Kolom Boen Syafi’i: DULSOMAD MENAMBAH ANTI PATI TERHADAP ISLAM

“Saya tidak perlu minta maaf, karena saya hanya sampaikan ajaran agama saya,” klarifikasi sombong atas pelecehan simbol agama lain, dari si Dulsomad saat di MUI. Jadi bertinyi-tinyi, apakah agama yang saya anut selama ini mengajarkan untuk melecehkan agama lainnya? Benarkah seperti itu, Ferguso?

Tidak, ternyata Dulsomad hanya membenarkan ego yang dimilikinya.

Apakah Dulsomad pura-pura picek matanya saat Tuhan berfirman di dalam Qs Al An’am: 108 (?) yang bunyinya:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Alloh, karena mereka nanti akan memaki Alloh dengan melampaui batas..” (dan seterusnya)

So, sederhananya Tuhan berkata bahwa, janganlah memaki kalau gak ingin dimaki. Lha, kalau gak patuh pada nasehat Tuhan, lantas si Dulsomad ini Tuhannya siapa?

Jadi, ya, jangan heran, jika tiap tahun manusia yang memeluk Agama Islam semakin menyusut saja jumlahnya. Bukan salah agamanya, karena mustahil Islam menjadi besar jika, Kanjeng Nabi Muhammad Saw saat itu mempunyai sifat arogan dan sewenang-wenang.

Bukan pula salah agama lainnya. Namun, sejatinya penyusutan jumlah pemeluk Islam itu sendiri dikarenakan lebih banyak oleh faktor internal. Ya, faktor internal, seperti halnya penceramah provokator model Dulsomad, Riziek Shihab, Bahar Smith, Zakir Naik dan lain sebagainya, yang banyak bertebaran di muka bumi.

Penceramah seperti itulah yang sebenarnya telah banyak menimbulkan anti pati terhadap Agama Islam, baik dari kalangan luar maupun dari pemeluk agamanya itu sendiri. Jadi, sebelum menuding tuding agama lain, terlebih dahulu baiknya introspeksi diri.

Kebesaran jiwa bisa diukur di dalam kerendahan hati, dan kerendahan hati bisa dinilai dari kemauan meminta maaf, atas segala perilaku yang telah diperbuat. Begitulah leluhur NUsantara dahulu mengajarkan kepada kami.

“Lidah yang tak bertulang wae sudah banyak bikin orang sakit hati, lho, Cak. Apalagi giginya si Dulsomad yang penuh dengan tulang.”

Huss, cangkemu, Di, Paidi. Meski bener tapi ojo banter-banter.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.