Kolom Daud Ginting: UNIVERSITAS NASI GORENG

“Ah, Si Abang asal aja bikin thema,” begitulah nada protes seorang teman diskusi ketika aku menyebut atmosfir kehidupan politik kontemporer Indonesia.

Kau lupa, teman, bahwa apa yang dilakukan seseorang merupakan produksi pemikiran, apa yang dilakukan itulah yang tengah ada dalam pikirannya. Ketika kau kedatangan tamu, lalu kau suguhkan hidangan nasi goreng, tidak bisa dipungkiri bahwa saat itu itulah yang terlintas di benakmu.

Nasi goreng itu makanan simpel, dan cenderung gambaran pragmatis karena memang tidak rumit memasak dan menyajikannya. Bumbu masak tidak banyak diperlukan. Saat disajikan, tidak perlu banyak jenis menu makanan dan tidak butuh banyak peralatan makan, simpel bukan? Dan gampang mempersiapkannya apalagi nasi goreng itu hanya tinggal beli dari pedagang gerobak keliling, lebih gampang menyajikannya kepada tamu.

Tapi jangan lupa teman.

Menyambut kehadiran tamu dengan menyajikan makanan yang serba gampang dan murah meriah menunjukkan bahwa tuan rumah nampak tidak mau repot, dan menimbulkan kesan bahwa tamu yang datang itu tidak teramat penting untuk diberi penyambutan lebih berharga, biasa saja !!!

Biasanya juga menu makan nasi goreng dibeli untuk asupan selingan “Ngerumpi” atau diskusi ringan di beranda rumah membahas situasi aktual, baik ekonomi maupun politik dan lain-lain yang tanpa terencana muncul dalam dialog, namanya juga pertemuan informal materi yang dibicarakan juga “Ngarol-Ngidul” bahkan adakalanya bicara ngaur tidak faktual, serta bebas ucapkan apa saja semau dengkul. Namanya juga debat kusir !!!




Itulah yang aku sebut Universitas Nasi Goreng, produk akhir pertemuan itu jangan diharap memiliki mutu sama dengan apa yang dihasilkan universitas beneran, institusi pendidikan resmi mengeluarkan pendapat harus mengikuti metode ilmiah, kalau pendapat yang dihasilkan Universitas Nasi Goreng wajar dong asalan, dan bisa saja yang diucapkan hanya bertujuan mendeskreditkan maupun mencaci maki orang lain, bahkan melulu untuk mencari-cari kesalahan orang lain.

“Kejam kali Abang !!!” Begitu kata protes yang muncul dari mulut sahabatku mendengar uraianku.

Kebenaran itu memang pahit, bung !!! Bukankah namanya konyol menggugat “Ambang batas pencalonan Presiden” pada saat terganggu kepentingan sempit seseorang, sampai lupa bahwa aturan itu juga diberlakukan dahulu untuk mengamankan kepentingan pihak yang memprotes saat ini? Lucu aja melihat fenomena ini muncul lagi dari rumah mereka, wajar toh jadi tanda tanya menggelikan.

Apakah seluruh aturan main atau konstitusi yang diperkirakan merugikan serta mengusik kepentingannya serta merta dianggap abuse of power?

Ingat jugakah publik tentang drama pemilihan Ketua DPR RI dan MPR RI kemarin? Sebelumnya peraturan menetapkan pimpinan Legislatif itu dipilih dari Partai Pemenang Pemilu, tapi untuk menghindari PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu jadi ketua maka bersekongkollah mereka dalam satu barisan mengganti aturan main. Naif, bukan?

Menjelang Pileg dan Pilpres 2019 yang akan datang cara seperti itu ingin diulang oleh para pihak yang tidak ingin Jokowi melanjutkan kepemimpinannya 2 periode. Semua cara akan mereka lakukan dan mereka goreng, sehingga menu makan nasi goreng tak ubahnua bagaikan isyarat bahwa mereka siap goreng menggoreng apa pun yang bisa dimakan.

Itulah Universitas Kehidupan saat ini. Agar lebih gampang melekat di otak, sebut saja namanya UNIVERSITAS NASI GORENG. Fenomena itu jadi lahan pembelajaran bagi publik untuk memetik pengetahuan tentang apa yang tengah terjadi, dan sebaliknya bagi pihak yang masih akan meluncurkan strategi menggoreng issu-issu ujaran kebencian dalam rangka melemahkan popularitas dan elektabilitas si kerempeng Jokowi merupakan komunitas pemangkukepentingan eksisnya Universitas Nasi Goreng.

Publik siap-siaplah menantikan hadirnya menu-menu baru sajian andalan juru masak dan pramusaji dari Universitas Nasi Goreng. Semakin dekat Pemilu dan Pilpres 2019 menu sajian lebih inovatif dan kreatif walau terkesan konyol akan lebih banyak di lounching dengan ciri khas mempergunakan nomor cantik, ditambah lagi dengan pemberian hadiah menarik, beli satu dapat dua dalam episode discount gede-gedean.

Asyik, bukan?

Akhir kata: “Selamat Berpikir Merdeka !!!”






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.