Kolom Eko Kuntadhi: AGAMA BUKAN BUAT MONYET

Alkisah ada segerombolan manusia, diajarkan agama seperti seekor monyet. Mereka dilarang berfikir. Cukup mengikuti saja instruksi pelatihnya. Sambil menunggu pisang disesepkan ke mulutnya.

Mereka menari-nari, merasa dirinya paling takwa. Berusaha meraih surga dengan mengkampanyekan kebodohannya. Sayangnya tidak semua manusia proses evolusinya sampai tuntas. Ada juga yang belum selesai.

Nah, manusia yang proses evolusinya belum selesai inilah yang menanggapi seruan para pelatih topeng monyet itu. Apapun dari cocot pelatih langsung diaminkan. Vaksin haram. Mereka ramai-ramai mengharamkan vaksinasi. Imuniasi tidak semua syariah, mereka ramai-ramai menolak imunisasi.







Repotnya, mereka juga akhirnya berkampanye anti vaksin. Anti imunisasi. Dan berkoar, generasi muslim jangan dicemari oleh vaksin dan imuniasi. Kalau mau generasi yang sehat, jauhkan vaksin dan imunisasi.

Mereka menuduh vaksin mengandung sesuatu yang haram. Depkes sudah menjelaskan, bahwa semua zat yang digunakan untuk membuat vaksin itu halal. MUI sudah mejamin kehalalannya. Pemerintah tidak henti-hentinya memberi informasi. Tapi mereka memang sudah ada dalam kondisi seperti yang dikatakan Al Quran, ‘summum bukmum umyum fahum, layarjiun…

Apa hasilnya? Alih-alih sehat rohani kini ratusan anak-anak tergeletak di bangsal-bangsal rumah sakit. Bakteri Difteri mewabah lagi mengancam kehidupan kita. Semestinya bakteri itu sudah jauh berkurang beberapa tahun lalu.

Masalahnya, sebagai penyakit menular, keengganan sebagian orang melakukan vaksisasi justru akan menggagalkan seluruh program vaksinasi di masyarakat. Bakteri itu akan terus hidup dan berkembangbiak, disebabkan ada tubuh manusia yang bisa ditumpanginya. Tubuh siapa? Ya, mereka yang belum divaksinlah.




Kini Indonesia masuk dalam situasi bencana atau kondisi luar biasa akibat Difteri yang menggila. Bakteri mematikan ini menjangkiti seluruh wilayah. Yang terbesar berada di wilayah-wilayah yang daya penolakkan imunisasinya tinggi. Bayi dan anak-anak lunglai. Korban mati bergelimpangan.

Tapi, namanya juga monyet, ada saja alasannya. Biarlah anak mati, yang penting masuk surga. Biarlah bayi-bayi tergeletak lemah yang penting iman bertambah kuat. Emangnya surga kayak nonton bioskop, tiketnya bisa dipesan sekarang?

Dan kita tahu, Tuhan memang menurunkan agama hanya untuk manusia. Bukan untuk monyet.








One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: AGAMA BUKAN BUAT MONYET

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.