Kolom Eko Kuntadhi: TEMAN YANG PEMBERANI

Ada teman yang berani melawan perampok. Ia sengaja menjebak perampok masuk ke rumahnya. Dia melawan sekuat tenaga. Bertempur di rumahnya. Habis-habisan. Barang-barang di rumahnya berantakan. Sebagian hancur. Jika ia menang. Rumahnya rusak. Barang-barangnya berantakan. Dia juga ikut terluka. Anak-anaknya ketakutan dan trauma. Bahkan kawanan perampok itu juga bisa melukai keluarganya.

Teman lain juga berteriak. “Kenapa negara takut sama teroris! Bunuh. Serang. Hajar!”

Saya salut. Kedua teman saya ini, mentalnya sama. Termasuk orang-orang pemberani. Berani berkelahi melawan para penjahat. Berkelahi sampai titik darah penghabisan di dalam rumahnya.

Ada teman penakut. Dia lebih memilih menghalau perampok sebelum masuk ke rumahnya. Semua potensi yang memungkinkan perampok beraksi ia cegah. Bahkan dia berani duduk bersama kepala perampok itu, agar mereka tidak merampok rumahnya.

Gak apa-apa dibilang takut. Gak apa-apa dibilang pengecut. Ia hanya ingin barang-barang di rumahnya terjaga. Anak-anaknya bisa hidup nyaman. Tidak ada trauma.

Meakipun, anaknya yang masih balita menudingnya: “Kenapa bapak takut melawan perampok?”

Ia hanya tersenyum. Maklum anaknya masih balita. Belum bisa diajak berfikir sehat. Ya, namanya juga anak-anak. Mereka lebih suka nonton film Ultrakan atau Spiderman. Ada jagoan. Ada penjahat dikalahkan. Seluruh kota yang hancur ketika superhero bertempur melawan penjahat, baginya adalah hiburan.

Menyenangkan.

“Mas, berani gak makan bubur diaduk?” tanya Abu Kumkum.

“Maaf, Kum. Saya ini pada dasarnya, ya penakut.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.