaklukkan. Penduduk Haru sebagian masuk islam, sebagian hijrah menggunung ke dataran tinggi bergabung menjalanai kehidupan seperti orang Karo lainnya disana. (tesis: perpindahan semula penduduk dari dataran tinggi Gayo ke dataran tinggi Karo dan ke dataran rendah Sumtim yang berhasil bentuk kerajaan besar Haru yang punya daerah luas dari Aceh Besar ke Siak di Riau).

    Dalam periode sejarah berikutnya, Karo muncul lagi menunjukkan keperkasannya dalam menentang penjajahan Belanda dimulai oleh Badiuzzaman Surbakti lancarkan perang di Sumtim dimana perang ini diteruskan hampir seperempat abad lamanya sehingga merupakan perang perlawanan terpanjang melawan kekuasaan kolonial di negeri ini.

    Perlawanan diteruskan sampai perang kemerdekaan dan melahirkan pahlwan-pahlawan yang resmi diakui pemerintah maupun yang tak resmi diakui, pahlawan perlawanan tanpa pamrih rakyat Karo seperti juga dinyatakan oleh wk presiden Hatta 1948. Nama-nama seperti Selamat Ginting, Payung Bangun, kapten Pala dan banyak lainnya tak bisa dipisahkan dari perjuangan perlawanan demi kemerdekaan RI.

    Kultur dan budaya itulah yang telah bikin drama kehidupan yang menarik dalam proses ribuan tahun sejarah existensi Karo. Dan itulah juga sebagai syarat utama existensi satu suku atau satu nation. Kehilangan kultur dan budayanya berarti kehilangan atau lenyapnya suku/natiion itu.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.