Kolom Daud Ginting: MENGALIHKAN PANDANGAN MATA POLITIK

Amien Rais politisi tua yang mengarungi beberapa zaman terlihat ingin tetap eksis dengan berbagai manuver tidak lucu dipertontonkan ke publik. Banyak kalangan menganggap tingkah Amien Rais tak ubahnya bagai dagelan maupun stand up comedy. Kelucuan Amien Rais paling anyar, tandem dengan Prabowo Subianto sowan ke pentolan alumni 212 di pengasingan/ pelarian. Sudah barang tentu pertemuan tersebut merupakan adegan paling lucu yang pernah dilakukan oleh Amien Rais

Sebagai orang yang merasa dirinya tokoh elit politik Indonesia yang mesti diperhitungkan jasanya terhadap bangsa, khususnya sesuai dengan anggapannya sebagai tokoh sentral reformasi, justru menjadi bahan cibiran publik.




Kalau memang Amien Rais merupakan tokoh politik nasional yang memiliki posisi berharga dalam kancah perpolitikan nasional, bukankah kunjungan atau sowan ke Riziek memperlihatkan keberadaan Amien Rais justru berada di bawah Riziek? Hal ini bertolak belakang dengan sikapnya memposisikan Presiden Jokowi yang mesti melakukan kunjungan ke rumah Amien Rais, bukan sebaliknya Amien Rais minta bertemu dengan Jokowi.

Tidak jarang aneh bin ajaib memang adegan yang dilakukan oleh Amien Rais. Sama dengan janjinya dulu mau jalan kaki dari Yogya ke Jakarta yang tidak pernah terwujud. Itulah secuil kelucuan yang mengundang rasa geli dari Amien Rais.

Namun yang menyisakan penuh tanda tanya justru kerelaan Prabowo Subianto yang ikut serta dalam kunjungan itu, apakah sekaliber Prabowo tidak memiliki perhitungan njelimet untung rugi kunjungan bersama Amien Rais ini?

Intinya, kedua tokoh ini, Amien Rais dan Prabowo Subianto semakin tidak asyik mempertontonkan sepak terjang manuver politiknya. Membosankan dan cenderung lucu-lucuan.

Tiba saatnya kita memalingkan pandangan dari kedua tokoh politik tua itu dan mencoba melirik manuver menarik dari politisi muda yang sedang beranjak mendaki karir politik ke puncak pertarungan nasional seperti halnya Agus Yudhoyono dan Diaz Hendropriyono. Masih banyak yang merasa asing, ya, dengan nama terakhir?

Kalau pun belum familiar dengan nama Diaz, sah-sah saja. Jangan berkecil hati karena justru di situlah daya tariknya. Diaz memang putra kandung Hendropriyono, tokoh intelijen kesohor berpangkat Jenderal dan terkenal. Diaz menanjak karir politiknya bukan di bawah bayang-bayang ayahnya dan jauh dari kesan mendompleng ketenaran ayahnya.

Saat ini, Diaz merupakan Ketua Umum partai politik PKPI. Tetapi jangan lupa bahwa sebelum menjadi Ketua Umum PKPI dia sudah memiliki rekam jejak lumayan sukses dalam kancah politik, baik sebagai tim pemenangan Jokowi menjadi Gubernur Jakarta maupun menuju Presiden Indonesia. Kemudian, dia memperoleh posisi sebagai staf khusus Presiden Jokowi.

Apa urgensinya membandingkan Agus Yudhoyono dengan Diaz Hendropriyono?

Beberapa hari terakhir ini mengemuka wacana di media sosial maupun media mainstream yang mempublikasikan bagaimana tanggapan Diaz terhadap sikap Agus Yudhoyono yang mengkritik program revolusi mental Presiden Jokowi.

Tidak dapat dipungkiri ada nada sinis terhadap sikap Agus Yudhoyono dari pengurus PKPI. Asyik, bukan? PKPI yang di mata publik sebagai partai gurem justru mampu mengkritik partai sebesar Partai Demokrat. Bahkan pengurus PKPI mengatakan Partai Demokrat tidak sanggup menggembleng keterampilan berpolitik Agus Yudhoyono. Dengan nada menyindir, pengurus PKPI mengatakan mereka siap menerima Agus Yudhoyono masuk PKPI untuk dibina.

Asyik adegan yang ditunjukkan kaum muda ini, bukan?

Kalau anda sepakat ini mengasyikkan maka sudah tiba saatnya memalingkan pandangan mata dari tingkah aneh Amien Rais dan Prabowo Subianto. Hehehe…….

Selamat Berpikir Merdeka !!!







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.