Kolom Eko Kuntadhi: AIR SUSU DIBALAS AIR COMBERAN

Malas ah, ngomongin Capres raja hoax. Semua isu yang disampaikan tim suksesnya bertujuan hanya satu: agar Indonesia rusak. Ingat ketika tsunami Aceh. GAM yang merupakan gerakan separatisme sepakat menghentikan perang. Mereka disadarkan, Aceh harus dibangun bersama. Tidak boleh ada konflik lagi yang memecah belah rakyat Tanah Rencong itu.

Aceh pulih dengan perdamaian.

Tapi, apa yang dilakukan tim kampanye BOSAN ketika gempa menimpa Palu dan Donggala? Mereka malah terus menerus menikam pemerintah Jokowi dengan berbagai fitnah. Padahal sudah Presiden 2 kali datang ke lokasi, memimpin sendiri proses penanganan bencana.

Sementara Gubernur Sulawesi Tengah (Longki Djanggola) dari Partai Gerindra. Walikota Palu asal Partai Demokrat dan Wakilnya dari PAN. Nah, pihak yang paling bertanggungjawab atas penanganan gempa adalah pemerintah daerah. Pemerintah pusat membantu semaksimal mungkin.




Lihat saja kiprah Gubernur Sulawesi Tengah ketika gempa terjadi. Bandingkan dengan Tuan Guru Bajang di NTB ketika wilayahnya tertimpa bencana. Jauh bangetkan? TGB aktif menangani rakyatnya yang kesusahan.

Nah, kalau orang-orang Gerindra nyinyir soal penanganan bencana yang kata mereka gak maksimal, itu sama saja mereka menyeka wajahnya sendiri dengan kain pel. Wong, kepala daerahnya dari Gerindra juga.

Yang memuakkan di tengah-tengah tangis warga Sulteng, mereka memainkan hoax murahan di Jakarta. Nenek-nenek yang baru kelar operasi plastik dibilang korban penganiayaan.

Apa tujuannya? Untuk menarik perhatian publik. Agar mata kita teralih dari kesedihan rakyat Palu dan Donggala, lalu menoleh ke sosok Prabowo sang pembela Ratna Sarumpaet. Niatnya mau jadi pahlawan, cuma bermodal pembelaan kepada seorang perempuan uzur yang tetap mau terlihat kencang.

Tapi, Tuhan gak tidur siang. Dia bekerja dengan caranya sendiri. Hoax terbongkar, dan pasukan omong kosong itu kini kalang kabut.

Saya tidak paham logika apa yang mau dibangun. Mereka ingin menunjukan empatinya pada seorang Ratna Sarumpaet, lalu berharap rakyat jatuh hati. Prabowo turun langsung menunjukan pembelaannya pada satu orang. Padahal ribuan warga Palu dan Donggala yang kesusahan sampai sekarang tidak pernah ditolehnya.

Entahlah. Apakah empati pada Ratna Sarumpaet menurut logika mereka jauh lebih penting dibanding pada ribuan warga Palu dan Donggala?

Waktu Pilkada kemarin, warga Sulteng memberikan suaranya buat calon Gubernur dari Gerindra. Akhirnya menang. Sekarang para petinggi Gerindra malah hendak mengalihkan perhatian rakyat Indonesia yang sedang bersimpati pada korban bencana dengan menyebar hoax. Bagi rakyat Sulteng kelakuan itu seperti air susu dibalas dengan air comberan.



Untung saja Jokowi gak terlalu peduli dengan ulah kampungan seperti itu. Jokowi terus berkonsentrasi memulihkan warganya yang terkena bencana. Apapun pilihan politiknya.

Setelah sandiwaranya terbongkar oleh pengakuan Ratna Sarumpaet, kini nenek 70 tahun itu dilaporkan ke polisi oleh tim Prabowo-Sandi.

“Kalau Bu Ratna masuk penjara, percuma dong dioperasi plastik. Pas keluar nanti, sudah kendor lagi,” ujar Bambang Kusnadi. Tukang bubur yang satu ini sudah lama gak terdengar.

“Yang kendor kan luarnya, mas,” timpal Abu Kumkum.

“Emang dalamnya gak kendor, Kum?”

“Meleleh, mas…”



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.