Kolom Boen Syafi’i: KISRUH BERMULA DARI SIKAP SEORANG PECUNDANG

Waduh, perasaan waktu Pilpres 2004 dan 2009 kondisinya kagak gini-gini amat. Apa Si Amat, ya, yang suka gini-gini? (Simbol jempol masuk ke telunjuk) (Jangan dicoba, lho, mblo). Ahsudalah. Sejatinya Pilpres 2014 inilah awal mula keretakan bangsa ini dan awal mula dari adanya sebutan Kecebong dan KMPret (Koalisinya Si Wowo waktu lalu). Kubu siapa sih sebenarnya yang bikin ricuh dan kisruh?

Sudah terang benderang, satu-satunya alasan kenapa NKRI ini kisruh dan terpecah menjadi 2 kubu adalah oleh adanya pecundang yang tidak mau mengakui kekalahanya.

Ya, sang pecundang mencoba membangun opini dan narasi bahwa sebenarnya dialah pemenangnya di Pilpres waktu itu. Dengan cara bagaimana? Dengan cara membuat adegan njengking berjamaah, yang berlandaskan info mega hoax hasil quick count abal-abal MNC Group dan TV One.

Belum lagi si pecundang yang mengajukan gugatan ke MK dengan menyertakan bukti sebanyak 7 kontainer. Weladalah, ini barang bukti apa mau ekspor kelapa sawit, sih? Serta menyuruh pendukungnya untuk menyiapkan Posko logistik, bila terjadi perang saudara. Lah, pendukungnya disuruh perang, sedangkan dia enak ongkang-ongkang? Ediaaaaaan.

Pilpres baginya adalah ajang perang, bukannya ajang pendidikan berdemokrasi. Maklum bila karakternya begitu, karena hanya perang, kekuasaan dan kekerasanlah yang ada di otaknya. Tetapi, uniknya, satu-satunya jendral (pecatan) yang mengetahui dimana letak jasad almarhum Widji Thukul Dkk ini berada sangat dipuja-puji oleh gerombolan kaum yang sudah mengsle otaknya.

Kata mereka, si pecundang ini dikatakan sebagai pembela agamalah, pembela umat Islamlah dan distempel sebagai panglima umat Muslim. Lah, panglima umat Muslim? Lha, wong urutan wudlu saja gak tau. Alfatehah gak hafal. Tempat wudlu diinjak-injak pake sandal apalagi baca tulis Al Quran. Masak si remukan rengginang ini kayak panglima umat Muslim, mblo? Panglima umat fiksi, sih, iya.

Makanya kalau ntar ada Pilpres lagi, si jendral (pecatan) ini tolong jangan dikasih tau, ya? Soalnya jadi ribet, brow.

“Yu sego pecele tambah separo, yo.”

“Sory, Mas, gak bisa, soale piring e gak ada yang separo.”

“Weladalah, seng dodol melu ediaaaaaan.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.