Kolom Eko Kuntadhi: PENGASONG AGAMA MENGGORENG UMAT LAGI

Dana haji diinvestasikan? Itu biasa. Sejak lama pemerintah melalui Kementerian Agama memang menginvestasikan dana haji dalam berbagai instrumen khususnya Sukuk atau surat berharga syariah. Itu dilakukan jauh sebelum Presiden Jokowi duduk di istana negara.

Jutaan orang Indonesia mengantri mendapatkan kuota haji bahkan ada yang sampai 15 tahun. Mereka menyetorkan dana awal ke Rekening Khusus. Dana nganggur itu –karena haji setahun sekali dan ada batasan kuota– diinvestasikan dalam berbagai surat berharga yang sesuai syariah. Imbal hasilnya digunakan untuk kepentingan peningkatan pelayanan haji.

Ketika melakukan pendaftaran calon jemaah sudah menandatangani surat persetujuan untuk mewakilkan pengelolaan dananya kepada pemerintah.

Menurut catatan sampai 2016 ada sekitar Rp 96 triliun dana haji yang masuk. Lumayan besar. Karena itu pemerintah membentuk Badan Pelaksana Pengelola Keuangan Haji (BPKH) untuk melakukan pengeloaan dana tersebut agar lebih bermanfaat. Salah satu manfaat yang bisa dipetik adalah dengan menginvestasikan dana tersebut untuk proyek infrastruktur.




Jadi, sebenarnya, langkah Presiden Jokowi hanya membentuk lembaga untuk mengelola dana itu secara lebih profesional. Agar potensi dana umat tidak jadi mubazir dan bisa bermanfaat juga untuk umat. Jika nanti benar diinvestasikan untuk infrastruktur, toh yang akan menikmatinya umat juga. Lagipula ini sama sekali tidak menganggu masyarakat yang mau beribadah haji. MUI sendiri sudah memberikan fatwa mengenai investasi dana haji itu pada 2012.

Masalahnya di mana? Masalahnya karena badan itu dibentuk pada era Presiden Jokowi. Itu saja.

Begini. Para burung nazar yang biasa mengasong agama untuk kepentingan politik berusaha selalu membenturkan Jokowi dengan simbol-simbol Islam. Ini tidak lain bertujuan untuk proyek politik Pilpres yang akan datang. Artinya, segala upaya akan dilakukan untuk menggoreng perasaan umat Islam agar memusuhi Jokowi.

Afbeeldingsresultaat voor gadis cantik menggorengJangan heran jika wacana dana haji ini dibangun seolah pemerintah mau menggunakan dana umat Islam secara serampangan. Padahal, justru dengan dibentuknya BPKH itu proses pengelolaan dana umat menjadi lebih tertata dan punya nilai manfaat yang jauh lebih besar. Umat Islam yang menyetorkan dana hajinya juga tidak merasa ada masalah. Mereka menandatangi surat mukalah, atau mewakilkan pengelolaan dananya kepada pemerintah.

Dengan menunggangi emosi umat Islam inilah mereka berharap akan membangun logika politik mirip Pilkada DKI nanti. Ketika agama secara efektif digunakan untuk menumbangkan seorang Ahok. Jokowi akan terus dicitrakan bertentangan dengan umat Islam.

Padahal, soal investasi dana haji itu sudah lama dilakukan. Dulu juga mereka tidak teriak-teriak. Mungkin saja dengan pengelolaan gaya lama, para politisi pengasong agama itu malah mendapat keuntungan secara pribadi. Kita tahu, kan, ada kasus korupsi dana haji.

Jadi gak usah heran jika kasus pembentukan BPKH ini diramaikan oleh orang-orang yang kesurupan agama. Sebab, hanya dengan cara itulah mereka berharap bisa memenangi persaingan Pilpres yang akan datang.

Lagi-lagi umat yang unyu-unyu ini diombang-ambing ke sana ke mari demi memuaskan ambisi politisi pengasong agama. Sebab, di kepala mereka umat Islam ini bodoh, gampang dibohongi dengan memantik emosi keagamaannya.

Untuk soal kebodohan umat ini, Buni Yani, sang pengedit video Ahok sudah pernah menuliskan dalam Twitternya. “Jual agama itu paling gampang. Maklum rakyatnya masih bego-bego, gampang ditipu.” Dia sendiri sudah membuktikan teorinya tersebut memanfaatkan rakyat yang menurutnya bodoh-bodoh itu.




“Jadi, Mas Bambang kapan naik haji? Semua tukang bubur sudah naik haji, lho,” tanya Abu Kumkum.

Bambang Kusnadi yang ditanya masih sibuk melayani pelanggan.

“Saya nunggu aplusan, kang,” jawab Bambang.

“Maksudnya?”

“Ya, aplusan sama yang umroh itu, kang. Yang kemarin umroh kan, gak pulang-pulang. Kalau dia pulang saya mau aplusan. Saya pergi ke Saudi buat naik haji. Nah, dia bisa gantiin saya dagang bubur ayam.”





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.