Kolom Eko Kuntadhi: ATHEISME DI ARAB BERKEMBANG PESAT

Orang-orang garang dan hobi teriak kopar-kapir itu, apakah mereka sedang berdakwah? Saya rasa tidak!

Mungkin data tentang meningkatnya jumlah penganut atheis di Timur Tengah bisa jadi bahan renungan. Di Saudi Arabia, tanah kelahiran Islam diperkirakan ada 5% penduduk yang mengaku atheis atau menentang ide-ide ketuhanan. Data ini dilansir oleh Gallup, lembaga survei internasional.

Prosentase itu sama dengan jumlah penganut atheis di Amerika Serikat.

Di Mesir, menurut sejawaran Abdel Hamed-Shamad, satu orang dari setiap keluarga mengandung seorang atheis atau mereka yang kritis dengan keimanan terhadap Tuhan.

“Tapi mereka terlalu takut untuk mengatakan pikirannya,” ujarnya.




Memang, di banyak negara Timur Tengah, atheisme dianggap tindakan pidana. Seorang atheis di Palestina Walled Huseini, misalnya, dikenakan penjara 10 bulan karena menulis dalam blognya tentang ide anti ketuhanan.

Jika saja negara-negara Arab membuka keran kebebasan dalam menyampaikan fikiran, diperkirakan jumlah penganut atheis yang terdeteksi akan meningkat 10 kali lipat.

Bahkan akhir Desember 2014 lalu ada konferensi kaum ateis Arab di Mekah, di sebuah hotel dekat Masjidil Haram. Tentu diadakan dengan diam-diam. Ledakan atheisme di Saudi ini disebabkan muaknya anak-anak muda Arab atas praktek Islam ala Salafi Wahabi di Saudi yang sarat kemunafikan.

Secara garis besar persentase atheis dan gnostik lebih tinggi di dunia Arab (22%) dibandingkan di Asia Selatan (17%) dan Amerika Latin (16%).

Sebetulnya, ini bukan fenomena yang aneh. Gelombang anti ketuhanan di Eropa, misalnya, juga berkembang ketika gereja-gereja menjalankan ajaran agama yang sangat keras. Dengan model inkuisisi dan pensesatan.




Dengan kata lain, Saudi Arabia dan negara-negara Arab bisa menjadi pelajaran bagi kita bahwa mengkampanyekan Islam dengan norak, jumud, irasional, intoleran dan penuh diksi-diksi kekerasan justru menjauhkan anak-anak muda dari Islam.

Harus diakui atheisme ini marak di kalangan anak-anak muda Arab berbarengan dengan maraknya ide-ide Islam radikal yang lahir dari rahim Wahabisme.

“Ajaran Wahabi yang dianut Arab Saudi, menjadi pendorong maraknya atheisme di kalangan anak-anak muda Arab,” ujar Buya Syafii Maarif, dalam salah satu diskusi.

Bagaimana di Indonesia? Saya rasa gejalanya tidak jauh berbeda. Semakin maraknya ide-ide wahabisme yang kaku, norak, jumud dan anti-toleransi itu, akan semakin menjamur juga ide-ide anti ketuhanan di kalangan anak-anak muda muslim.

Artinya, propaganda paling efektif gerakan anti-ketuhanan justru dilakukan oleh mereka yang paling sering mengaku dekat dengan Tuhan. Mereka yang hobi teriak kopar-kapir. Benar kata pepatah, orang-orang bodoh itu mengira mereka sedang berbuat kebajikan, padahal yang dilakukannya melulu kerusakan.

Masyarakat primitif pun, ketika membutuhkan api untuk menghalau dingin, tidak melakukan dengan cara membakar rumahnya.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.