Kolom Boen Syafi’i: GENDERUWO

Suatu ketika, Paidi berboncengan dengan Yu Waginem istri tercintanya, di waktu Malam Minggu. Mereka ini hendak pulang dari acara menghadiri resepsi Cak Karim yang mengkhitankan anaknya. Tiba tiba saja di tengah perjalanan, sewaktu melewati kompleks pemakaman, Kang Paidi menghentikan motor bututnya.

Yu Waginem bertanya: “Kenapa dihentikan, Pakne? Ono opo?”

“Tuh, lihat Bune, di depan kita sudah berdiri sesosok genderuwo,” kata Kang Paidi lirih.

“Owalah, genderuwo toh Pakne, emang mau apa, yo?”

“Emboh lah, Bune.”




Si genderuwo semakin mendekat dan mendekat ke arah Kang Paidi menghentikan motornya. Lalu, si genderuwo bertanya: “Kenapa kalian melewati daerah saya?” Kang Paidi yang low profile high fat itu pun menjawab dengan santai: “Ngapunten, mbah. Gak tau kalau ini daerah sampean.”

“Ya, harusnya tanya dulu, dong, Di Paidi,” kata si genderuwo.

“Ya, maaf, mbah. Saya benar-benar gak tahu kalau ini daerah sampean,” Kang Paidi menjawab.

“Ora iso, kalian tidak termaafkan. Akan aku culik kalian, huahahahahaa,” si genderuwo tertawa riang.

“Owalah, yo wes kalau tidak termaafkan, mbah. Namun, sebelum diculik, saya punya tebakan untuk si embah. Kalau bisa silahkan culik kami berdua, kalau tidak ya lepaskan kami,” jawab Kang Paidi.

“Yo wes, tebak-tebakannya apa?” kata si genderuwo.

Ini mbah tebak-tebakannya: “Hal apa yang paling rugi di saat Malam Minggu?”

“Hhmmm …. makan orang,” jawab si genderuwo.

“Salah, mbah,” kata Kang Paidi.

“Lha, terus apa, dong?” si genderuwo penasaran.

Kang Paidi: “Jawabnya yaitu ketika melihat ada genderuwo di malam hari, eh ternyata masih menjomblo.”




Dan Yu Waginem pun berteriak “eaaaaaaaa”. Genderuwo itu lantas memerah matanya, dia pun langsung berlari dan berkata.

“Kalian Jahaaaaaaaatt, Emaaaaaaakkk,” sambil sesunggukan.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.