Kolom Eko Kuntadhi: GAS BERACUN DI DAPUR

Lelaki itu seperti digiring masuk ke ruang konsentrasi, lalu dihembuskan gas beracun. Tenggorokannya perih menghirup udara di ruangan itu. Nafasnya tercekat. Sementara perempuan di depannya seperti tidak peduli. Terus saja melakukan kegiatannya dengan santai.

Ingatan lelaki itu melayang pada sebuah film. Ketika puluhan ribu orang Yahudi Polandia berbaris memasuki kamp konsentrasi. Mereka berjalan seperti robot. Sorot matanya kuyu. Beriringan menuju ruangĀ kematian.

“Perempuan ini mungkin titisan tentara SS jaman Hitler,” pikirnya dalam hati. Dia yakin, perempuan itulah yang menyebarkan gas beracun memenuhi ruangan ini.




Entah kenapa, dulu dia begitu saja meminangnya sebagai istri. Dulu yang dilihat hanya gadis lugu dengan wajah yang selalu mengundang untuk diguyur. Kini, di ruangan tengah yang berbatasan dengan dapur, dia disuguhi udara beracun oleh perempuan itu. Lubang hidungnya terasa panas.

Meski dia berjuang sekuat tenaga menghalau udara pedih yang menusuk rongga kerongkongannya, istrinya tetap saja santai. Dasar perempuan tidak punya empati, umpatnya dalam hati. Mungkin saja gas beracun ini semacam dendam perempuan yang tidak sanggup dilampiaskannya. Baru kali ini dia merasakan telah menikah dengan seorang pengikut Hitler.

Hari ini, dari ruangan dapur, istrinya menjelma menjadi algojo kejam, yang membiarkan korbannya tercekat menjelang ajal.

Awalnya, dia bersin-bersin. Hidungnya tercekat akibat udara yang memanas. Bersin yang panjang tanpa henti. Untung saja kondisi itu terjadi tidak lama. Udara panas segera berlalu. Dia seperti lolos dari lubang jarum kematian. kematian yang paling tragis karena terjadi di dapur rumahnya sendiri.

“Nih, sambel goreng petenya. Makanya kalau aku lagi masak, papa jangan dekat-dekat,” ujar perempuan itu sambil meletakkan piring berisi sambel goreng. Harum sambal kini memenuhi rongga hidungnya. Liurnya meleleh.

Meskipun sekejam serdadu SS, ternyata istrinya masih punya hati untuk menyuguhkan sambel goreng pete untuknya.

Perempuan memang selalu susah ditebak, katanya membathin.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.