Kolom Eko Kuntadhi: APA YANG KAU CARI, PKS?

Didatanginya Kantor PKS di Sumatera Utara oleh massa dan menuntut PKS agar bertanggungjawab terhadap gerakan yang memecah belah #GantiPresiden yang dimotori oleh 2 kader PKS (Mardani Ali Sera dan Neno Warisman) sehingga menimbulkan kerusuhan di mana-mana, dan politik Propaganda PKS yang mengedepankan SARA sehingga menimbulkan perang kampanye brutal, menjadi sasaran kemarahan rakyat banyak.

Kantor-kantor PKS mulai didemo di mana-mana. Banyak kalangan sudah membaca bahwa “Politik SARA dicetuskan oleh PKS” menimbulkan perpecahan.

Narasi yang mereka ciptakan adalah narasi kebencian, sehingga politik bukan lagi sebagai sebuah “kegembiraan” sebuah bagian kesadaran, tapi politik menjadi medium saluran-saluran kebencian. Ini bukan lagi kebencian yang digerakkan atas dasar kegelisahan masyarakat, tapi kebencian yang memperalat primordialitas seperti suku dan agama.

PKS sudah menjadi Partai yang menghalalkan segala cara. Tidak ada lagi fatsoen dalam berpolitik. Mereka buta etika. Dari politik tanpa etika dengan propaganda yang buta huruf moralitas sehingga menyebarkan pendidikan politik yang didasari kebencian.

Moralitas KeIslaman PKS juga dipertanyakan. Mereka tidak menjadikan nilai-nilai Islami sebagai bagian gerakan moralitas, tapi malah bangga dan tanpa malu menggunakan politik “menghalalkan segala cara”. Di sinilah kita harus merenung bagaimana kemudian PKS secara lambat laun menjadi sasaran kebencian masyarakat.

Ucapan Yenny Wahid di satu pertemuan televisi yang menyatakan di depan salah satu orang PKS “Kalian harus bertanggungjawab soal kampanye SARA” adalah ungkapan yang menohok dan menjadikan bukti sebuah kesadaran bahwa PKS memainkan SARA sudah menjadi kegelisahan banyak pihak. Ini harus dituntut secara luas serta massif untuk menyelamatkan kesehatan demokrasi di Indonesia.

PKS juga selalu melakukan politik pengelabuan bahwa mereka Partai yang bersih. Seorang Presiden PKS sudah masuk kandang KPK sementara Presiden PKS yang satunya lagi sudah tersangka KPK. Ini menyiratkan kepemimpinan PKS menjadi bagian korupsi yang massif. Masuknya pimpinan tertinggi PKS bahkan sampai 2 pemimpin adalah bukti nyata partai ini bermasalah dari pucuk pimpinan sampai tingkat kader yang paling bawah dengan daya rusak infiltrasi perpecahan di tingkat masyarakat.

Diserbunya Kantor PKS dan kemungkinan juga akan meluas karena rakyat sudah melihat “biang rusaknya” demokrasi dan rusaknya literasi media sosial karena partai ini menghalalkan segala cara.

Apa yang sudah PKS berikan pada negeri ini? Bagaimana kepala-kepala daerah PKS seperti Aher betapa joroknya Sungai Citarum tanpa perubahan apapun. Apakah ada prestasinya selama 10 tahun? Mereka mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara bentuk manipulatif. Bagaimana kader PKS yang jadi Gubernur Sumatera Utara itu masuk dibui bersama isteri mudanya. Lalu, bagaimana yang tata kota di Depok, bentuk peradaban apa yang mereka buat untuk negeri ini?

PKS tak paham bagaimana sesungguhnya sejarah negeri ini, yang disatukan oleh relijiusitas Islam dengan nasionalisme yang tinggi seperti diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur. Mereka tak paham bagaimana beragama Islam tapi juga mencintai tanah airnya dengan amat sangat seperti yang dicontohkan para Kyai-Kyai NU. Orang-orang PKS senang sekali menyerang NU padahal dalam sejarah NU berjuang habis-habisan untuk Tanah Air.

Inilah kenapa Banser NU melawan habis-habisan gerakan PKS ini yang membuat rusuh di mana-mana dengan Tagar Ganti Presiden. Pada dasarnya, berdirinya NU di Tahun 1926 karena melawan Wahabi yang menguasai Arab Saudi saat itu. Jadi, melawan Wahabi adalah khittah sesungguhnya dari Nadhlatul Ulama. NU melawan segala bentuk paham Wahabi, yang tampaknya ini sudah digunakan oleh gerakan gerakan internasional untuk membangkang pemerintahan yang sah dan merebutnya dengan cara apapun juga.

Tanyalah pada PKS, apa mereka menggenggam Nasionalisme sebagai pokok paham bernegara ataukah paham Internasionalisme? Apakah mereka paham bagaimana pengorbanan bangsa ini untuk bersatu, menyatukan semua suku, agama dan latar belakang dengan semangat Nasionalisme, semangat kebangsaan dan cinta Tanah Air. Kenapa kampanye bernuansa SARA terus menerus mereka lakukan? Menjual agama demi kepentingan politik yang pada akhirnya bermuara pada kasus korupsi terus menerus…

Apa yang kau cari, PKS?




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.