Kolom Boen Syafi’i: WHAT?! PENGACARA 212 MEMBELA KEPENTINGAN MAMARIKA?!

Di sebuah warung bambu dekat sawah nan asri milik Yu Waginem, terdapatlah Kang Paidi yang sedang berbincang asyik dengan Kang Gimo temannya. Mereka berbincang. Dari masalah kenaikan harga telur, sampai masalah telurnya kang Paidi yang tinggal satu (Maksutnya telur di tokonya tinggal satu).

Dari agrobisnis, gosip artis, hantu seksi, berat badan Si Solekah sampai isu Freeport yang lagi hot pun tak luput dari perbincangan mereka.

Kata kang Paidi kepada Kang Gimo sambil menyulut rokok klobot kesukaannya: “Mo, pengacara PA 212 itu kok malah memprotes pemerintah yang telah berhasil mengambil alih sebagian saham Freeport, ya? Ada apa ini?”

Jawab Kang Gimo: “Walah, sampean kayak gak tahu wae kalau selama ini pihak Mamarika lah yang mensuport gerakan mereka kang.”

Kang Paidi: “Loh, benarkah ucapanmu itu, wahai Semvak Jin?”.

Kang Gimo: “Loh, ya, iya toh wahai Popoknya Wwewe Gombel? Emang demo ratusan ribu manusia di Monas kemarin kalau gak pake uang mana bisa ngumpul.”

Kang Paidi: “Woalah, baru ngerti saya, Mo, bukankah targetnya itu Si Ahok dan Jakarta saja?”

Kang Gimo: “Ahok mbahmu, Kiper. Ahok itu sasaran antaral, terget utamanya, ya, Pak Jokowi itu, kang.”

Kang Paidi: “Jadi, mereka menggunakan isu Ahok untuk melengserkan Pak Jokowi, ya, Mo?”

Kang Gimo: “Ho’oh wahai Satpamnya Nyi Blorong, logikanya kalau si kepala negara berani mengganggu kepentingan Mamarika, maka yang terbaik adalah copot si kepala batu dan ganti dengan jongos mereka, kang. Bukankah Bung Karno dan Gus Dur dulu juga dilengserkan paksa?”

Kang Paidi: “Oww, jadi Mamarika memanfaatkan sentimen agama untuk melengserkan Pak Jokowi, ya, Mo?”

Kang Gimo: “Benar kang, ternyata Gusti Mboten Sare dan Pak Jokowi masih menjabat sebagai presiden hingga saat ini. Mangkane kang, jangan mudah terprovokasi dengan isu yang mengatasnamakan sebuah agama”.

Yu Waginem yang sedari tadi diam, pun ikut bersuara. Kata Yu Waginem:  “Seharusnya senang yo kang kalau sebagian saham Freeport jadi milik Indonesia dan Papua. Eh, ini lha kok malah protes?”

Kang Paidi pun menjawab: “Ho’oh yu, andai Kang Gimo gak bayar kopi yang diminumnya, masak yang saya bela malah Kang Gimonya? Kan sengkleh otaknya kalau begitu.”

“Benar begitu kan, kang Gimo? Ya udah sampean yang mbayar kopinya dulu, ya, biar saya gak dituduh membela yang salah,” lanjut kang Paidi.

Kang Gimo: “Duobol, jebule aku kena jebakan Vatman.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.