Kolom Boen Syafi’i: PERANG 3 HARI

Weladalah, sampean itu mau daftar Capres apa mau ikut benteng takeshi, sih, mbah? Di otak kok isinya hanya perang, berkelahi, bubar, hancur, miskin dan lain sebagainya. Itu otak settingannya kenceng mulu, mbah. Mbok yo disetel kendo, toh. Nikmati hidup ini tanpa emosi. Woles, selow mbah selow, Kalau tanpa emosi sudah pasti hati kita semakin sejuk.

Kalau hatinya sejuk tentunya akan banyak teman yang menjadi saudara, kalau banyak saudara maka damailah Indonesia kita. Ngono, lho, mbah.

Lagian, opo untunge jika terjadi perang itu, mbah? Lah, sampean enak, sudah punya Yordania sebagai tempat mencari suaka, lha kami? Lagian juga, yo mbah, mendirikan negara Indonesia itu tidak melalui proses yang spontan dan srantanan. Ada doa dan tirakat yang luar biasa dari semua pemeluk agamanya. Buktinya, berapa kali negara ini terancam perang saudara, tetapi nyatanya Indonesia masih kokoh berdiri sampai saat ini.

Dari gerakan makar Permesta, yang tokohnya adalah bapakmu sendiri, sampai ke DI/ TII Kartosuwiryo. Dari Gestapu sampai ke kerusuhan Mei 98. Semua dapat dilalui oleh bangsa ini dengan selamat tanpa efek bubarnya Indonesia. Negeri ini negeri yang damai, mbah Wo, jangan dibikin gaduh ataupun diajakin berperang. Negara mana yang bisa rukun damai meski berbeda ribuan suku dan agama, kalau bukan di negara kita?

Dari Istiqlal sampai Candi Borobudur, dari Pura Besakih sampai Goa Pohsarang Bunda Maria, semua ada di Indonesia. Jika ingin mendirikan negara yang suka perang dan suka kekerasan, dirikan saja negara sendiri di Somalia, Uganda atau di Jazirah Arabia sana.




“Pakne, woles alias selow iku opo, toh?”

“Walah, selow iku merk sandal yang sampean pake itu, lho, bune.”

“Weladalah, iku Swalow, pakne,”

“Huuhh, dasar wong ediaaaaaan.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.