Kolom Daud Ginting: BELAJAR DARI SIKAP GIBRAN

Pendemo dengan tagar ganti presiden kecele. Niat mereka merusak citra brand bisnis si Gibran, tapi hasilnya publik justru mencemooh pendemo, dan memberi rasa empati kepada martabak Markobar.

Publik mencaci pendemo dengan segala umpatan. Sebaliknya Gibran anak Presiden Jokowi meluncurkan meme lucu menanggapi barisan pendemo dengan mengatakan pendemo itu barisan calon pembeli martabak Markobar yang antri kepagian.




Jahat kamu ya, Gibran, lucu dan menggemaskan. Seandainya kamu masih bayi,pipimu sudah memerah bekas cubitan sayang pengagummu. I Love you so much. Gibran !!!

Pesan terselubung apa yang dapat kita petik dari kelakuan lucu Gibran? Tidak dapat dipungkiri Gibran memiliki kemampuan lebih unggul dibandingkan orang yang membencinya. Gibran juga manusia, memiliki perasaan, hatinya juga miris melihat pendemo irasional dan penabur rasa kebencian. Namun, Gibran tidak mengekspresikan perasaannya secara terbuka ke publik, justru sebaliknya mempublikasikan narasi sarkasme, rada ngeledek dan mengajak orang melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri.




Itulah keunggulan komperatif Gibran dibandingkan para pendemo dengan tagar ganti presiden yang hanya cuap-cuap tanpa menyumbangkan alternatif pemikiran baru, tidak mampu berpikir lateral atau tidak mampu memberi temuan baru untuk mengimbangi Presiden Jokowi yang memiliki kinerja bagus.

Pendemo secara kasat mata nampak bersikap asal demo saja, yang penting demo tanpa peduli yang dilakukan bermutu atau tidak. Mulutnya ngoceh ganti presiden padahal calon presiden yang diusulkan belum jelas spesiesnya. Kita patut bersyukur memperoleh pelajaran berharga dari pendemo keblinger ini, karena kelakuan mereka menyadarkan kita bahwa masih ada gerombolan manusia hatinya kelam di negeri ini.

Logika buruk darimana mereka peroleh sehingga mereka salah tempat? Itulah sebuah ketololan menarik jadi pelajaran berarti untuk menjadikan kita tidak ikut larut tolol. Sebaliknya justru kita mesti banyak memetik pelajaran bagus dan berguna mengembangkan kepribadian kita dari si lucu Gibran. Gibran ternyata memiliki kemampuan berpikir lateral, kreatif dan mampu melahirkan sesuatu yang lain dari yang lain, original dan memiliki keunggulan komperatif dibandingkan orang lain. Di mataku Gibran genius, pintar dan memiliki kelebihan yang patut ditiru.

Banyak anak pejabat, anak presiden meniti karir dengan cara mendompleng keberhasilan orang tuanya. Sebaliknya Gibran memilih memulai bisnis dari nol diluar dukungan jabatan orang tua, dan memilih bisnis tanpa memanfaatkan fasilitas jabatan orangtua.

Kenapa Gibran bisa melakukan itu? Tidak lain tidak bukan itu bisa terjadi karena memang Gibran memiliki kemampuan berpikir dan bertindak kreatif, mampu berpikir di luar apa yang sering dilakukan orang lain, bahasa sederhananya Gibran memang lain dari yang lain. Dalam sebuah kompetisi, persaingan apapun, terutama dalam dunia bisnis, seseorang hanya mampu leading dan unggul bila memiliki kemampuan lebih dari orang lain.




Sejarah mencatat tidak ada orang sukses jika hanya ikut-ikutan (follower). Orang hanya mampu menggungguli pihak lain jika dirinya memiliki kelebihan, dan mampu memproduksi sesuatu yang benar-benar baru, unik dan spesifik. Kemarin, kita melihat pembelajaran itu ada di dalam diri Gibran, layak dan pada tempatnya lah kita memetik pelajaran berharga dari sikap Gibran untuk memperkaya diri dalam berkompetisi. Seandainya belum mampu menjadi pemenang, setidaknya memiliki modal untuk survive (mampu bertahan).

Suka tidak suka, tidak layak Gibran dijadikan objek politisasi ujaran kebencian hanya untuk menyerang citra Presiden Jokowi. Karena justru Gibran memberi contoh bagi kita bagaimana semestinya sikap seorang anak pejabat. Betapa naif kelakuan orang yang tega menyeret Gibran ke tengah pusaran persaingan perebutan kursi presiden. Padahal Gibran sudah berusaha sejak jauh hari menghindar dari lingkaran hiruk pikuk perebutan kekuasaan di negeri ini.

Segala upaya merusak citra Gibran merupakan salah satu pertanda bahwa orang yang ingin melakukannya sesungguhnya memiliki kemampuan jauh di bawah kemampuan Gibran.




Daripada tidak memperoleh apa-apa dari gerombolan pecundang, lebih baik kita belajar banyak dari Gibran yang kreatif dan menggemaskan. Karena itu lebih berarti untuk memberdayakan diri kita lebih baik dan lebih berharga dari hari kemarin.

Selamat Berpikir Merdeka !!!




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.