Kolom Boen Syafi’i: MIRIP REFORMASI 98 NYA DI MANA?

Mengulang tragedi 98 pada saat ini merupakan sebuah hil yang mustahal. Ya, sebuah hal sangat teramat mustahil, jika gerombolan pendukung Capres gagal ingin menurunkan Jokowi hanya dengan strategi pengulangan tragedi peristiwa Reformasi 98.

Perlu diingat, Reformasi 98 itu munculnya bukan berasal dari inisiatif CIA, seperti yang terjadi pada peristiwa G30S/65 dengan Bung Karno sebagai “tumbalnya”.

Bukan pula bentrokan antar agama yang terjadi di Poso dengan menampilkan Jendral Kunyuk sebagai dalangnya. Atau bukan pula bengisnya sang menantu Orba yang tega menghabisi ratusan ribu nyawa tak berdosa di Santa Cruz Timor Leste dan Papua.

Namun, peristiwa Reformasi 98 adalah murni berasal dari pergerakan hati nurani rakyat, dengan Mahasiswa sebagai ujung tombaknya.

Apa tujuanya? Tujuan utamanya adalah melengserkan si otoriter Suharto dan kroni yang sudah 32 tahun berkuasa.

Selain itu, rakyat pun berharap praktek KKN bisa segera dihilangkan, serta anak-anak Cendana tidak lagi memeras rakyat jelata dengan menebeng nama Bapaknya. Demokrasi tidak lagi dikekang dan menyalurkan kritikan tidak lagi dibalas dengan penghilangan nyawa.

Itulah tujuannya, sederhana memang. Namun untuk mewujudkannya perlu perjuangan super ekstra, dengan memakan ratusan ribu korban jiwa, dari yang luka-luka dan mati hingga yang tidak ketemu jasadnya.

Nah, menjadi sebuah kevekokan yang nyata, jika ada yang menyebut peristiwa 22 Mei 2019 itu mirip dengan tragedi 98. Samanya di mana, duhai engkau micin eceran?

22 Mei 2019 yang menyerang aparat adalah segerombolan preman berjidat hitam dan bercelana cingkrang yang berjubah agama. Dan, andaikan koit? Pasti koitnya di jalan Prabowo dan automatis masuk surganya Gerindra.

Lha, kalau Mei 98? Semua bersatu, dari berbagai etnis, suku bangsa, lintas agama, tua dan muda semua kompak bersuara lantang, dengan pekikan: “Turunkan Suharto sekarang juga!!!!”

Maka itulah people power yang sebenarnya. Tanpa dibayar Rp. 300 ribu pun, para Mahasiswa dan rakyat jelata sudah sangat siap mengorbankan nyawanya.

Ah, andaikan kalian yang saat ini mengidolakan Orba melihat dan mengalami sendiri, pasti akan tahu siapa Suharto dan Prabowo yang sebenarnya.

Tapi, sayang, saat itu kalian semua belumlah dilahirkan ke dunia, dan masih berupa cairan putih yang bernama: “Sperma”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.