Kolom Eko Kuntadhi: KUBANGAN YANG DIGALI SUDIRMAN SAID

Pernahkah kamu berfikir karena apa Sudirman Said dipecat dari menteri ESDM? Padahal kesannya dulu dia adalah pembocor rekaman ‘papa minta saham’ yang melibatkann Setya Novanto dan Riza Chalid. Kedua orang itu melobby Freeport untuk meminta saham dengan konpensasi perpanjangan kontrak perusahaan AS itu. Di awal kesannya Sudirman sebagai pahlawan yang memerangi para bandit.

Tapi begitu kasus itu mereda malah dia sendiri mengeluarkan surat yang isinya menjanjikan Freeport untuk mendapat perpanjangan kontrak.




Padahal Presiden Jokowi jelas menginstruksikan agar Indonesia tidak lagi dikadalin dalam kontrak kerja perusahaan tambang itu. Jokowi bertahan bahwa salah satu syarat perpanjangan kontrak adalah divestasi saham Freeport minimal 51% untuk pemerintah Indonesia. Enak saja Freeport selama ini menikmati kekayaan bumi Papua sementara rakyat tidak mendapat apa-apa.

Bocornya rekaman itu bisa jadi usaha Sudirman Said untuk menghalau gerombolan mafia yang mau jadi joki kebijakan dan menarik untung dari Freeport. Tapi keluarnya surat Kementrian ESDM yang menjanjikan perpanjangan kontrak –padahal syarat divestasi saham yang diminta Presiden belum dibicarakan– juga bisa dibaca sebagai usaha gerombolan lain mengeruk keuntungan. Lagi-lagi buat kantongnya sendiri.

Karena itulah, mungkin, akhirya Sudirman diberhentikan sebagai Menteri ESDM. Kini Ignatius Jonan dan Arcandra Tahar terus berjuang mendapatkan kesepakatan 51% saham untuk kepentingan pemerintah. Pembahasan masih alot.

Akibat surat itu sampai sekarang Freeport ngotot menuntut pemerintah memperpanjang kontrak karyanya. Dengan kata lain Surat Menteri ESDM Nomor 7522/13/MEM/2015 tanggal 7 Oktober 2015 mengenai Permohonan Perpanjangan Operasi dijadikan alasan Freeport untuk menagih janji pemerintah tanpa harus memenuhi syarat yang diminta oleh Presiden. Toh, yang mengeluarkan surat itu juga menteri ESDM atas nama Pemerintah Indonesia.

Kita tidak tahu apa yang didapat Sudirman Said. Yang jelas akibat ulahnya itu pemerintah jadi direpotkan dalam proses negoisasi dengan Freeport. Tapi, politikus Gerindra (Fadli Zon) pernah bersuara soal ini.

“Yang merugikan negara itu Sudirman. Dia yang harus diperiksa KPK,” katanya dalam sebuah acara televisi.

Soal surat-surat ijin seperti ini juga yang membuat Sudirman Said mingkem ketika debat Cagub kemarin. Awalnya dia menyerang Ganjar Pranowo tentang proyek gheotermal di Kaki Gunung Slamet.

“Perpanjangan ijin proyek itu telah merugikan masyarakat,” serang Sudirman.




Apa respon Ganjar? “Kami ini cuma kena getahnya,” jawabnya cepat. Lalu dia membeberkan fakta bahwa perpanjangan ijin eksplorasi Daerah Panas Bumi Paturaden di kaki Gunung Slamat justru diteken oleh Sudirman Said sendiri saat dia menjadi Menteri ESDM.

“Mudah-mudahan bapak tidak lupa. Saya hanya mengingatkan saja. Datanya ada,” ujarnya lagi.

Entah kenapa Sudirman seperti terbiasa membuat kubangan lalu berusaha menjoroki orang untuk kecebur ke dalamnya.

Pada kali lain, kampanye Sudirman menyindir jangan pilih Gubernur yang pernah diperiksa KPK. Tudingan ini seperti ingin memojokkan Ganjar Pranowo yang memang pernah diperiksa KPK sebagai saksi kasus e-KTP. Dengan menuding seperti itu, Sudirman ingin mencitrakan Ganjar berurusan dengan KPK.

Padahal, Sudirman sendiri pernah diperiksa KPK dalam kasus dugaan suap penganggaran proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Deiyai, Papua. Posisinya sama-sama sebagai saksi, seperti juga ketika KPK memeriksa Ganjar. Lalu apa bedanya?




Bahkan Sudirman juga tidak mengklarifikasi isu yang mengkaitkan dia dengan PT Semar Kembar Sakti yang menerima proyek penunjukan langsung dari KPK seharga Rp 1,6 Miliar. Pemilik perusahaan tersebut sekaligus pemilik rumah dimana Masyarakat Tranparansi Indonesia, organisasi yang menaungi Sudirman Said, berkantor di sana. Data ini dikemukakan ICW.

Makanya kita heran ketika Sudirman Said dalam kampanyenya di Jawa Tengah selalu membanggakan sebagai sosok anti korupsi hanya karena pernah mendirikan MTI. Yang juga menyebalkan adalah para pendukungnya yang memainkan isu agama di Jawa Tengah. Padahal isu seperti itu beresiko memecah belah bangsa.

Dia menggali kubangan lalu mendorong lawanya untuk kecebur di sana. “Untung Ganjar Pranowo cerdas. Akhirnya Sudirman sendiri yang belepotan lumpur,” ujar Abu Kumkum.




One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: KUBANGAN YANG DIGALI SUDIRMAN SAID

  1. wow, koruptor selalu banyak akalnya . . . kiranya tadi SS berjasa membogkar usaha korupsi ketika menelanjangi Setnov ‘papa minta saham’.

    Apakah karena gampang ngibuli rakyat dan ngibuli pemerintahan ya?

    Salah satu alat penting neolib memang korupsi, yang lainnya terorisme dan narkoba + sex, wanita, duit dan LGBT. Tidak masuk akal memang kalau perusahaan neolib Freeport tidak menggunakan korupsi dalam usaha perampokannya. Alat ampuh ini sudah digunakan ngakali Soeharto, juga selama pemerintahan SBY perusahaan neolib ini tetap menikmati perampokannya tanpa gangguan apa-apa. Di era Jokowi mau digugat, lantas muncul teror Thamrin, alat lain itu (terorisme, korupsi, narkoba). Jokowi bilang kalau teror itu maksudnya untuk menakut-nakuti, karena itu tidak perlu takut kata Jokowi. Jokowi presiden berani dan mengerti persoalannya. Berlainan dengan Hollande di Perancis yang langsung perpanjang darurat perangnya gara-gara seorang supir truk mabuk narkoba menggilas banyak orang di Niece.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.