Kolom Eko Kuntadhi: HUJAN SENJA

Hujan menampar Jakarta. Rintiknya menghujam aspal, menikam siapa saja yang melintas. Orang-orang berteduh, tertegun memeluk dirinya sendiri. Sepasang kekasih basah kuyup, berjalan menepi. Menghentikan sepeda motornya. Di pinggiran sana mereka berdiri. Saling berhimpitan, seperti ingin berbagi kehangatan satu sama lain.

Terpaan air melunturkan celak mata perempuan itu.

“Hari ini tidak ada lagi air mata,” bisik sang pria, lembut.

“Hujan sudah terlalu banyak membasahi wajahmu.”




Perempuan itu berusaha tersenyum. Tapi air hujan yang meleleh di wajahnya menyembunyikan senyumnya.

Sore ini rinai air dan senja sedang perjodohkan. Mereka berbagi, seperti sepasang kekasih yang menyapa dalam pandangan. Menyapu wajah orang-orang yang dicintainya hanya dengan sebuah kerling dari pojok matanya.

Akupun bertukar pandangan dengan langit yang abu-abu. Menghitung setiap rintik hujan dengan bantuan kalkulator sekadar memastikan berapa banyak lagi Tuhan telah berderma kepada bumi. Dalam hitunganku, kali ini jumlahnya lebih banyak dari hujan kemarin lusa …








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.