Kolom Eko Kuntadhi: SOMAD CUMA SEORANG ENTERTAINER

Somad ceramah. Ditanya soal salib. Dia bilang ada jin di sana. Somad melecehkan simbol agama lain. Meski salib juga sebetulnya bukan lambang iman. Sebab dulu, kayu berbentuk silang itu digunakan untuk menghinakan. Bukan untuk memuliakan.

Ketika dia bicara soal salib, saya tidak melihat dia sedang mengajarkan ilmu pada jemaahnya.

Tidak juga menasehati dengan hikmah. Apalagi mencontohkan dengan ahlak. Lelaki itu hanya mencela sesuatu yang dibencinya dari atas mimbar agama.

Somad bicara tentang apa yang mau didengar jemaahnya. Sekali waktu, di depan orang-orang HTI, ia malah menghina Kanjeng Nabi. Demi menyenangkan hati pada pengasong khilafah itu.

“Nabi itu belum bisa menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin,” ujarnya.

“Untuk keluarganya, Nabi bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Tapi bukan untuk semua. Nabi tidak mampu mewujudkan khialafah di seluruh dunia.”

Dan orang-orang Hizbut Tahrir tepuk tangan. Somad menipu mereka bahwa mereka lebih hebat dari Rasulullah. Sebab HTI berniat menegakkan khilafah seluruh dunia. Sementara Rasulullah baru bisa menegakkan aturan sosial di Madinah dan Mekkah.

Bayangkan. Jangankan agama lain. Nabinya sendiri tidak lepas dari ketajaman mulut Somad. Dan juga kekerdilan fikirannya.

Jadi, ketika saya mendengar ceramah Somad yang melecehkan salib, kita makkum. Dia memang bukan penceramah agama. Dia hanya orang yang disewa untuk bicara apa yang mau didengar jemaah. Bukan bicara apa yang mestinya penting disampaikan.

Sekali waktu, di depan pejabat ia juga pernah bicara. “Jika pengajian membuat kamu membenci orang. Jika pengajian merusak ukhuwah. Maka 2019….” ujarnya lantang. “Kamu harus ganti pengajian.”

Pejabat yang mendengarnya tersenyum. Manggut-manggut. Ini ceramah yang sejuk dan membawa persatuan.

Tapi kali lain, ia mencela-cela orang yang berbeda. Menggesek rasa persatuan hingga terpercik.

Kali lain ia tampil meng-endorse Prabowo. Ia memang diplot untuk menjadi seorang marketing saat itu. Dan sesungguhnya ia hanyalah seorang profesional dalam arti sesungguhnya. Ia akan tampil dan berbicara sesuai permintaan.

Ketika jemaah Ansor sering menghadangnya, ia datangi Habib Lutfi. Seolah bertakzim pada Kyai besar dari NU itu. Agar usaha Somad sebagai profesional penampil agama tidak terganggu oleh Ansor.

Tujuan Somad hanya memuaskan pendengar. Memuaskan orang yang menanggapnya. Bukan mau menasehati jemaah dengan hikmah.

Singkatnya dia cuma seorang penghibur. Seorang entertainer. Gak lebih.

Mungkin mirip seperti penyanyi, komika, pesulap atau badut ulang tahun. Menghibur sesuai pesanan.

Jadi kalau Somad bicara soal salib dengan cara melecehkan, saya sih, biasa saja. Sebel, emang iya. Orang-orang seperti ini hanya mengikuti arus. Jangankan salib, Nabi Muhamad juga direndahkan kok. Gak usah kaget.

“Mas, di sosmed ini, semuanya nyebelin. Dikit-dikit UAS, dikit-dikit UAS. Padahal UTS aja belum…” Abu Kumkum ngedumel.

Mbuh, Kum…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.