Kolom Boen Syafi’i: MASIH MAU SYARIAT DITERAPKAN?

Saya kelaparan karena Ayah saya tidak punya beras.

Apa yang terlintas di lubuk hati anda saat mengetahui berita seperti ini? Sedih, geram atau malah emosional yang bercampur aduk kah? Wajar, jika anda bersikap demikian. Kejadian di Aceh ini mengingatkan saya atas wejangan dari Habib Luthfie yang pernah berkata:

“Percuma saja Haji dan Umroh berkali-kali, jika tetanggamu justru masih kelaparan.”

Menjadi berita biasa jika ini terjadi di pedalaman Papua. Ya, karena kemiskinan akibat pembangunan infrastruktur termasuk akses jalan memang baru dibangun oleh Jokowi saat ini. Sedangkan pemerintah sebelumnya abai pada mereka.

Namun, kejadian ini menjadi luar biasa, karena terjadi di provinsi yang diklaim paling syar’i seperti yang dicita-citakan oleh gerombolan FPI HTI. Miris, seharusnya jika syariat benar-benar diterapkan, kejadian ini tidak semestinya ada.

Namun, nyatanya? Syariat yang mereka tonjolkan hanya sisi luarnya, seperti penampilan pakaian dari rakyatnya. Sedangkan sisi manusiawinya entah hilang ke mana. Lihat saja sewaktu Gubernurnya korupsi, apakah dia dipotong tangannya? Apakah dia dicambuk dan dipertontonkan kepada khalayak ramai?

Atau, apakah dia minta maaf dan dengan iklas dikubur tubuhnya hingga yang terlihat hanya kepalanya saja dan, setelah itu, dirajam atau dilempari batu beramai-ramai?Tidak, ternyata hukum syariat hanya berlaku kepada rakyatnya saja.

Sejatinya NAD inilah contoh nyata bahwa sistem syariat itu hanyalah sekedar delusi nyata. Justru sama sekali tidak menghasilkan kesejahteraan yang hakiki bagi warganya.

Maka, jikalau mau melihat pilot project sistem syariat itu seperti apa, lihatlah NAD, dimana ketimpangan dan kemiskinan bagi warganya justru semakin merajalela. Mau kah anak cucu kita mengalami kejadian yang serupa? Maka katakan tidak untuk idiologi tipu-tipu, yang digaungkan oleh gerombolan FPI HTI beserta sekutu Saudi Amerikanya.

Pancasila yang Berbhineka Tunggal Ika sudah final. Jangan ada satu agama pun yang ingin mendominasi peraturan di dalamnya. Karena Kemerdekaan Indonesia bukanlah warisan dari Jazirah Arabia. Melainkan hasil dari pengorbanan besar rakyat, dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda.

Indonesia milik kita, bukan milik dari Saudi Amerika.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.