Kolom Boen Syafi’i: KEANGGUNAN BUDAYA BANGSA

Seiring perkembangan jaman, maka semua trend fashion pasti ada masanya. Ya, begitulah prinsip yang dipegang oleh Mas/ Ses/ Jeng Didiet, fashionable yang telah lama go Internasionale Milano, sampai dengan go AC Milano. Seperti celana cut bray, rambai-rambai hingga kucing anggora pun bisa masuk ke selakangan, kini sudah tergantikan dengan celana pensil, spidol, pulpen sampai dengan crayon.

Dulu, sarung hanya dianggap pakaian pribumi yang bukan lagi berasal dari kelas menengah ke bawah, melainkan sudah tiarap.

Dan, yang bersarung pasti wonge itu umbelen, gudiken, delamakan kakinya mletek mletek, mirip tanah terkena gempa 70 skala liter/ hektar. Itu dulu, dan sekarang? Sarung, baju batik sama songkok hitam sudah menjadi fashionable, sejak Presiden Jokowi mengendorse secara terstruktur, sistematis, masif dan gratis tis tis.

Itulah fashion, bisa berubah seiring perkembangan jaman.

Ditambah pula saat ini telah muncul kesadaran untuk melestarikan dan memakai pakaian yang berasal dari budaya sendiri. Gerakan Selasa Berkebaya adalah salah satu wujud pelestariannya. Wuss, makin mantab dan tambah berjayalah sarung eh budaya kita.

Kini kebaya bukan lagi dipandang sebagai pakaian ndeso saja. Ternyata kebaya juga sangat cocok untuk segala aktivitas perempuan Indonesia. Bukan hanya itu saja, ternyata kebaya juga bisa membuat para perempuan semakin terlihat anggun, dan memancarkan aura ke elokan NUsantara.

Indahnya peradaban Budaya NUsantara, sampai kapanpun tidak akan bisa disaingi oleh bangsa-bangsa lainnya. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa menghormati serta mau melestarikan budayanya sendiri.

Pertinyiinyi?

Mana bisa anggun, jika saya sendiri tidak mempunyai kebaya?

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.