Kolom Boen Syafi’i: MAHASISWA KENTIR ABAD INI

Strata menjadi seorang sarjana rupanya masih sangat bergengsi di negeri ini. Ribuan anak muda berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk masuk perguruan tinggi. Bahkan tak jarang, mereka memakai kekuatan uang untuk sekedar bisa lolos seleksi PTN.

Ada yang niatnya hanya iseng, daripada nganggur dan ada pula yang bersungguh sungguh untuk menuntut ilmu, demi masa depan yang lebih baik.

Semuanya baik dan wajar, tetapi yang menjadi tidak wajar adalah ketika datang ke bangku kuliah menjadi remaja yang baik, plural dan bahkan gaul. Namun, setelahnya, menjadi pribadi yang tertutup, penampilanya berubah dan tak jarang pula suka menceramahi temannya, sambil menunjuk hidung yang lainya bahwa yang tidak ikut golongannya adalah kafir.

Adakah hal ini di kampus-kampus? Suka tidak suka, inilah fenomena yang terjadi di PT Negeri maupun swasta kita. Gerombolan HTI dan PKS bahkan sudah sangat mengakar di semua kampus yang ada di Indonesia. “Investasi” mereka sejak era reformasi rupanya sudah membuahkan hasil, sebelum akhirnya gerombolan ini diamputasi oleh pemerintah.

Jadi, ya, jangan heran jika mahasiswa yang mempunyai rasa nasionalisme saat ini kalah banyak jumlahnya dibandingkan mahasiswa penyuka doktrin sesat khilafah.

Di salah satu basis kota pendidikan di Jatim saja, hampir semua kampus teracuni oleh idiologis sesat ini. Fakta berbicara, WNI yang bermigrasi ke Suriah untuk membela si bangsat ISIS dengan jumlah terbanyak ada di kota ini. Dari sini bisa kita tarik kesimpulan wajar bila banyak mahasiswa kentir yang sangat membenci Presiden Jokowi. Mulai dari Ketua BEM UI sampai BEM Riau.

Karena apa? Karena Jokowi telah membubarkan hobi dan mainan mereka tentang halusinasi negara daulah khilafah. So, demo dari para mahasiswa ini sejatinya bukan karena BBM, harga Sembako ataupun adanya issue aseng asing, melainkan balas dendam mereka karena mia khalifah eh khilafah telah dihancurkan oleh pemerintah saat ini.

Woalah, mahasiswa, mahasiswa, gawe mangan wae yo masih minta kiriman Ortu, buat pacaran yo masih minta Ortu, buat ngetrip yo Ortu. Gitu kok sering teriak khilafah solusinya? Opo seng memberi logistik uang itu dari khilafah toh, mblo?

“Mending gak usah kuliah sekalian, yo, pakne, kalau kondisinya seperti itu.”

“Yo tetep harus kuliah, toh, bune. Biar jemblem e kita ini ada yang beli. Lha, kalau gak ada yang kuliah ntar seng tuku sopo? Lha, wong dodolan awak e dewe iki ada di depanya kampus, lho”

“Oww ho’oh, yo, pakne.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.