Kolom Boen Syafi’i: DIKIT-DIKIT KOK SALAWI?

Boen Safi'iMertua saya tinggal di lereng Gunung Wilis, Pagotan Madiun masih ke Selatan, perbatasan dengan Kota Ponorogo. Untuk sampai di desa mertua saya, benar benar dibutuhkan kesabaran super ekstra dalam berkendaraan.  Akses jalan menuju ke desa mertua saya, masih berupa makadaman atau batu koral yang belum tersentuh aspal.

Di samping kanan kiri jalan, terdapat hutan jati yang membentang luas milik Perhutani, yang tidak ada perkampunganya sama sekali.

Dibutuhkan waktu 45 menit atau sejauh 20 km untuk sampai ke desa mertua saya, dari Pagotan Madiun. Sebenarnya mengeluh di dalam hati. Kenapa sih di Jaman Jokowi, yang serba membangun, akses jalan ke desa mertua saya kok sama sekali belum tersentuh aspal juga?

Namun, apakah pantas bila kita menyalahkan Presiden kita? Apakah pantas, bila di setiap wilayah yang belum tersentuh pembangunan, menyalahkan Presidenya? Lha, terus, kerja dari Bupati, Camat, Lurah yang setiap tahunya mendapatkan kucuran dana bermiliyaran itu apa?

gadis desa 19

Kalau semua dihandle oleh Pak Jokowi, buat apa ada Pilkada, Pilbub, Pilwakot atau Pilkades segala? Inilah, rasa kebijaksanaan kita sebagai manusia berperan penting di dalam kehidupan.

Sebagai pembuktian bahwa kita mempunyai rasa kebijaksanaan adalah bisa berintrospeksi diri, bukan melulu menyalahkan orang lain dengan dorongan sifat iri, dengki apalagi benci.

Ahsudalah.

“Waduh, perutku luwe bin krucuk krucuk, ayo mampir ke warung dulu, Bune.”

“Warung dengkule anjlok kuwi po, Pakne? Wet jati kae, lho, krokotono.”

“Weladalah Ediaaaaaan”.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.