Kolom Eko Kuntadhi: SIAPA SIH, YANG BIKIN AGAMA JADI NYEBELIN?

Ini hari Sabtu. Saatnya leyeh-leyeh. Sudah sebulan saya dihukum FB gara-gara akun saya direport Voldermort. Saya cuma bisa melihat seliweran informsi. Gak bisa merespon. Inbox yang masuk juga cuma diliatin aja. Gak bisa dijawab. Syukur-syukur kalau yang inbox membalas liatin saya.

Tapi, yang namanya hari Sabtu, kita gak cocok membahas yang berat-berat. Enakan membahas persoalan ringan yang gak bikin otak butek.

Kita sudah capek, kan, dengerin orang yang teriak-teriak takbir gak juntrungan. Semakin sering teriakan takbir itu disuarakan di jalan-jalan, saya semakin merinding. Saya gak tahu, kok nama Tuhan yang semestinya menenangkan itu kini jadi bikin takut.




“Saudara-saudara, kita bela tauhid!”

Takbir!

“Saudara-saudara, kita ganti Presiden.”

Takbir!

“Saudara-saudara, pilihlah Presiden yang bisa ngobrol sama kuda.”

Takbir!

“Saudara-saudara, sudah sarapan bubur ayam belum?”

Takbir!

“Saudara-saudara, siapa diantara kalian yang masih jomblo?”

Takbir!

“Saudara-saudara, takbir!”

“Lebaran masih lama, woy…”




Gema takbir jadi inflasi. Besok dalam ucapan lebaran, kita susah lagi untuk menulis: Ketika Gema Takbir terdengar syahdu membelah langit yang kelabu…

Sebab, setiap hari yang kita dengar bukan takbir yang syahdu. Yang kita dengar adalah takbir yang penuh kemarahan. Takbir yang bikin deg-degan.

Nama Tuhan disebut dengan rasa menghardik. Padahal Tuhan itu maha rahman dan maha rahim. Tapi di tangan para peternak ‘takbir’ Tuhan jadi begitu menakutkan.

Tapi, sekali lagi ini hari Sabtu. Sebaiknya kita membahas yang ringan-ringan saja.

Kalau membahas soal bendera bertuliskan tauhid, pasti rasanya berat. Apalagi dikait-kaitkan bahwa bendera itu adalah bendera Rasul. Siapa yang bisa memastikan bendera Rasul modelnya seperti itu?

Setahu saya di kalangan ulama saja masih terjadi perdebatan warna, bentuk, gambar dari bendera tersebut. Jika kita merujuk pada hadist, ya pasti multi tafsir juga. Hadist kan bentuknya teks, bukan gambar. Sementara yang diperdebatkan adalah sebuah bentuk bendera.




Lagipula apa di jaman Rasul sudah ada teks Arab yang computerize kayak tulisan pada bendera HTI itu? Lengkap dengan tanda bacanya segala. Padahal tanda baca pada Quran saja baru dirumuskan pada jaman Usman bin Affan. Jauh setelah Rasulullah wafat.

“Jadi, itu bukan bendera Rasul?”

Setidaknya belum pasti bentuk bendera Nabi seperti itu. Yang pasti itu adalah bendera HTI. Kesimpulan yang gampang, toh?

Nah, saya ingat ada statemen seorang ulama Lebanon. “Jika di negaramu mulai sering berkibar bendera hitam, kamu harus lebih hati-hati…”

Ulama itu memetik pelajaran dari Suriah, Irak atau Libya. Di sana bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid sering dikibarkan. Bersama dengan tangisan penderitaan rakyat. Bendera itu seperti pertanda bau anyir darah semakin tercium. Asap mesiu mendekat. Dan ……

Hati-hati? Kita sudah deg-degan setiap kali takbir diteriakkan di jalan. Kesannya berangasan. Kini, saya juga khawatir ketika bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid dikibarkan.




Ah, siapa sih, gerombolan yang membuat sesuatu yang tadinya sakral dan suahdu kini jadi menakutkan?

Terus kalian mau dakwah dengan cara seperti itu? Siapa yang tertarik dengan ketakutan dan hidup yang mencekam?

Tapi, ini hari Sabtu. Kita gak pantas membahas persoalan yang berat-berat begitu. Itu merusak suasana libur saya.

Sebaiknya saya memang harus berhenti berfikir barang sejenak. Meskipun sudah dicoba sejak pagi, fikiran saya gak juga mau berhenti.

“Jangan menyerah. Mas harus berfikir lebih keras bagaimana caranya berhenti berfikir. Kalau gagal. Coba berfikir lebih keras lagi. Cari cara bagaimana caranya berhenti berfikir,” saran Abu Kumkum.

“Ini hari Sabtu, mas. Berusahalah untuk berhenti berfikir,” kali ini Kumkum menasehati saya.

Ok, saya akan mulai memikirkan cara bagaimana agar saya bisa berhenti berfikir. Sebab ini adalah hari Sabtu. Waktunya leyeh-leyeh…




One thought on “Kolom Eko Kuntadhi: SIAPA SIH, YANG BIKIN AGAMA JADI NYEBELIN?

  1. Dulu bendera MERAH komunisme, Sekarang bendera HITAM radikalisme. Radikalisme adalah lanjutan Komunisme yang sudah tidak laku lagi. Pemerakarsa bendera merah dan bendera hitam adalah sama, yaitu neolib/NWO. Dulu menyuruh Marx sebagai penggiat radikalisme sebelum dia disuruh ngarang marxisme. Sekarang pakai HTI, FPI, Wahabi, ratusan ribu akun Saracen, Cyber Army, 411, 212 dsb dsb.
    Publik dunia sudah semakin memahami bahwa hoaks komunisme sudah digantikan oleh hoaks radikalisme. Kalau mayoritas publik dunia sudah menyedari perubahan ke radikalisme ini, dunia akan lebih aman dan tenang terutama hari-hari libur Sabtu begini.

    Saling serang antara sesama bangsa akan berkurang drastis, kalau sasaran utamanya mulai ke prakarsa sesungguhnya perpecahan nasional/dunia itu.

    Terorisme berkurang drastis diseluruh dunia, karena sudah dikenal oleh publik dunia kalau ‘terrorism made in USA’, dan ‘war on terrorism is fake’ kata prof Chossudovsky. Trump seorang nasionalis, tidak bisa diandalkan oleh deep state NWO seperti mengandalkan bonekanya Obama. Teror surat bom terakhir bermaksud menjatuhkan Trump, dan Trump mejawab itulah karena fake news dan hoaks tiap hari disodorkan oleh MSM milik neolib deep state.
    Bom surat ini juga dimaksudkan terutama mengisolasi pengikut Trump dalalm pemillihan House dan Senat 6 November nanti. Orang-orang D sudah melihat polling kemunduran mereka. Terutama di Senat, pemilihan kali ini tidak lain adalah ‘nightmare’ bagi D. Di House masih belum jelas memang. Menarik, kita nantikan hasil mitterm election ini, R atau D.
    Kalau di AS antara nasionalis Trump kontra deep state NWO, di Indonesia antara nasionalis Jokowi kontra bendera hitam pengganti bendera merah komunisme yang digagas uga oleh deep state NWO.
    Kalau di AS pakai bom surat sekarang ini, di Indonesia pakai bendera hitam HTI.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.