Kolom Edi Sembiring: Simpang Susun Semanggi, Ingat Soekarno dan Ahok

Akhirnya, tanggal 25 April 2017 pukul 23.30 WIB, gelagar Simpang Susun Semanggi sudah tersambung 100% di atas Jl. Jenderal Sudirman. Pemasangan box girder terakhir ini menyempurnakan jalan layang dengan panjang 1.622 meter. Proyek ini memang ternyata selesai 1 bulan lebih cepat dari target.

Diperkirakan pengerjaan jalan layang Simpang Susun Semanggi rampung pada Juli 2017 sehingga bisa beroperasi pada 17 Agustus 2017 atau bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.

Di bawahnya, 2 jalur kereta bawah tanah pertama negeri ini sudah terhubung pula dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Tugu Pemuda. Jika keduanya telah beroperasi (Simpang Susun Semanggi pada bulan Juli tahun ini, dan kereta bawah tanah pada Maret 2019), wajah Jakarta tentu akan berubah: Maju dan kemacetan yang lebih terurai.

Pembangunan tahap pertama MRT antara Lebak Bulus-Bundaran HI membentang sepanjang 16 Km dan diperkirakan akan melayani 173.400 penumpang setiap harinya. Seluruh terowongan bawah tanah pada jalur tersebut juga telah tersambung. Jembatan Semanggi, bersama Gelora Bung Karno, awalnya merupakan proyek prestise Bung Karno saat menyambut tamu Asian Games tahun 1962. Jembatan tersebut mulai dibangun pada 1961. Jembatan Semanggi yang lama pada masanya menggunakan teknologi beton yang paling update, menggunakan precast.

Kemudian pada zaman Pak Harto, Simpang Semanggi ini dikembangkan. Ada tol dalam kota. Pada zaman Jokowi dan Ahok, Simpang Susun Semanggi ini disempurnakan. Didesain oleh Jodi Firmasyah, ahli jembatan dari ITB yang pernah merancang Jembatan Barelang yang kini jadi ikon Pulau Batam. Di tangan Ahok, Simpang Susun Semanggi rencananya akan jadi ikon Jakarta ke dua setelah Monas.

Tak hanya menyimpan kecanggihan, tetapi estetika dengan makna personal bagi Jakarta. Salah satu estetika yang akan dinikmati warga nantinya adalah pencahayaan lampu warna-warni di sepanjang bentangnya. Simpang Susun Semanggi adalah karya anak bangsa. Dikerjakan oleh PT Wijaya Karya Tbk. Dana yang dianggarkan untuk pembangunan proyek ini mencapai Rp 360 miliar. Dana tersebut bukan dari APBN. Tapi berasal dari nilai kompensasi pengembang PT Mitra Panca Persada, anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.

Wajah terbaru Semanggi ini rencananya akan diresmikan pada 17 Agustus 2017 bertepatan dengan hari ulang tahun ke-72 Indonesia. Peresmiannya akan dilakukan Jokowi bersama juga Ahok. Karena masa jabatan Ahok baru berakhir pada Oktober 2017.

Kelak, ketika mengingat Simpang Susun Semanggi ini, orang akan ingat 2 nama: Soekarno dan Ahok. Ketika mengingat perkembangan pembangunan kota Jakarta, orang akan ingat 2 nama: Ali Sadikin dan Ahok.




“Ali Sadikin itu orang yang keras. Dalam bahasa Belanda ada yang menyebutnya, een koppige vent, koppig. Saya kira dalam hal mengurus Kota Jakarta Raya ini baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala),” kata Sukarno seperti dituturkan dalam Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 karya Ramadhan KH.

“Tapi, insya Allah, doe je best (berusahalah dengan sebaik-baiknya), agar supaya engkau dalam memegang kegubernuran Jakarta Raya ini benar-benar, juga sekian tahun lagi masih orang mengingat, dit heeft Ali Sadikin gedaan, inilah perbuatan Ali Sadikin. Inilah yang dilakukan oleh Ali Sadikin,” kata Sukarno.

Seperti itu pula yang akan kita kenang: inilah Transjakarta di tangan Ahok. Inilah Jakarta yang bersih dan aman dikelola Ahok. Inilah kemakmuran yang hadir bersama program KJP dan KJS. Inilah Jakarta yang ramah pada anak-anak, perempuan dan Lansia. Inilah Simpang Susun Semanggi yang diperbaharui oleh Ahok. Simpang Susun Basuki Tjahaja Purnama.

Foto header: Simpang Susun Semanggi, Jakarta (Foto: Warta Kota)









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.