Kolom Boen Syafi’i: SAUDI, BERLABEL ISLAM BERKELAKUAN DAJJAL

Ada pepatah bijak yang mengatakan: “Hujan batu di negeri sendiri lebih nikmat daripada hujan emas di negeri orang.” Selintas kalimat ini memanglah benar. Namun, menjadi tidak benar jika sudah berkaitan dengan sebuah keadaan dimana kemiskinan menjadi penyebab utamanya. Keadaan dimana kebutuhan untuk menyambung hidup menjadi alasan utama.

Maka dengan keadaan tersebut, munculah para pahlawan devisa, untuk mencari rezeki di negeri nun jauh di sana.

Ada yang menuju ke negeri jazirah Arab dan banyak pula yang mencari rezeki di negeri Asia Timur, seperti Hongkong, Korsel, Macau dan Taiwan. Namun, bila boleh jujur mengatakan bahwa kondisi TKI khususnya TKW yang berada di kawasan Asia Timur sangat minim tersandung masalah hukum dibanding TKW kita yang berada di kawasan jazirah Arabia.

Suka tidak suka, inilah kenyataan yang harus diterima, bahwa negara yang memakai hukum “syariat Islam” seperti halnya Saudi, ternyata tidak ramah terhadap pemeluknya sendiri. Faktanya lagi, mayoritas para TKW yang tersandung masalah hukum di Saudi Arabia ternyata berkasus yang sama, yakni saudara TKW kita ingin mempertahankan “kehormatan” yang dimiliki dari tindakan asusila yang dilakukan oleh majikanya.

Seperti halnya yang telah dialami oleh saudara TKW kita yang bernama Tuty Tursilawati asal Majalengka. Si almarhum telah dihukum mati oleh Kerajaan Saudi tanpa adanya notifikasi sama sekali terhadap Konsulat RI.

Miriss, seorang perempuan yang membela diri untuk mempertahankan kehormatannya, malah menjadi terdakwa hingga dihukum mati segala. Namun, mau berkata apa, rakyat kita masih butuh pekerjaan di sana. Tetapi, begitu tiba di sana tak jarang para TKI diperlakukan seperti budak yang hina.

Maka berfikirlah dahulu (khususnya untuk TKW) sebelum memutuskan untuk bekerja di negara jazirah Arabia sana. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa libido penduduk di jazirah Arabia itu lebih besar daripada onta-ontanya. Hukum syariat versi Saudi yang sangat diagung-agungkan oleh pemuja khilafah itu ternyata tidak adil.

Bahkan terhadap sama-sama pemeluk Islamnya. Tetap NKRI dengan Pancasila Yang Bhineka Tunggal Ika.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.