Kolom Edi Sembiring: KETIKA ‘BELLA CIAO’ MENYATUKAN AGAMA DAN BANGSA (Untuk Berani Melawan)

And if I die as a partisan….
bury me up in the mountain
Under the shadow of a beautiful flower

edi sembiringLirik lagu “Darah Rakjat” dibagi-bagikan dalam Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945. Tan Malaka, Hatta, dan beberapa menteri, mendampingi Sukarno yang berpidato di hadapan massa.

Lagu ini juga membahana sepanjang masa Revolusi Indonesia (1945-1949).

Di Sumatera, lagu ini identik dengan aksi-aksi pemuda menyerang kaum feodal di Sumatra Timur. Juga dinyanyikan pada pawai serupa Ikada yang dikerahkan para pemuda di Kota Medan pada 11 April 1946, sebagaimana yang dikisahkan oleh Anthony Reid dalam The Blood of the People: Revolution and the End of Traditional Rule in Northern Sumatra (1979).

Menjelang kekalahan Hitler pada 1943-1945, di Italia, lagu Bella Ciao terdengar keras. Lagu ini menguatkan nyali kaum kiri.

“Bella Ciao” milik Rakyat Italia yang berfungsi sebagai pembangkit semangat kaum partisan melawan penindasan kaum fasis Nazi dan Mussolini pada tahun 1942-1945.

Namun, tak selamanya kaum partisan adalah komunis. Bahkan rohaniawan Kristen dan Katolik mengajarkan lagu ini pada kanak-kanak dan mengajak pemuda untuk mengambil semangatnya dalam melawan kaum fasis.

Lagu ini adalah lagu heroik yang identik dengan kelompok kiri Italia. Kini “Bella Ciao” selalu dipadankan sebagai lagu perlawanan terhadap kaum kapitalis, borjuis dan fasis.

Bella Ciao kini telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa seperti : Breton, Katalunya, Mandarin, Kroasia, Denmark, Inggris, Spanyol, Thai, Tibet, Turki, Tagalog, dan seterusnya.

Bahkan saat protes besar Gerakan Hijau di Iran meletus untuk menentang kecurangan pemilu 2009, lagu ini dinyanyikan massa yang turun ke jalan.

Dan 4 bulan lalu, telah ada video bertitel “Bella Ciao” yang dibuat di jalur Gaza oleh aktivis-aktivis HAM di Palestina. Haidar Eid berkata, “Our anti-colonial and anti-apartheid struggle has learned lessons from other anti-fascist struggles. This is why we chose ‘Bella Ciao’, to express and emphasize our denied humanity, and emphasize the power of culture in confronting the culture of power”.

Semangat anti kekerasan menyebabkan “Bella Ciao” bukan lagi dirasa sebagai lagu Komunis. Tapi sebagai lagu pembebasan.

Bella Ciao bisa diartikan “Goodbye beautiful.” Berikut lirik dalam bahasa Inggris :

One morning I woke up
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao
One morning I woke up
And I found the invader

Oh partisan, carry me away,
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao
Oh partisan, carry me away,
For I feel I’m dying

And if I die as a partisan
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao
And if I die as a partisan
You have to bury me

https://www.youtube.com/watch?v=k2dSdIm-reo

But bury me up in the mountain
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao,
But bury me up in the mountain
Under the shadow of a beautiful flower

And the people who will pass by
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao,
And the people who will pass by
Will say to me: “what a beautiful flower

This is the flower of the partisan
O bella ciao, bella ciao, bella ciao ciao ciao
This is the flower of the partisan
Who died for freedom

Catatan Redaksi:

Lagu Suku Karo berjudul Erkata Bedil (Bedil Memanggil) terasa sangat dekat spirit Pembebasan lagu Bella Ciao. Clip pertama mengekspresikan bagaimana perempuan-perempuan Karo merelakan keberangkatan kekasih mereka “turun gunung” merebut kembali Kota Medan dari kekuasaan Pemerintahan [Boneka Kolonial] Negara Sumatera Timur (sambil berdoa untuk keselamatan kekasih).

Clip ke dua, Suku Karo kembali tumpah ruah menyanyikan lagu ini sambil menyalakan lilin menuntut kebebasan Ahok.

https://www.youtube.com/watch?v=hWr1P3-33OM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.