Kolom Eko Kuntadhi: HTI ADALAH BENALU DI TUBUH INDONESIA

Anda tinggal memutuskan mau berpihak ke mana. Mendukung Indonesia atau menjadi pemuja Hizbut Tahrir. Keduanya tidak bisa disatukan. Jika Indonesia masih mau bertahan sebagai sebuah negara, maka Hizbut Tahrir harus dilenyapkan. Sebagaimana juga Hizbut Tahrir, untuk mencapai tujuannya harus melenyapkan Indonesia.

Keduanya tidak mungkin jalan beriringan. Keduanya akan saling menegasikan.

Jangan terkecoh bahwa HTI itu lembaga dakwah. HTI adalah partai dengan tujuan-tujuan politis. Targetnya adalah kekuasaan. Repotnya HTI maunya merampas kekuasaan, bukan mau ikut mekanisme kompetisi. Dia mau merampasnya dari tangan kita dengan mengatasnamakan agama.

Atas nama Islam, mereka menipu umat untuk membenci negaranya. Mereka membenturkan kecintaan umat kepada bangsa dengan doktrin-doktrin agama. Seolah-olah, kalau kamu mencintai bangsamu, kamu jadi anti Islam. Atau kalau mau berislam-islam dengan kaffah, kamu harus membenci negaramu.

Padahal HTI sama sekali tidak punya sumbangsih bagi kemerdekaan bangsa ini. Dia datang belakangan. Tapi menunggangi nama umat Islam Indonesia.

Kyai-kyai dari NU, para santri, para aktivis Muhamadiyah jelas sunbangsihnya pada bangsa ini. Kyai-kyai menyerukan perlawanan pada penjajah. Mengorbankan semua yang dimilikinya untuk Indonesia.

Tapi mereka sama sekali tidak meminta lebih untuk menguasai Indonesia. Mereka mendorong bangsa ini hidup dalam plurakisme. Bahkan kyai NU merumuskan doktrin indahnya: hubhul wathon monal iman. Cinta Tanah Air adalah bagian dari iman.

Doktrin itu menjawab, tidak ada pertentangan antara keindonesiaan dan keislaman. Kita bisa menjadi unat Islam yang menghayati ajaran agamanya dengan sepenuh hati. Sambil mencintai Indonesia dengan sepenuh hati juga. Sebab mencintai bangsa justru bagian dari iman.

Lalu, HTI datang mau merusak doktrin itu. Mereka memperhadapkan cinta Tanah Air dan cinta agama. Lihat saja omongan Felix Siauw: “Membela Indonesia tidak ada dalilnya. Membela agama jelas dalilnya.”

Bagi orang sejenis Felix, beragama harus disertai dengan kebencian pada bangsa. Kalau mencintai bangsa tandanya dia jauh dati agama. Lihat betapa merusak doktrin yang disampaikan.

Jadi, kalo ada orang Indonesia yang mendukung HTI, sama saja dia sedang mempersilakan perampok makan di rumahnya. Toh, setelah kenyang mereka akan menggasak isi rumah juga.

Apakah kita rela rumah kita dirampok, meskipun mengatasnamakan agama?

Saudi, Turki, Mesir dan banyak negara-negara yang sebagian besar berpenduduk muslim sudah tahu bahayanya benalu ini. Mereka sejak lama melarang Hizbut Tahrir berkembang di negaranya. Sebab mereka tahu, jika dibiarkan benalu itu akan memangsa induk semangnya.

Hari ini sidang terakhir HTI di PTUN. Kelompok khilafah itu menggugat putusan Menhumkam yang membubarkan organisasi tersebut.

Aneh. HTI biasanya selalu mencela sistem hukum kita. Katanya hukum yang tidak berdasarkan agama. Lha, kenapa sekarang gugatannya disampaikan ke PTUN Harusnya mereka menyampaikan gugatannya ke pengadilan agana dong. Sekalian pembagian harta gono-gini.

“Nonton bola aja kita pasti pro PSSI. Masa kita mau dukung HTI yang gak punya club sepakbola sih?” kata Banbang Kusnadi.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.