Kolom Eko Kuntadhi: SAUDI SEBEL (Indonesia Konsisten Membela Palestina)

Statemen Duta Besar Saudi (Osamah Sulaibi) untuk Indonesia yang mendukung reuni 212 dengan menuduh Ansor sebagai organisasi sesat, bukanlah sebuah kebetulan. Meski cuitannya sudah dihapus, kita bisa membacanya itu sebagai cara Saudi untuk masuk ke dalam persoalan dalam negeri Indonesia.

Kita tahu, Saudi adalah salah satu negara yang paling hobi mengirimkan kekuatannya merusak negara lain. Biasanya yang menjadi korban adalah negara berpenduduk mayoritas muslim.

Sampai sekarang bom-bom Saudi masih gencar menerjang Yaman. Tentara-tentara bayaran koalisinya menembaki rakyat tidak berdosa itu. Hari ini [Selasa 4/12], Yaman adalah negara paling menderita di dunia. ISIS dan Alqaedah ikut masuk ke Yaman, membantai rakyat. Bersama Saudi mereka merampok kekayaan Yaman.




Rakyat meneriakan perlawanan dengan menyeru Allahuakbar. Mereka melawan ISIS, Alqaedah dan tentara bayaran koalisinya Saudi, yang mungkin juga meneriakkan kalimat takbir yang sama.

Entahlah, di Yaman, nama Allah seperti diperebutkan, dibetot-betot dalam semangat untuk saling membunuh.

Jutaan anak Yaman menderita dengan masa depan yang gelap. Negeri miskin itu kini tinggal puing. Tapi tak juga lumat. Mereka melawan sekuat tenaga dengan senjata seadanya. Duit Saudi terkuras hanya untuk melampiaskan semangat menguasai kawasan.

Sebelum Yaman, Saudi juga aktif mendukung serangan terhadap Suriah. ISIS dan Alqaedah juga ikut menyerang rakyat Suriah. Di Suriah, Saudi bergandengan tangan bersama Turki, NATO, AS dan Israel.

Kemarin [Senin 3/12], Saudi juga menekan dengan keras Qatar. Hanya karena Qatar tidak mau tunduk sepenuhnya pada keinginan Salman. Untung saja Qatar negara kaya, yang investasinya di AS dan Eropa sangat besar. Sehingga nafsu Saudi menghabisi Qatar tidak didukung AS dan sekutunya.

Pokoknya, bagi Saudi, jika ada negara memusuhi Israel mereka akan berusaha menghancurkannya. Meski secara resmi tidak ada hubungan diplomatik, Saudi dan Israel kerap bahu membahu di Timur Tengah. Saudi tahu, menjaga kepentingan Israel adalah sama dengan menjaga hati tuannya, Amerika Serikat.




Jadi, Saudi akan habis-habisan memerangi siapa saja yang memerangi Israel. Dengan begitu, mereka berharap kemurahan hati AS tetap mendukung berdirinya kekuasaan Bani Saud. Mungkin Saudilah salah satu negara yang berdiri paling depan melindungi negara zionis tersebut.

Lalu, kenapa kini Saudi ingin cawe-cawe dengan politik dalam negeri Indonesia? Kenapa ia mencerca Ansor sebagai organisasi sesat?

Simpel. Di jaman pemerintahan Jokowi, pembelaan Indonesia kepada Palestina lebih nyaring terdengar. Pemerintah Indonesia menggunakan forum-forum internasional untuk melakukan dukungan pada Rakyat Palestina. Bukan atas nama agama. Tetapi atas nama kedaulatan sebuah bangsa, sebagaimana tercantum dalam UUD kita.

Apa yang paling memuakkan dari Saudi dalam kasus ini? Di dalam negeri mereka mencap Hizbut Tahrir sebagai teroris. Jika ada yang berani mengibarkan bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid di Saudi, akan langsung digerebek polisi.

Kenapa? Karena Saudi tahu. Di mana-mana kerjaan HT itu mengacau.

Tapi di Indonesia, duta besarnya justru membela orang yang mengibarkan bendera HTI. Kenapa?




Karena politik luar negeri kita konsisten membela Palestina dan melawan Israel. Sebagai tukang pukul Zionis, Saudi tentu marah dengan Indonesia. Makanya dia dukung HTI, agar bisa membuat kekacauan.

Pertanyaannya apa pernyataan duta besar Sulaibi berdiri sendiri? Kayaknya gak.

Sebelumnya Prabowo Subianto pernah melontarkan omongan yang seolah mendukung pemindahan Kedutaan Besar Australia di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Bayangkan, ketika Indonesia sedang gencar membela Palestina, Prabowo justru nyelonong memberi dukungan kepada Israel memindahkan ibukotanya ke Yerusalem.

Saya membaca apa yang disampaikan Prabowo dan apa yang dituturkan Osama Sulaibi tampaknya saling berkaitan. Keduanya bukan kebetulan.

Indonesia kini bukan hanya sedang berhadapan dengan seorang Capres dengan serenceng kegagalannya. Kita kini juga sedang berhadapan dengan predator dunia yang haus darah.

“Mas, Saudi apa gak marah, kalau tempat tawaf di pindah. Dari Ka’bah ke Monas,” celetuk Abu Kumkum.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.