Kolom Eko Kuntadhi: SOMAD INGIN DIJADIKAN IKON BARU

Somad mau dijadikan ikon baru, mentang-mentang bisa melawak saat berdakwah. Maka nama Somad terus digoreng seperti balabala kebanyakan minyak. Kata ustad Muhammad Abdullah Ade, yang memviralkan Somad ini adalah para cecunguk HTI.

Jadi, ketika mereka dibabat habis via UU Ormas, orang-orang ini mencari celah untuk membuat isu yang membentur-benturkan masyarakat. Nah, Somad makanan empuk. Apalagi kayaknya orang ini suka popularitas. Klop.

Ketika teman-teman di Bali meminta Somad sumpah setia pada NKRI sebelum ceramah di sana, mukanya Somad menolak. Tapi akhirnya dipersilakan setelah Somad mau menunjukkan sikapnya untuk tetap pada NKRI.

Ternyata gak cukup. Pulang dari Bali, Somad justru membuat laporan polisi. Sepasukan tim cyber mengobok-obok peristiwa Bali dan membelokkan isunya. Kasus Bali digoreng sedemikian rupa untuk mengadu sesama anak bangsa.







Lalu, terjadi kasus Hongkong. Somad yang diundang ceramah di Hongkong ditolak imigrasi di sana. Eh, tiba-tiba kasusnya digoreng seolah Pemerintah Indonesia tidak melindungi warganya. Lha, Somad ditolak masuk ke Nagara orang, mungkin karena alasan tertentu. Soal keamanan dalam negeri, misalnya. Atau soal administrasi yang tidak diurus panitia lokal dengan baik. Wajar kalau ditolak.

Apalagi di Hongkong ditenggarai banyak pekerja migran kesusupan paham radikal. Sebagai negara berdaulat, wajar saja jika mereka berhati-hati. Meskipun di sana ada Jet Lee, Jacky Chan dan Andy Lau kalau sama teroris mereka ngeri juga.

Teroris dan paham radikal gak cukup ditundukkan dengan Kung Fu dan Kuntaw. Jika Hongkong kesusupan paham radikal, bahkan Jacky Chan pun akan kehilangan selera humornya. Yang terkena dampaknya adalah para pekerja migran lain asal Indonesia. Mereka yang selama ini bekerja serius ingin mencari nafkah, mungkin akan jadi ribet.

Jadi, ketika Hongkong mengambil tindakan preventif, dengan cara para pembawa pesan radikal dilarang masuk, kiranya itu positif juga bagi saudara kita pekerja di sana. Mestinya panitia di Hongkong juga mempelajari dulu latar belakang pembicara yang akan diundang. Jangan sampai justru jadi kontraproduktif.

Anehnya, kasus Somad terjadi di Hongkong itu, eh malah Jokowi ditarik-tarik? Ajib kan?

Tapi itulah. Para burung nazar politik dan HTI akan terus mencari celah mengacau di Indonesia. Para antek-anteknya juga bergerilya mempersekusi masyarakat.

Di Batam baru saja kejadian. Cin Cun hanya seorang nitizen. Dia juga khawatir ajaran gampang mengkafirkan yang dibawa Somad merusak negerinya. Dia menuliskan kekhawatirannya itu.

Apa yang terjadi? Cin Cun didatangi sekelompok orang. Diancam dan dipersekusi. Ini adalah tindakan yang mengambil wewenang polisi. Sebab yang berhak melakukan tindakan hukum di Indonesia hanya penegak hukum. Tidak boleh ada masyarakat bertindak di atas hukum.

Kenapa Cin Cun dipilih? Karena etnis dan agamanya. Pilihan pada Cin Cun bukan pilihan asal-asalan. Sambil mempersekusi mereka hendak mengibarkan permusuhan etnis dan agama. Karena itulah Cin Cun yang dipilih untuk diserang.

Somad ingin dijadikan ikon baru oleh para pengasong khilafah. Sayangnya Somad juga menikmati suasana itu.

“Lho, pantas saja Somad ditolak masuk Hongkong. Di sana kan, ada Disneyland. Mereka juga sudah punya ikon seperti Goofy dan Mickey Mouse. Mungkin Hongkong takut kesaing, mas,” ujar Bambang Kusnadi.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.