Kolom Ganggas Yusmoro: BEBERAPA ANALISA NEKATNYA GN MEMUTAR FILM G30S

Memancing respon dari masyarakat tentang isu PKI untuk menjadi bahan pertimbangan sekaligus memetakan serta mengidentifikasi Zona Putih, abu-abu dan hitam. Mengukur tingkat kedewasaan serta kecerdasan masyarakat mengenai hal ihwaL PKI.

Ini penting agar bisa dikelola secara baik agar Pilkada dan Pilpres ke depan bisa disikapi secara preventif jika ada sesuatu.

Ada unsur kesengajaan (bermanuver) untuk menjebak Pak Dhe. Jika Pak GN direcall, tentu menjadi bumerang buat Pak Dhe sendiri. Bisa-bisa Pak GN akan menjadi lawan tanding nanti (ingat kasus Pak Mantan dan kasus Anis ).

Ini tentu dilematis buat Pak Dhe. Satu sisi Pak Dhe nampaknya memberi sinyal tidak setuju ada pemutaran film, namun jika melarang tentu juga akan terjadi kontroversi. Bisa jadi digoreng habis-habisan.

Lalu, mana analisa yang relevan?

Monggo pilih sendiri. Tapi positive thinking itu lebih baik.








One thought on “Kolom Ganggas Yusmoro: BEBERAPA ANALISA NEKATNYA GN MEMUTAR FILM G30S

  1. “Lalu, mana analisa yang relevan? Monggo pilih sendiri. Tapi positive thinking itu lebih baik”

    Positive thinking akan selalu ada positifnya . . . karena negatifnya ada dalam negative thinking he he he . . . Jadi asal ingat saja berpikiran positif atau tiap ada soal, berat atau ringan, hadirkan saja dulu positive thinkingnya, itu saja sudah bisa dikatakan melahirkan yang positif. Lantas selanjutnya apa . . . Karena itu positive thinking akan selalu punya tingkatan-tingkatan dari yang rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi.

    Kalau Pak Gatot tayangkan fim G30S seperti yang dulu sering dibikin oleh rezim Soeharto, tentu yang benci Soeharto menganggap itu negatif, apalagi sanak saudara dari 3 juta orang yang dibantai Soeharto. Pak Gatot bilang dia tidak mau mendiskreditkan siapapun, tujuannya hanya memberikan pencerahan kekejaman komunis PKI, katanya.

    Bicara soal kkekejaman pihak tertentu, tentu ada juga kekejaman pihak lain karena dalam tiap sengketa ada dua pihak. Walaupun sengketanya sudah tidak ada tetapi pihak-pihaknya masih ada, kalau tidak ada tentu pak Gatot tidak perlu ngomong ‘tidak mau mendiskreditkan pihak lain.’

    Kalau pak Gatot ingin bikin pencerahan, supaya pencerahannya bernada positif tentu harus ditinjau dari banyak segi, atau setidaknya dari dua segi yang bertentangan. Pak Gatot mau menunjukkan kekejaman orang komunis, bagus pak, siapa yang suka sama kekejaman, kekejaman siapa saja. Kekejaman islam, kristen atau siapa saja.

    Kalau 3 juta orang itu diburu dan dibunuh seperti buru tikus, ini kan kejam juga. Siapa yang bikin pencerahannya? Tentu kita semua mengharapkan juga supaya Pak Gatot sebagai panglima tentara kita juga bisa menjelaskan kepada publik negeri ini soal kekejaman pemburuan tikus 3 juta itu. Apakah harapan ini suah bisa dikatakan berpikiran positif yang berkualitas lebih tinggi? he he . . . semoga.
    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.