Kolom Eko Kuntadhi: DEMO MEMBELA 3H

Sebetulnya isu ini ramai karena ada yang geer-nya kebangetan. Semua peristiwa seolah tersangkut dengan dirinya. Padahal terpisah sama sekali. Maksudnya sih, mau memberi informasi betapa penting orang itu.

Mulanya seorang alumni ITB memberi statemen yang membela Rizieq mengenai kasus chat mesum. Karena dia alumni dari ITB meski jurusannya adalah fisika (bukan komputer atau telematika) maka statemen soal teknis telematika itu membuat senang juga. Setidaknya ada pakar yang membela Rizieq atas kasus chat mesum tersebut.

Lalu ada kejadian. Hermansyah, nama pakar itu, mengalami kejadian buruk. Di jalan tol dia dibacok orang tidak dikenal yang mulanya didahului dengan senggolan mobil. Kontan saja tim cacing kremi meresponnya dengan mengaitkan kasus ini dengan Rizieq.

“Tuh, kan. Kenapa Rizieq kabur. Hermansah saja dibacok,” ujar mereka. Lalu tetiba ada gerakan save Hermansyah. Mungkin sebentar lagi, sama dengan Buni Yani, Hermansyah akan dinobatkan sebagai pahlawan Islam.

Tapi benarkah Hermansyah mau dibela habis-habisan? Belum tentu. Mereka sekarang membela Hermansyah karena kebetulan saja isunya seksi untuk diangkat. Kalau sudah selesai mah, dicuekin lagi. Lihat saja Buni Yani, meski dinobatkan sebagai pahlawan umat, ketika persidangannya dia dibiarkan merana sendiri. Tidak ada dukungan moral umat datang berbondong-bondong ke persidangannya.




Tapi akhirnya orang mau tahu, siapakah Hermansyah ini. Lalu diketahui dia memperistri Irina, perempuan Uzbekistan yang kabarnya pernah bekerja di tempat hiburan malam di sebuah club di Mangga Besar, Jakarta.

Nah, informasi ini juga akhirnya berkembang sendiri. Hermansyah dikerjai karena berhadapan dengan mafia hiburan malam. Istrinya masih terikat kontrak kerja sebagai penghibur tapi dibawa keluar oleh Hermansyah.

Makanya Hermansyah perlu diberi pelajaran karena dianggap memanfaatkan properti milik orang untuk dirinya sendiri. Dia berhadapan dengan mucikari dan mafia dunia esek-esek.

Entah kisah mana yang benar yang melatari pembacokan Hermansyah. Kebenaran latar belakang pembacokan ini akan menentukan status Hermansyah berikutnya : Apakah dia akan dinobatkan sebagai pahlawan agama; atau cuma lelaki yang menikahi perempuan Uzbek yang masih terikat kontrak dengan mukicarinya, atau cuma korban pemabuk di jalan tol.

Gampangnya kita tunggu saja perkembangan kasusnya. Toh, tersangkanya sudah ditangkap polisi. Gak perlulah kita kembangkan spekulasi ini itu. Apalagi dibarengi dengan mencibir latar belakang Irina sebagai perempuan berdarah Uzbekistan mantan pekerja hiburan.

Yang juga sama tidak perlunya, janganlah buru-buru mengangkat Hermansyah sebagai pembela Islam. Status itu terlalu mulia untuk lelaki pelanggan klub striptis.

Tapi kabarnya Jumat ini ada banyak laskar yang mau demonstrasi. Isu yang digotongnya adalah penolakkan Perppu 2/2017 tentang pembubaran ormas radikal dan juga membela dua pahlawan agama : Hermansyah dan Hari Tanoe.

Jadi demonstrasi yang membawa-bawa agama ini digelar untuk membela 3H : Hermansyah, Hari Tanoe dan HTI.

“Tulisan namanyanya gak salah tuh, mas?””

“Salah gimana, Mbang?”

“Harusnya kan H. Ermansyah dan H. Ari Tanoe. Wong Abu Kumkum aja suka protes kalau namanya ditulis tidak lengkap.”

“Emang nama lengkapnya siapa Mbang?”

“dk. Abu Kumkum SpBU.”

“Kayak dokter spesialis ya, Mbang?”

“Iya dia dukun spesiali butuh uang.”

 

Foto header: Gadis Uzbekistan di desa. Video: Lagu pop Uzbek.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.